Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

1010. JIKA PEMBAYARAN HUTANG DENGAN UANG HARAM

PERTANYAAN :
Assalamu'alaikum, sebelumnya maaf cuma mau tanya, minjamin uang halal ke teman dan pas mau disaurin sama teman, dilunasi uang haram, dan aku tau itu duit haram, kalau tidak diambil uang aku hilang, bagaimana solusi yang pas ? Thanks. [Fa Toni Kamal].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam. Jika membeli makanan di dalam tanggungan dan membayarnya dengan uang haram. Jika penjual menyerahkan makanan tersebut sebelum dibayar, maka makanan tersebut halal. Demikian juga jika makanan itu diserahkan oleh penjual setelah dibayar dan si penjual tahu bahwa uang tersebut adalah uang haram, maka status makan tersebut juga halal.
Namun jika makanan itu diserahkan setelah pembeli membayarnya dengan uang haram dan si penjual tidak tahu bahwa uang tersebut adalah uang haram maka status makanan tersebut adalah haram sampai dia membayarnya dengan uang halal atau si penjual membebaskannya dari tanggungan ( Lihat Fathul mu’in).
Imam Ghozali menjelaskan masalah ini. Beliau berkata : Dan ma’shiyat yang sangat dibenci dalam masalah tersebut adalah: Seseorang membeli makanan yang menjadi tanggungan, kemudian dia membayarnya dengan uang ghasab / curian atau uang haram. Dalam kasus ini dilihat; Jika penjual menyerahkan makanan tersebut sebelum dibayar (dengan kerelaan hati) dan orang itu memakannya sebelum membayarnya, maka makanan tersebut hukumnya halal. Jika kemudian setelah makan dia membayarnya dengan menggunakan uang haram, maka hal sama dengan belum membayar (jadi masih punya hutang). Jika dia membayar dengan uang haram dan sipenjual membebaskannya dan dia tahu bahwa uang tersebut adalah uang haram, maka si pembeli bebas dari tanggungan. Namun jika sipenjual membebaskannya dan dengan sangkaan bahwa uang tersebut adalah uang halal, maka pembebasan tersebut tidak ada gunanya (si pembeli masih punya tanggungan membayar). [ Lihat I’anatut Tholibin juz 3 hal 9 ]. Wallohu a'lam. [Nur Hasyim S. Anam].
-  I'anatut Tholibin 3/9 :
بيّن هذه المسألة الغزالي فقال: وأما المعصية التي تشتد الكراهة فيها: أن يشتري شيئاً في الذمة ويقضي ثمنه من غصب أو مال حرام، فينظر، فإن سلم إليه البائع الطعام قبل قبض الثمن بطيب قلبه، وأكله قبل قضاء الثمن، فهو حلال. فإِن قضى الثمن بعد الأكل من الحرام فكأنه لم يقبض، فإِن قضى الثمن من الحرام وأبرأه البائع مع العلم بأنه حرام فقد برئت ذمته، فإِن أبرأه على ظن أنه حلال فلا تحصل به البراءة. اهــــ
- I'anatut Tholibin 2 /214 :
‎(فـائدة) قال فـي الـمـجموع: يكره الأخذ مـمن بـيده حلال وحرام. كالسلطان الـجائر وتـختلف الكراهة بقلة الشبهة وكثرتها، ولا يحرم إلا أن تـيقن أن هذا من الـحرام. وقول الغزالـي : يحرم الأخذ مـمن أكثر ماله حرام، وكذا معاملته شاذّ. اهــــ
- Fathul mu’in :
ولو اشترى طَعامَا في الذِّمة وقضى من حرامٍ، فإِن أَقْبضَهُ لهُ البائِع برضاه قبل توفية الثمن حُلَّ له أكْله، أو بَعْدَها مع عِلمهِ أنَّه حَرامٌ حلّ أيضاً، وإلا حَرُمَ إِلى أن يُبِرْئَه أو يوفيه من حلٍ. قاله شيئخنا
- I’anatut Tholibin juz 3 hal 9 :

بيّن هذه المسألة الغزالي فقال: وأما المعصية التي تشتد الكراهة فيها: أن يشتري شيئاً في الذمة ويقضي ثمنه من غصب أو مال حرام، فينظر، فإن سلم إليه البائع الطعام قبل قبض الثمن بطيب قلبه، وأكله قبل قضاء الثمن، فهو حلال. فإِن قضى الثمن بعد الأكل من الحرام فكأنه لم يقبض، فإِن قضى الثمن من الحرام وأبرأه البائع مع العلم بأنه حرام فقد برئت ذمته، فإِن أبرأه على ظن أنه حلال فلا تحصل به البراءة. اهــــ