Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

0592. Inilah Macam-Macam Qaul (Pendapat) Dalam Madzhab Syafi'i

PERTANYAAN :
Assalamu'alaikum para ustadz / kiai. Mau tanya:
1. Apa perbedaan qoul mu'tamad dengan qoul ashoh (paling sah) ?
2. Kenapa sebuah qoul yang ashoh belum tentu mu'tamad ?
3. Jika bertentangan antara qoul ashoh dengan qoul mu'tamad, manakah yang semestinya dipakai ? Sekian dulu, dan terimakasih. Wassalamu'alaikum wr wb.[Buya Amin].
Begini yang ingin saya tanyakan para kiai sekalian. Kalau seorang mushonnif mengatakan bahwa ada khilaf di dalam perkara ini (terserah perkaranya apa), Lalu dia mengatakan bahwa yang mutamad adalah pendapat yang A (yang tidak mutamad, katakanlah B). Maka apakah sebenarnya status dari qoul yang tidak mu'tamad tersebut (qoul B) ? Apakah boleh kita berpegang pada qoul yang tidak mu'tamad sedangkan si mushonnif tidak menerangkan status dari qoul yang tidak mu'tamad tersebut (apakah shohih, ashoh, atau lain sebagainya)? [Abu Syamil].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam. Berikut mengenai macam-macam Qaul dalam Madzhab ( Syafiiyyah ) :
1. Qaul Qadim
Yaitu perkataan lama Imam Syafi’I yang berdasarkan kajiannya dari sumber Alqur’an, Hadits Nabi, atau nash-nash yang lain, yang pernah dikeluarkan sewaktu beliau menetap di Baghdad pada zaman pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
2. Qaul Jadid
Yaitu perkataan baru Imam Syafi’I yang dikeluarkan di Mesir setelah dikaji semula semua qaul-qaul beliau yang lama sewaktu di Baghdad (qaul qodim). Dalam penetapan Ashhab Syafi’I, ulama Syafi’iyyah, bahwa qaul jadid (perkataan yang baru) itulah yang lebih kuat untuk diikuti dalam fatwa hukum-hukum agama.
3. Qaul Shahih
Yaitu perkataaan yang benar/kuat (lawannya adalah qaul dhaif) yang diputuskan oleh para Ashhab Syafi’I setelah membandingkan antara beberapa wajah yang ada. AS SHAHIH (الصحيح) : Pendapat yang diambil dari dua atau tiga wajah atau lebih dari para tokoh (As-hab) Syafi'iyyah yang perbedaanya tidak kuat. Dan perbandinganya adalah Dlo’if (ضعيف). Jadi kesimpulannya Al Ashoh dan As Shohih adalah Pendapat ulama Syafi’iyyah yang berlandaskan kaidah dan metode ushul fiqh Imam Syafi’i.
4. Qaul Ashah
Yaitu perkataan yang “lebih dibenarkan/dikuatkan” dari kata-kata yang ada (lawannya adalah qaul qawi), apabila bertemu semua kata-kata ini, maka yang dipegang ialah qaul yang ashah. AL ASHOH (الأصح) : Pendapat yang diambil dari dua atau tiga lebih wajah dari tokoh-tokoh (As-hab) Syafi'itulah yang perbedaanya kuat. Dan perbandinganya adalah Shohih (صحيح). Dalam muqoddimah kitab Al Bayan Juz 1 hal 57 Syekh Ibnu hajar mengistilahkan Al Ashoh dengan kata- kata Al Aujuh (على الأوجه)
Al-Ashah (الأصح), adalah pendapat yang lebih shahih dari dua wajh atau lebih yang diusahakan oleh tokoh-tokoh madzhab dalam memahami perkataan Imam asy- Syafi`i, berdasarkan kepada prinsip yang telah diletakkan olehnya atau diambil dari kaidah-kaidahnya. Tingkat perbedaan pendapat pada perkara yang disebutkan ini adalah kuat. Lawannya ialah adalah Shahih (صحيح). Dalam muqoddimah kitab Al Bayan Juz 1 hal 57 Imam Ibnu hajar mengistilahkan Al Ashoh dengan kata- kata Al Aujuh (على الأوجه)
Ada perbedaan yang menarik antara Qaul Adzhar dengan Qaul Ashoh. Tapi ringkasnya seperti ini Qaul Adzhar adalah pendapat paling Rajih dari qaul-qaul Imam Syafi'i sendiri, sedangkan Qaul Ashoh adalah yang paling shahih di antara pendapat-pendapat As-hab Syafi'i. Juga mushtholahat lain seperti masyhur, shahih, dan al madzhab.
5. Qaul Adzhhar
Yaitu perkataan yang diunggulkan dari segi pertimbangan para Ashhab Syafi’I (lawannya juga qaul dhaif). AL ADZHAR (الأظهر) : Pendapat paling kuat berdasar metode ushul fiqh yang di ambil dari perbedaan satu atau dua qoul Imam Syafi’i. Dan perbandingannya adalah Dzohir (ظاهر). Dalam muqoddimah kitab Al Bayan Juz 1 hal 57 Syeh Ibnu hajar mengistilahkan Al Adzhar dengan kata- kata Al Mu’tamad (على المعتمد). Dalam muqoddimah kitab Najmul Wahhaj definisi Al Adzhar Menunjukkan 4 pengertian:
1. Terdapat perbedaan pendapat (Khilafiyah).
2. Dalam suatu pendapat ada yang diunggulkan (Rojih).
3. Khilafiyyah tersebut hanya antar pendapat Imam Syafi’i.
4. Cukup jelas perbandingannya (Al- Muqobil) ditinjau dari dalil dan ilatnya walaupun yang menjadi sandaran (Al- Mu’tamad) untuk berfatwa dan hukum adalah yang Al- Adzhar.
6. Qaul Rajih
Yaitu kata yang diberatkan dari beberapa perkataan Imam Syafi’i menurut pandangan para Ashhab. Apabila bertemu beberapa qaul yang diberatkan para ulama, mereka sering men-tarjihkan satu diantaranya yang dinamakan qaul arjah, yiatu kata yang diberatkan, yang kemudian dianggap sebadai qaul mu’tamad, yakni qaul yang dipegang.
7. Qaul Dhaif
Yaitu perkataan lemah yang tidak boleh dijadikan hujjah/difatwakan.
8. Qaul Syadz
Yaitu perkataan yang luar biasa atau langka, yang tidak boleh digunakan sebagai sandaran hukum.
9. Qaul Masyhur
Yaitu perkataan yang tersebar di antara beberapa qaul. ALMASYHUR (المشهور) : Pendapat yang diambil dari dua atau lebih qoul Imam Syafi’i, yang perbedaanya tidak kuat. Dan perbandingannya adalah ghorib (غريب). Jadi kesimpulannya Qoul Al-Adzhar dan Al-Mashur adalah pendapat dari Imam Syafi’i. Dalam muqoddimah kitab Najmul Wahhaj definisi Al-Masyhur Menunjukkan 4 pengertian:
1. Terdapat perbedaan pendapat (Khilafiyah).
2. Dalam suatu pendapat ada yang diunggulkan (Rojih).
3. Lemahnya qoul perbandingannya (Al- Muqobil).
4. Khilafiyyah hanya antar pendapatnya Imam Syafi’i sendiri.
10. Qaul Mu'tamad
Sementara kata al Mu'tamad adalah istilah dari Imam Ibnu Hajar sebagai nama lain dari al Adzhar. Al-Adzhar ( الأظهر), adalah qaul yang lebih jelas dari dua qaul ataupun lebih dari pendapat Imam asy-Syafi`i rahimahullah. al-adzhar ini merupakan pendapat yang rajih (yang diunggulkan) ketika argument beliau sama-sama kuat antara dua pendapat atau lebih, antonim dari al-adzhar ( الأظهر) sekaligus yang marjuh yaitu al-dzahir ( الظاهر ). Dalam muqoddimah kitab Al Bayan Juz 1 hal 57 Imam Ibnu hajar mengistilahkan Al Adzhar dengan kata- kata Al Mu’tamad (على المعتمد).
Dalam muqoddimah kitab Najmul Wahhaj definisi Al Adzhar Menunjukkan 4 pengertian:
1.Terdapat perbedaan pendapat (Khilafiyah).
2.Dalam suatu pendapat ada yang diunggulkan (Rojih)
3.Khilafiyyah tersebut hanya antar pendapat Imam Syafi’i.
4.Cukup jelas perbandingannya (Al-Muqobil) ditinjau dari dalil dan illatnya walaupun yang menjadi sandaran (Al-Mu’tamad) untuk berfatwa dan hukum adalah yang Al- Adzhar.
Itulah sebabnya mengapa qaul ashoh belum tentu mu'tamad, kecuali bila qaul ashoh tersebut juga adzhar, maka ia pun jadi mu'tamad. Jika bertentangan antara qaul ashoh dengan mu'tamad, dahulukan yang mu'tamad (adzhar), karena seperti itu tertibnya..
11. Qaul Madzhab
AL MADZHAB (المذهب) : Pendapat yang diambil dari dua atau tiga lebih Thoriq (pendapat madzhab lain yang diakomodir ke madzhab Syafi’) Seperti ada sebagian ulama meriwayatkan satu masalah dengan khilaf dua qoul atau dua wajah, dan ulama tersebut memastikan kebenaran salah satunya.
Catatan : Menurut Syekh Ibnu Hajar sangat tidak diperbolehkan mengamalkan pendapat Dlo’if (lemah) yang bertentangan dengan Al Madzhab
Dengan demikian istilah-istilah tersebut dijadikan oleh Imam Ibnu Hajar terhadap qaul Adzhar dengan 'ala al mu'tamad dan qaul Ashoh dengan al Awjuh. Dan dengan masalah ini jelas qaul adzhar apabila pendapat-pendapat imam Syafi'i ada perbedaan satu sama lain maka dipilih yang paling Rajih. Dan qaul Ashoh apabila pendapat-pendapat ashab Syafi'iyyah ada perbedaan maka yang paling kuat itu yang diambil.
Sehingga apabila melihat definisi di atas Qaul Ashoh itu bukanlah 'ala al Mu'tamad tetapi 'ala al Awjuh jika memakai istilah Imam Ibnu Hajar al Haitami.
Kemudian ada istilah mu'tamad yang berarti pendapat mana yang harus dipilih / dirujuk ketika terjadi perbedaan pendapat di antara Fuqaha Syafi'iyyah, sejak zaman Imam Syafi'i sampai masa mutaakhkhirin. 
Adapun pertanyaan bolehkah mengambil pendapat yang tidak mu'tamad, tidak ashoh, bahkan dha'if. Jawabannya boleh saja, akan tetapi untuk yang dha'if silakan dikerjakan secara individu (untuk dirinya) dan bukan untuk difatwakan, karena untuk fatwa harus yang adzhar, ashoh, dan sejenisnya yang dipandang kuat dalam istidlalnya.
وهذا الذي قرره العلامة الشبراملسي هو ما ارتضاه العلامة عبد الحميد الشرواني في حاشيته على التحفة (1/46) طبعة دار إحياء التراث العربي: (فَمَا اُشْتُهِرَ مِنْ أَنَّهُ يَجُوزُ الْعَمَلُ لِنَفْسِهِ بِالْأَوْجُهِ الضَّعِيفَةِ كَمُقَابِلِ الْأَصَحِّ غَيْرُ صَحِيحٍ هَكَذَا فِي حَاشِيَةِ شَيْخِنَا ع ش)
Kemudian berdasarkan tela'ah istilah sehingga mungkin saja terjadi perbedaan antara Qaul Ashoh dengan Qaul Adzhar. Atau memang bisa terpisah dalam arti Qaul Ashoh dan Qaul Adzhar memang tidak mungkin dipertentangkan, karena Qaul Ashoh muncul setelah Imam Syafi'i telah wafat. Sehingga masalahnya pasti berbeda dan belum dibahas oleh Imam Syafi'i.
Jika melihat kitab Fathul Mu'in dan I'anah ath Thalibiin :
إعانة الطالبين ج ٤ ص ٢٦٧ - ٢٦٨
تنبيه ثان: إعلم أن المعتمد في المذهب للحكم والفتوى ما اتفق عليه الشيخان، كما جزم به النووي فالرافعي فما رجحه الاكثر فالاعلم فالاورع. قال شيخنا: هذا ما أطلق عليه محققو المتأخرين والذي أوصى باعتماده مشايخنا، وقال السمهودي: ما زال مشايخنا يوصوننا بالافتاء بما عليه الشيخان وأن نعرض عن أكثر ما خولفا به.
شرح:
(قوله: تنبيه ثان) أي في بيان المعتمد في المذهب.
(قوله: ما اتفق عليه الشيخان) أي النووي والرافعي، ما لم يتفق المتأخرون على أن ما اتفقا عليه سهو أو غلط.
(قوله: فما جزم به النووي) يعني إذا اختلف كلام النووي والرافعي، فالمعتمد ما جزم به النووي.
وأعلم أنه إذا اختلفت كتب النووي، فالمتبحر لا يتقيد بشئ منها في الاعتماد عليه، وأما غيره فيعتمد منها المتأخر الذي يكون تتبعه فيه لكلام الاصحاب أكثر، فالمجموع فالتحقيق فالتنقيح فالروضة فالمنهاج، وما اتفق عليه الاكثر من كتبه مقدم على ما اتفق عليه الاقل منها، وما ذكر في بابه مقدم على ما ذكر في غيره غالبا فيهما. قاله ابن حجر وتبعه ابن علان وغيره.
(قوله: فالرافعي) أي فما جزم به الرافعي إن لم يجزم النووي بشئ.
(قوله: فما رجحه إلخ) أي فإن اختلفا ولم يجزما بشئ، فالمعتمد من كلامهما ما رجحه أكثر الفقهاء، ثم ما رجحه أعلمهم، ثم ما رجحه أورعهم.
(قوله: قال شيخنا هذا) أي ما ذكر من كون المعتمد فيما ذكر ما اتفق عليه الشيخان الخ.
(وقوله: ما أطبق) أي أجمع واتفق.
(قوله: والذي أوصى الخ) أي وهذا هو الذي أوصى به الخ. فاسم الموصول معطوف على ما قبله.
وأعلم أنه إذا اختلف كلام المتأخرين عن الشيخين - كشيخ الاسلام وتلامذته - فقد ذهب علماء مصر إلى اعتماد ما قاله الشيخ محمد الرملي، خصوصا في نهايته، لانها قرئت على المؤلف إلى آخرها في أربعمائة من العلماء فنقدوها وصححوها.
وذهب علماء حضرموت وأكثر اليمن والحجاز إلى أن المعتمد ما قاله الشيخ أحمد بن حجر في كتبه، بل في تحفته لما فيها من الاحاطة بنصوص الامام مع مزيد تتبع المؤلف فيها، ولقراءة المحققين لها عليه الذين لا يحصون، ثم إذا لم يتعرضا بشئ فيفتي بكلام شيخ الاسلام، ثم بكلام الخطيب، ثم بكلام الزيادي، ثم بكلام ابن قاسم، ثم بكلام عميرة، ثم بكلام ع ش، ثم بكلام الحلبي، ثم بكلام الشوبري، ثم بكلام العناني، ما لم يخالفوا أصول المذهب.
كقولهم لو نقلت صخرة من أرض عرفات إلى غيرها يصح الوقوف عليها، وقد تقدم في خطبة الكتاب ما هو أبسط مما هنا، فارجع إليه إن شئت.
(قوله: وقال السمهودي الخ) تأييد لما قبله.
Jika melihat I'anah ath Thalibin, maka pengambilan pendapat mutaakhkhirin itu dari pendapat Imam Nawawi dan Imam Rafi'i dulu, baru an Nawawi, baru ar Rafi'i, baru Aktsar, baru A'lam, dan terakhir Awro'. Lalu, jika persoalan madzhab luput dari kategori di atas barulah melihat pendapat Imam Ibnu Hajar al Haitami dan Imam Romly, dan hierarkinya. Selama masih ada dalam pendapat Imam Nawawi dan Imam Romli, ambil dulu pendapat beliau berdua rahimahumallah.

فإن القول المعتمد في المذهب : أقوال الامام الشافعي والأوجه لأصحابه المنتسبين إلى مذهبه التي يخرجونها على أصوله -ويستنبطونها من قواعده
1- قول الامام الشافعي يرحمه الله ، وله حالات :
الحالة الأولى : اذا كان للامام الشافعي قول واحد، فهو نصّ في الموضوع ، وهو المعمول به في المذهب .
الحالة الثانية : اذا ورد عن الامام الشافعي أكثرمن قول ولم تتعارض ، فالمعوّل عليه القول الجديد .
والمقصود بالجديد : ما قاله الامام الشافعي بمصر ، كتابة أو افتاء ، ويطلق عليه المذهب الجديد ، ومن رواة المذهب الجديد: البويطي والمزني والربيع المرادي والربيع الجيزي ويونس بن عبد الأعلى وعبد الله بن الزبير المكي .
ويقابل الجديد : القول القديم، أو المذهب القديم ، وهو ما قاله الامام الشافعي قبل انتقاله الى مصر كتابة او افتاء ، سواء رجع عنه أم لم يرجع، ويمثل مذهب الشافعي القديم كتابه المسمى بـ "الحجة" ، ومن رواة مذهب الشافعي القديم الإمام أحمد بن حنبل وأبو ثور والكرابيسي والزعفراني في آخرين.
الحالة الثالثة : اذا ورد عن الامام الشافعي أكثر من قول وتعارضت ، فالمعول على الجديد أيضا الا في بعض المسائل
قال الامام النووي في " المجموع " 1/66 : ولم يشذ إلا مسائل قليلة يتراوح عددها بين أربع عشرة مسألة وثلاثين مسألة. المجموع (1/66) ، وسأذكرها بحول وتوفيقه في غير هذا المبحث .
الحالة الرابعة : اذا تعارض قديم مع قديم حيث لا جديد ، أوجديد مع جديد ، يُقدم الراجح بالنظر الى قوة دليل كل منها ،ويسمى الراجح بالأظهراذا كان الاختلاف بين القولين او الأقوال قويا ، وأما اذا كان الاختلاف ضعيفا فيسمى الراجح بالمشهور .
الحالة الخامسة :كالتي قبلها لكن حيث لا ترجيح ، وهذا لم يقع الا في ست عشرة مسألة او سبع عشرة مسألة وقد نص عليها علماء الشافعية ورجحوا بينها .
2- أقوال أئمة المذهب بعد وفاة الامام الشافعي ، واجتهاداتهم التي خرّجوها على أصول الامام واستنبطوها من خلال قواعده ويطلق عليهم ( الأصحاب) ، وتسمى اجتهاداتهم (الوجوه ) ، والوجوه في المذهب كثيرة
3- دخول مرحلة تنقيح المذهب الأولى : وكان عمودها الامام أبو القاسم عبدالكريم الرافعي المتوفى سنة 624 فقد شرع في تنقيح المذهب واخرج مجموعة من الكتب
ثم جاء الامام أبو زكريا يحيى بن شرف النووي المتوفى سنة 676 فأكمل ما بدأه الامام الرافعي عليهما رحمة الله وصارت كتبه عمدة المذهب
وصار التعويل على كتب الامامين الرافعي والنووي بين علماء المذهب ، أما الكتب المتقدمة فلا يعتمد على شيء منها الا بعد الفحص والتحري .
قال النووي في " المجموع" 1/47: " لا يجوز لمفت على مذهب الشافعي، إذا اعتمد النقل أن يكتفى بمصنف ومصنفين ونحوهما من كتب المتقدمين واكثر المتأخرين، لكثرة الاختلاف بينهم في الجزم والترجيح، لان هذا المفتى المذكور انما ينقل مذهب الشافعي ولا يحصل له وثوق بأن ما في المصنفين المذكورين ونحوهما هو مذهب الشافعي، أو الراجح منه، لما فيها من الاختلاف، وهذا مما لا يتشكك فيه من له أدنى أُنس بالمذهب، بل قد يجزم نحو عشرة من المصنفين بشئ وهو شاذ بالنسبة إلى الراجح في المذهب، ومخالف لما عليه الجمهور، وربما خالف نص الشافعي أو نصوصا له " .
وقال الرملي: "ومن المعلوم أن الشيخين قد اجتهدا في تحرير المذهب غاية الاجتهاد، ولهذا كانت عنايات العلماء وإشارات من سبقنا من الأئمة متوجهة إلى ما عليه الشيخان من الأخذ بما صححاه بالقبول والإذعان، مؤيدين لذلك بالدليل وبالبرهان" .
وقال الشيخ الكردي في "الفوائد المدنية " ص 19 : "وقد أجمع المحققون على أن المفتى به ما ذكراه".
قلت : وان اختلف الامامان فيقدم قول النووي ، وان وُجِد للرافعي ترجيح دون النووي فهو المعتمد ، الا إن ثبت أن ما قالاه سهو، فالمعتمد حينئذ قول المتأخرين .
4- دخول مرحلة التنقيح الثانية :
وهذه المرحلة خطّ طريقها شيخُ الاسلام زكريا الأنصاري ، وعبّده شهاب الدين أبو العباس أحمد الهيتمي المصري المكي المتوفى سنة 974 هـ ، و شمس الدين محمد الرملي المصري المتوفى سنة 1004 هـ .
وصار الشيخان ابن حجر الهيتمي والرملي عمدة المذهب عند المتأخرين إن اتفقا ، وإن اختلفا في غير شرح "منهاج الطالبين" للنووي فيقدم القول الذي في شرح "المنهاج" لكل منهما .
وأما اذا اختلفا في شرح " المنهاج" فعلى النحو التالي :
أ- اعتمد أهل الشام وحضرموت والأكراد وداغستان وأكثر أهل اليمن ما قرّره ابن حجر الهيتمي .
ب- اعتمد أهل مصر ما قرّره الرملي .
ت- أما أهل الحجاز ، فلهم طريقان :
أحدهما : اعتماد تقريرات ابن حجر الهيتمي .
والثاني : حكاية ما يقرره الشيخان دون ترجيح .
هذا ما قرره الكردي في "الفوائد"
فائدة : ذكر الشيخ الكردي في " الفوائد " عن الشيخ سعيد سنبل قوله :
" اذا اختلفت كتب ابن حجر الهيتمي فالمعول عليه التحفة ، ثم فتح الجواد ، ثم الامداد ، ثم الفتاوى ، وشرح العباب "
4- ذكر الكردي في " الفوائد" أن ما فات ابن حجر والرملي ، يكون بحسب الآتي :
أ‌- يؤخذ باختيارات شيخ الاسلام زكريا الأنصاري ، والمقدم من كتبه " شرح البهجة " الصغير ، ثم كتاب "المنهج" وشرحه له
ب‌- اختيارات الخطيب الشربيني .
ت‌- اختيارات أصحاب الحواشي على شروح "المنهاج" شريطة عدم مخالفة شرحي المنهاج لابن حجر والرملي ، وهم على الترتيب :
• علي بن يحيى الزيادي المصري المتوفى سنة 1024 هـ ، له حاشية على شرح فتح الوهاب بشرح منهج الطلاب لشيخ الاسلام زكريا الأنصاري .
• أحمد بن قاسم العبادي المتوفى سنة 994هـ .
• شهاب الدين أحمد البرلسي الشافعي المشهور بعميرة ، صاحب الحاشية المشهورة .
• أبو الضياء نور الدين علي بن علي الشبراملسي القاهري 997-1087 هـ، صاحب الحاشية المشهورة على "نهاية المحتاج"
• أبو الحسن علي بن ابراهيم بن احمد بن علي الحلبي القاهري نور الدين 975- 1044، صاحب السيرة الحلبية المشهورة .
وانظر " الفوائد " للكردي ، وإعانة الطالبين 4/19.

Istilah qoul misal mu`tamad, shohih, ashoh dll itu ada era / masa tersendiri. Dari suatu qoul / aqwal / arooo / fatwa dan sebagainya dalam kitab-kitab para ahli tarjih seperti ibnu hajar alhaitamiy dan arromliy telah disepakati menjadi rujukan para generasi dan menjadi / mendapat gelar mu`tamad. Adapun jika suatu masalah tidak ditemukan dalam pendapat / fatwa ibnu hajar dan arromliy. Maka yang dipilih sebagai qoul mu`tamad adalah fatwa : syaikul islam zakariya alanshoriy, Alkhotib (sy), Ashabul hawasyi (fatwa ashabul hawasyi sesuai dengan arromliy).
Jadi mu`tamad bagi generasi seterusnya bukanlah qoul mu'tamad saja, tapi juga kitab-kitab berikut fatwa para imam madzhab. Pengambilan istilah mu'tamad berdasarkan periodesasi penulisan kitab, dan merujuk pada ulama siapa. Adapun rumusan istilah yang muncul, sebagaimana ditampilkan di atas, adalah rumusan global, yang ditulis oleh ulama' periode belakangan, seperti Syeikh wahbah Az Zuhaili, Al Kurdi, dll.
Namun pada dasarnya jika merujuk pada naskah kitab asli Imam An-Nawawi, Ar Romli, dan pemuka madzhab syafi'i lain-nya kita barangkali menemukan bagaimana kategorisasi oleh ulama' bersangkutan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain-nya. Makanya lebih bijak, jika rumusan istilah tarjih adalah langsung merujuk pada ulama' bersangkutan, sehingga diketahui periodesasi dan kategorisasi-nya, daripada harus melihat rumusan global.
Untuk mengerti pengambilan Qaul Mu'tamad dalam madzhab Imam Syafi'i, dalam arti menetapkan mana yang harus diambil, dalam hal kata mu'tamad di sini tidak dalam istilah qaul adzhar / 'ala al mu'tamad dalam istilah Imam Ibnu Hajar. Penjelasannya sebagai berikut memakai bahasa Arab, sebagai kutipan masalahnya. Tetapi, agar lebih hemat dalam berfikir, pengambilan qaul mu'tamad untuk menjadi rujukan adalah sebagai berikut :
1. Qoul mu`tamad itu ada 3 tingkatan.
المعتمد من أقوال النووي والرافعي
المعتمد مما رجحه ابن حجر الهيتمي والرملي
:المعتمد مما اختاره
شيخ الإسلام زكريا الأنصاري
الخطيب الشريبني
أصحاب الحواشي
2. Di luar qoul mu'tamad semisal qoul al-ashoh dan as-shohih dsb itu nisbatnya pada wajah-wajah (pendapat) dari para fuqohaa syafiiyah dengan mengistimbatkan hukum dan berijtihaj sesuai qoidah dan usul imam syafiiy. Kedua qoul ini sama sekali tidak dinisbatkan (di luar bahasan) pada qoul (nass) sang imam.
Definisinya :
الأصح ;المشعر بصحة مقابله
الصحيح : المشعر بفساد مقابله
3. Dalam suatu khilaf tidak dimungkinkan adanya qoul yang diklaim ashoh bertentangan dengan qoul mu`tamad. Definisi qaul mu'tamad sendiri terdapat perbedaan di antara para imam, jadi kalau ditanya kesimpulannya, ya mari kita tinggal ikut qaul imam siapa ? Contoh : ada yang menyatakan qaul rajih adalah nama lain qaul mu'tamad, ya bisa dibenarkan. Imam Ibnu Hajar menyebut qaul adzhar dengan istilah 'alal mu'tamad, ya bisa dibenarkan juga. Kesimpulanya, ta'rif dan definisi qaul mu'tamad mengikuti qaul imam yang mendefinisikanya. Ini baru dalam lingkup Syafi'iyah, dalam lingkup 4 madzhab, nanti berbeda lagi pembahasannya. Wallohu a'lam. [Masaji AntoroAas Ahmad Hulasoh, Abul Qohwah Al-Aswadi, أنابك يا حبيب, Musafir Ilmi].

- Tuhfatul Mukhtaj :
تحفة المحتاج في شرح المنهاج
( تنبيه )  ما أفهمه كلامه من جواز النقل من الكتب المعتمدة ونسبة ما فيها لمؤلفيها [ ص: 39 ] مجمع عليه وإن لم يتصل سند الناقل بمؤلفيها نعم النقل من نسخة كتاب لا يجوز إلا إن وثق بصحتها أو تعددت تعددا يغلب على الظن صحتها أو رأى لفظها منتظما وهو خبير فطن يدرك السقط والتحريف فإن انتفى ذلك قال وجدت كذا أو نحوه ومن جواز اعتماد المفتي ما يراه في كتاب معتمد فيه تفصيل لا بد منه ، ودل عليه كلام المجموع وغيره وهو أن الكتب المتقدمة على الشيخين لا يعتمد شيء منها إلا بعد مزيد الفحص والتحري حتى يغلب على الظن أنه المذهب ولا يغتر بتتابع كتب متعددة على حكم واحد فإن هذه الكثرة قد تنتهي إلى واحد ألا ترى أن أصحاب القفال أو الشيخ أبي حامد مع كثرتهم لا يفرعون ويؤصلون إلا على طريقته غالبا ، وإن خالفت سائر الأصحاب فتعين سبر كتبهم هذا كله في حكم لم يتعرض له الشيخان أو أحدهما ، وإلا فالذي أطبق عليه محققو المتأخرين ولم تزل مشايخنا يوصون به وينقلونه عن مشايخهم وهم عمن قبلهم .
وهكذا أن المعتمد ما اتفقا عليه أي ما لم يجمع متعقبو كلامهما على أنه سهو وأنى به ألا ترى أنهم كادوا يجمعون عليه في إيجابهما النفقة بفرض القاضي ومع ذلك بالغت في الرد عليهم كبعض المحققين في شرح الإرشاد فإن اختلفا فالمصنف فإن وجد للرافعي ترجيح دونه فهو ، وقد بينت سبب إيثارهما وإن خالفا الأكثرين في خطبة شرح العباب بما لا يستغنى عن مراجعته ومن أن هذا الكتاب مقدم على بقية كتبه ليس على إطلاقه أيضا بل الغالب تقديم ما هو متتبع فيه كالتحقيق فالمجموع فالتنقيح ثم ما هو مختصر فيه كالروضة فالمنهاج ونحو فتاواه فشرح مسلم فتصحيح التنبيه ونكته من أوائل تأليفه فهي مؤخرة عما ذكر وهذا تقريب ، وإلا فالواجب في الحقيقة عند تعارض هذه الكتب مراجعة كلام معتمدي المتأخرين واتباع ما رجحوه منها ( وقد التزم ) استئناف أو حال فقد حينئذ واجبة الذكر أو التقدير عند البصريين لتقرب الماضي من الحال واعترضهم السيد الجرجاني ومن تبعه بما رددته عليهم في شرح الهمزية فانظره فإنه مهم .
- Mughnil Mukhtaj :
مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج
ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﺑَﻴَﺎﻥُ ﺍﻟْﻘَﻮْﻟَﻴْﻦِ ﻭَﺍﻟْﻮَﺟْﻬَﻴْﻦِ ﻭَﺍﻟﻄَّﺮِﻳﻘَﻴْﻦِ ﻭَﺍﻟﻨَّﺺِّ ، ﻭَﻣَﺮَﺍﺗِﺐُ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ ﻓِﻲ ﺟَﻤِﻴﻊِ ﺍﻟْﺤَﺎﻟَﺎﺕِ .
ﻓَﺤَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ : ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻤَﺸْﻬُﻮﺭِ ﻓَﻤِﻦْ ﺍﻟْﻘَﻮْﻟَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﺄَﻗْﻮَﺍﻝِ ، ﻓَﺈِﻥْ ﻗَﻮِﻱَ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑُ ﻗُﻠْﺖ ﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮُ ﻭَﺇِﻟَّﺎ ﻓَﺎﻟْﻤَﺸْﻬُﻮﺭُ ، ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ ﺃَﻭْ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ ﻓَﻤِﻦْ ﺍﻟْﻮَﺟْﻬَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﺄَﻭْﺟُﻪِ ، ﻓَﺈِﻥْ ﻗَﻮِﻱَ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑُ ﻗُﻠْﺖ : ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ ﻭَﺇِﻟَّﺎ ﻓَﺎﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ ، ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ : ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ ﻓَﻤِﻦْ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳﻘَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﺍﻟﻄُّﺮُﻕِ ، ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ : ﺍﻟﻨَّﺺُّ ﻓَﻬُﻮَ ﻧَﺺُّ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲِّ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ، ﻭَﻳَﻜُﻮﻥُ ﻫُﻨَﺎﻙَ ﻭَﺟْﻪٌ ﺿَﻌِﻴﻒٌ ﺃَﻭْ ﻗَﻮْﻝٌ ﻣُﺨَﺮَّﺝٌ ، ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ : ﺍﻟْﺠَﺪِﻳﺪُ ﻓَﺎﻟْﻘَﺪِﻳﻢُ ﺧِﻠَﺎﻓُﻪُ ، ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻘَﺪِﻳﻢُ ، ﺃَﻭْ ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻝٍ ﻗَﺪِﻳﻢٍ ﻓَﺎﻟْﺠَﺪِﻳﺪُ ﺧِﻠَﺎﻓُﻪُ ، ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ : ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻛَﺬَﺍ ﻓَﻬُﻮَ ﻭَﺟْﻪٌ ﺿَﻌِﻴﻒٌ ﻭَﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ ﺧِﻠَﺎﻓُﻪُ ، ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ : ﻭَﻓِﻲ ﻗَﻮْﻝٍ ﻛَﺬَﺍ ﻓَﺎﻟﺮَّﺍﺟِﻊُ ﺧِﻠَﺎﻓُﻪُ .
ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺴَﺎﺋِﻞُ ﻧَﻔِﻴﺴَﺔٌ ﺃَﺿُﻤُّﻬَﺎ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳُﺨَﻠَّﻰ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏُ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﺃَﻗُﻮﻝُ ﻓِﻲ ﺃَﻭَّﻟِﻬَﺎ ﻗُﻠْﺖ ، ﻭَﻓِﻲ ﺁﺧِﺮِﻫَﺎ ، ﻭَﺍَﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﻭَﻣَﺎ ﻭَﺟَﺪْﺗَﻪُ ﻣِﻦْ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓِ ﻟَﻔْﻈَﺔٍ ﻭَﻧَﺤْﻮِﻫَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ﻓَﺎﻋْﺘَﻤِﺪْﻫَﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺑُﺪَّ ﻣِﻨْﻬَﺎ ، ﻭَﻛَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻭَﺟَﺪْﺗَﻪُ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄَﺫْﻛَﺎﺭِ ﻣُﺨَﺎﻟِﻔًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ﻭَﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻣِﻦْ ﻛُﺘُﺐِ ﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ ﻓَﺎﻋْﺘَﻤِﺪْﻩُ ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﺣَﻘَّﻘْﺘُﻪُ ﻣِﻦْ ﻛُﺘُﺐِ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﻤَﺪَﺓِ

LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/1761701007186033