Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

3415. PENJELASAN HUKUM HARAM DAN MAKRUH MENURUT USHUL FIQIH


PERTANYAAN :

> MUHAMMAD El Andalusy
Asalamualaykm.ada sail titipan di dalam kitab

ورقات؛ ؛ ؛ويكفي في صدق العقاب وجوده لواحد من العصاة مع العفو عن غيره؛. .

sail nya bgaimana mksd dry kalimat tsbt. Sya mash mumet . .nuwun. .


JAWABAN

> Ical Rizaldysantrialit
Dalam kesempatan ini yai mushonif menerangkan tentang haram dan makruhوالمحظور من حيث وصفه بالحظراى الحرمة مايثاب على تركه امتثاﻻ ويعاقب على فعله ويكفى فى صدق العقاب وجوده لواحد من العصاة معالعفو عن غيره ويجوزان يريد ان يترتب العقاب على فعله كماعبربه غيره فلاينافى العفوpenjelasan:Al-mahdhûr juga disebut dgn istilah : MUHARROM, HARAM, DZANBU (dosa), MAZJÚR 'ANHU, MUTAWA'AD 'ALAIH dan HAJRU .Pengertian al-mahdhúr (haram) adalah :"Suatu perkara yg jika ditinggalkan, dgn niat mematuhi perintah Allah, akan mendapatkan pahala & jika dikerjakan akan mendapatkan siksa". Dengan definisi seperti ini, maka MAKRUH TAHRIM juga termasuk dalam definisi HARAM, krna makruh tahrim jika dikerjakan akn mendapatkan siksa dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala.Hanya saja para ulama sedikit membedakan antara HARAM dengan MAKRUH TAHRIM, sebagai brikut :الحرام ماثبت نهيه بدليل قطعى ﻻيحتمل التأويل"HARAM adalah suatu perkara yg dilarang berdasarkan DALIL QOTH'I yg tdk menerima untk di takwili dgn pengertian yg lain".Sedangkan makruh tahrimوالمكروه كراهةتحريم ماثبت نهيه بدليل يحتمل التأويل"sesuatu yang dilarang berdasarkan suatu dalil yg msh bisa DI TAKWILI dg pengertian yg lain".Sedangkan perbedaan antara makruh tanzih dan makruh tahrim adalah :أن كراهة التنزيه ماﻻ يعاقب على فعله ,"makruh tanzih, suatu perkara yg jika dilakukan tdk mendapat siksa".وكراهةالتحريم مايعاقب على فعله "makruh tahrim, adalah suatu perkara yg jika dilakukan akan mendapat siksa".Meninggalkan perkara HARAM atau MAKRUH, akan mendapatkan pahala, apabila DI SERTAI NIAT/TUJUAN MEMATUHI PERINTAH ALLAH. Apabila karna TAKUT/MALU kpd manusia...dsb, maka tdk akan mendapatkan pahala. Misalnya tdk mau berzina krna malu kepada manusia lainya, tidak mau mencuri krna takut ketahuan org jdi malu....dsb, maka meninggalkan perbuatan haram seperti ini tdk akan mendapatkan pahala.Berbeda dgn perkara WAJIB & SUNAH, bagi org yg mengerjakannya akan tetap mendapatkan pahala, meski tdk disertai tujuan mematuhi perintah Allah . Karena perkara wajib dan sunah bisa dianggap sah dan mencukupi dri tuntutan TAKLIF, jika dlm pelaksanaannya disertai niat. Sedangkan meninggalkan perkara haram dan makruh, untk dianggap sah, tidak harus disertai niat.Namun, ada juga sbagian perkara wajib yg harus di niati: sepeti memberi nafkah untuk istri, mengembalikan barang titipan,,,dsb. Perkara wajib semacam ini, untk bisa mendapatkan pahala, harus disertai tujuan mematuhi printah allah (قصدالامتثال).Untuk masalah 

Makruh, mushonif menulis :والمكروه من حيث وصفه بالكراهةمايثاب على تركه امتثاﻻ وﻻ يعاقب على فعلهpenjelasan:Makruh secara bahasa berarti : perkara yg Dibenci (المبغوض).Sedangkan menurut istilah adalah : "suatu yg akan mendapatkan pahala jika ditinggalkan, dgn tujuan mematuhi perintah Allah, dan tdk akan disiksa jika dikerjakan".Para ulama Mutaqoddimin tdk membedakan antara makruh dgn khilaful-Aula. Sedangkan menurut ulama mutaakhirin, pengertian dari khilaful aula adalah:ماكان بنهى غيرمخصوص كالنهى عن ترك المندوبات المستفادمن أوامرهالأن الأمر بالشئ نهى عن ضده."sesuatu yg dianjurkan untuk ditinggalkan, namun tdk berdasarkan larangan secara jelas, seperti : anjuran untk tdk meninggalkan perkara2 sunah, yg di faham dri perintah untk melaksanakannya, karena memerintahkan sesuatu berarti melarang kebalikannya".

Ini penjelasan dalam syarahnya

[تعريف المحظور]والمحظور من حيث وصفه بالحظر أي الحرمة ما يثاب على تركه امتثالاً ويعاقب على فعله ).[ويكفي في صدق العقاب وجوده لواحد من العصاة مع العفو عن غيره.ويجوز أن يريد ويترتب العقاب على فعله كما عبر به غيره فلا ينافي العفو]قال العبادي: (وأورد على هذا التعريف أن العفو جائز واقع فيخرج عن التعريف الحرام المعفو عن فعله فلا يكون جامعاً وأجاب الشارح بجوابين: أحدهما: أنه يكفي صدق العقاب وتحققه على فعله وجوده لواحد مثلاً من العصاة بفعله مع العفو عن غيره منهم ولا ينافيه أن الفعل مفرد مضاف لمعرفة لما تقدم في نظيره ووجوده لواحد من العصاة لا يتخلف على ما تقدم.والثاني: أنه يجوز أي يصح أن يريد المصنف بقوله ويعاقب على فعله وإن كان ظاهراً في وجود العقاب بالفعل معنى ويترتب العقاب أي استحقاقه، أو أراد بالترتب الاستحقاق على فعله بأن ينتهض فعله سبباً للعقاب كما أي حال كون هذا المعنى المراد مماثلاً لمعنى ما عبّر به أو حالة كون هذا اللفظ الذي أراد معناه مماثلاً للفظ الذي عبّر به غيره أي غير المصنف فلا ينافي حينئذ قوله ويعاقب على فعله العفو عن فاعله) شرح العبادي ص28 - 29.http://shamela.ws/browse.php/book-21547/page-64

> Penawar Rinduku
maksud dari kalimat tersebut yang disebutkan dalam kitab waroqot, yakni : ويكفي في صدق العقاب وجوده لواحد من العصاة مع العفو عن غيره yaitu untuk membuktikan kebenaran bahwa adanya siksaan bagi para pelaku ma'shiat cukup dengan menyiksa satu orang dari mereka. dan yang lain dimaafkan. tahaqquqnya hal ini tidak ada keraguan sama sekali.bukanlah menyiksa 1 orang dari beberapa pelaku ma'shiat itu mentiadakan keadilan. dan bentuk terjadinya penyiksaan terhadap 1 orang itu tidak menafikan terhadap pengertian al-wajib itu sendiri.karena ada kalanya pembebasan siksaan bagi yang lain itu karena ada beberapa hal dari perbuatan baik yang dilakukan para pelaku ma'shiat yang menyebabkan mereka terbebas dari siksaan yang diancamkan. adakalanya sebagai bentuk pemberitahuan bahwa ampunan itu ada tanpa melihat ma'shiat yang sama yang dilakukan oleh pelaku ma'shiat. misalkan ada 10 orang yang melakukan ma'shiat. hanya 1 orang dari mereka yang disiksa. dan yang 9 dimaafkan. siksa yang dilakukan kepada 1 orang tersebut sebagai bentuk kebenaran adanya siksaan yang diancamkan bagi para pelaku ma'shiat. dan yang lain sebagai bentuk kebenaran adanya ampunan bagi pelaku ma'shiat sehingga terbebas dari siksaan. nah jika sudah dipahami dari maksud kalimat dari waroqot tersebut. maka akan mengerti bahwa hal itu menjawab sebuah pernyataan yang mengatakan : "sesungguhnya siksaan atas dasar meninggalkan kewajiban itu tidak diketahui (ghoiru ma'lum), dan kemungkinan untuk dimaafkan itu bisa saja terjadi, jadi kenyataan tentang adanya siksaan yang disebabkan meninggalkan itu tidak diyakini." keterangan lengkap lihat : - syarhul waroqot hal. 4. syaikh ahmad ad-dimyathiy - syarhul waroqot hal. 17-18. tajuddin ibn al-farkah, darul kutub ilmiyah - syarhul waroqot hal. 147. jalaluddin muhammad bin ahmad al-mahalli asy-syafii, darul kutub ilmiyah.wallohu a'lam bish-showab.

LINK ASAL