Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

0264. Wanita Haidh dan Qodho Puasa

PERTANYAAN :
Assalamu ‘alaikum. Adakah pendapat yang mengatakan orang haid tidak wajib qodho puasa? [Ghufron Bkl].
JAWABAN :
Wa’alaikumussalaam Warahmatullaah. Sebenarnya diriwayatkan telah terjadi kesepakatan ulama (ijma') atas dilarangnya wanita haid dan nifas berpuasa dan wajibnya mengqadha puasa yang mereka berdua tinggalkan. Ta’bir dari kitab:
1. Al-Ijma’ libnil Mundzir
وَأَجْمَعُوْا عَلَى أَنَّ عَلَيْهَا قَضَاءَ مَا تَرَكَتْ مِنَ الصَّوْمِ فِيْ أَيَّامِ حَيْضَتِهَا
"Mereka (Ulama) sepakat bahwasanya wajib atas wanita mengqadha puasa yang dia tinggalkan pada hari-hari haidnya." (Al-Ijma': 39)
Catatan: di sebagian naskah:
وَأَجْمَعُوْا عَلَى أَنَّ قَضَاءَ مَا تَرَكَتْ مِنَ الصَّوْمِ فِيْ أَيَّامِ حَيْضَتِهَا وَاجِبُ عَلَيْهَا
"Mereka (Ulama) sepakat bahwasanya mengqadha puasa yang dia tinggalkan pada hari-hari haidnya wajib atas wanita." (Al-Ijma': 39). Sumber Kitab: 1. Al Ijma’ karya Abu Bakr Muhammad ibn Ibrahim ibn al Mundzir (wafat tahun 318 H) halaman 39, cetakan ke II tahun 1420 H – 1999 M, Maktabah al Furqaan UEA.
2. Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab:
وَأَجْمَعَتِ الْأُمَّةِ أَيْضًا عَلَى وُجُوْبِ قَضَاءِ صَوْمِ رَمَضَانَ عَلَيْهَا ، نَقَلَ الْإِجْمَاعَ فِيْهِ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ الْمُنْذِرِ وَابْنُ جَرِيْرٍ وَأَصْحَابُنَا وَغَيْرُهُمْ
"Ulama juga telah ijma’ atas wajibnya mengqadha puasa Ramadhan atas wanita haid dan wanita nifas. Telah menukil ijma dalam hal diatas , at Tirmidzi, Ibnul Mundzir, Ibn Jarir, ash_hab kami dan yang lainnya." (Al-Majmu', 2/355). Sumber Kitab: Al Majmu’, Syarh al Muhadzdzab, karya Imam Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya ibn Syaraf an Nawawi (wafat tahun 676 H), cetakan Maktabah Al Irsyaad Jeddah / juz II halaman 386 / juz II halaman 355, maktabah syamilah.
3. Mughnil Muhtaajj:
( وَيَجِبُ قَضَاؤُهُ بِخِلَافِ الصَّلَاةِ ) لِقَوْلِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهَا كَانَ يُصِيْبَنَا ذَلِكَ أَيِ الْحَيْضُ فَنُؤمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَانْعَقَدَ الْإِجْمَاعُ عَلَى ذَلِكَ وَفِيْهِ مِنَ الْمَعْنَى أَنَّ الصَّلَاةَ تَكْثُرُ فَيَشَقُّ قَضَاؤُهَا بِخِلَافِ الصَّوْمِ
"(Dan haram sebab haid apa yang haram sebab janabah dan haram juga puasa). Dan wajib mengqadha puasa tidak wajib menqadha shalat, berdasarkan perkataan ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anhu: “Kami mengalami haid. Kami diperintahkan untuk mengqodho puasa dan kami tidak diperintahkan untuk mengqodho’ shalat. Dan terjadi kesepakatan ulama dalam masalah tersebut. Makna yang terkandung dalam riwayat diatas bahwasanya shalat itu banyak sehingga berat mengqadhanya, berbeda dengan puasa." (Mughnil Muhtaj, 1/109). Sumber Kitab: Mughnil Muhtaaj Ilaa Ma’rifati alfaazhil Minhaaj juz I halaman 109, maktabah syamilah.
4. AL Mausuu’atul Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah:
وَالْإجْمَاعُ مُنْعَقِدٌ عَلَى مَنْعِهِمَا مِنَ الصَّوْمِ ، وَعَلَى وُجُوْبِ الْقَضَاءِ عَلَيْهِمَا
"Kesepakatan ulama terjadi atas dilarangnya wanita haid dan nifas berpuasa dan wajibnya mengqadha puasa yang mereka berdua tinggalkan." (al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah, 28/21). Sumber Kitab: AL Mausuu’atul Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah juz 28 halaman 21, maktabah syamilah.
Dalam shahih Muslim disebutkan:
حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ مُعَاذَةَ، قَالَتْ: " سَأَلْتُ عَائِشَةَ، فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْحَائِضِ، تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ؟ فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ، قَالَتْ: كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ
"Dan telah menceritakan kepada kami ‘Abd ibn Humaid telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdurrazzaq telah mengkhabarkan kepada kami Ma'mar dari ‘Ashim dari Mu'aadzah dia berkata: "Saya bertanya kepada ‘Aisyah seraya berkata: “Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?” Maka Aisyah menjawab: “Apakah kamu dari golongan Haruriyah ? “ Aku menjawab: “Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.” Dia menjawab,: “Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat." (HR. Muslim). Sumber Kitab: Shahih Muslim juz I halaman 150, cetakan al Ma’arif Bandung / juz I halaman 182, hadits nomor 787, maktabah syamilah.

Catatan : Haruriyah ialah sekelompok dari Khawarij yang mewajibkan qadha shalat atas wanita haid ketika sudah suci. (Hamisy Shahih Muslim, 1/149). Wallaahu A'lamu Bishshawaab. [ Abdullah Afif, Masaji Antoro ]