Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

3879. KERINGAT ORANG YANG MEMAKAN DAGING BABI, NAJISKAH ?

PERTANYAAN :

Assalamualaikum. Mohon penjelasannya Apakah keringat orang yang makan babi najis ? Sehingga tidak boleh disentuh ? Syukron yai. [Rop Porop].

JAWABAN :

Wa'alaikumussalam. Apakah tubuh orang yang makan daging anjing itu najis seumur hidup ? Tidak najis selamanya,dikarenakan perut memiliki kekuatan untuk merubah dzat suatu benda dan mensucikannya.

تحفة المختاج في شرح المنهاج
لو أكل مغلظا ثم خرج منه لم يجب تسبيع المخرج لأن الجوف محيل مطهر لانا نقول الجوف لايحيل النجس الى الطهارة مطلقا

Jika ada orang makan anjing atau babi kemudian keluar lagi daging anjing tersebut dari dalam orang yang makan tersebut, maka baginya tidak wajib membasuh 7 kali pada tempat keluarnya tersebut (DUBUR)  dikarenakan perut memiliki kekuatan untuk merubah dzat suatu benda dan mensucikannya.  dikarenakan kita (Syafiiyyah) menyatakan bahwa perut ini tidak bisa merubah dzatiyah benda najis menjadi suci secara mutlak.

Keringatnya orang yang memakan daging babi tetap suci karena bukan benda yang keluar dari dua  lobang depan-belakang, juga bukan muntah :

وخرج بقوله من السبيلين الخارج من بقية المنافذ فهو طاهر الا القيئ الخارج من الفم بعد وصوله الى المعدة.الباجوري ١ / ١٠٠

KERINGAT MANUSIA PEMAKAN NAJIS
Dalam kitab Fiqh ulama secara tegas menyatakan bahwa keringat manusia hukumnya adalah suci. Mereka tidak membedakan status si Pemakan dan apa yang dikonsumsinya. Imam Nawawi menyatakan ; Keringat, air ludah dan air mata itu sama, baik berasal dari orang yang berhadats besar, orang muslim, orang kafir, hewan jinak dan hewan buas, yakni kesemuanya dihukumi suci. Kecuali jika berasal dari anjing dan babi serta anak turun keduanya.

Beliau hanya mengecualikan keringat yang berasal dari anjing dan bagi, ini bukan berarti hukum asli dari keringat adalah najis, akan tetapi najisnya keringat sebab bersinggungan dengan badannya anjing dan babi tersebut yang secara otomatis membuat keringat yang berupa cairan menjadi ikut najis juga.

Perihal keringat manusia pun beliau tidak membedakan itu manusianya siapa dan bagaimana keadaan tubuhnya – dalam keadaan berhadats atau tidak – serta tidak menyinggung sama sekali harus manusia yang menkonsumsi ini dan itu yang bisa dihukumi suci keringatnya.

Dan mengenai manusia yang mengkonsumsi barang najis apakah badannya menjadi najis ? Hal ini meskipun tidak ada tekstual yang shorih dalam kitab fiqh klassik kita, namun ini bisa kita raba dengan ;
1.Tubuh manusia tidak bisa berubah menjadi najis sebab masuknya barang najis ke dalam tubuh. Mau tidak mau ini harus kita terima, sebab meskipun kita tidak pernah mengkonsumsi barang najis, tapi pada akhirnya segala sesuatu yang masuk ke dalam perut dan berubah ini akan menjadi barang najis yang keluar menjadi kotoran dan kencing. Bila najis dalam perut ini bisa menyebabkan najisnya badan, maka tidak ada satupun manusia yang sah sholatnya sebab badannya dihukumi najis.
2.Pernyataan ulama bahwa anggota bathin ini tidak bisa dihukumi Mutanajjis meskipun bersinggungan dengan barang najis.
3.Pemasalahan hewan pemakan kotoran manusia dan semisalnya. Dalam hal ini tidak satu pun ulama yang menyatakan dagingnya hewan tersebut menjadi najis. Meskipun ada ulama yang mengharamkan memakan dagingnya, tapi keharaman ini bukan berangkat dari hukum najis, melainkan daging hewan pemakan daging ini akan berubah menjadi bacin sehingga haram untuk dimakan. Jadi karena bacinnya bukan karena najis.
4.Dalam ilmu pengetahuan umum, keringat tidaklah berasal dari cairan yang terdapat dalam perut. Akan tetapi cairan yang dikeluarkan oleh KELENJAR KERINGAT pada mamalia.
5.Sesuatu yang keluar tidak melalui dua saluran pembuangan hukumnya adalah suci kecuali muntahan yang sudah berubah dan air liur yang berasal dari perut.

KESIMPULANNYA :
Keringat yang berasal dari tubuh manusia tetap dihukumi suci meskipun yang ia konsumsi setiap hari adalah barang najis semisal daging babi dan anjing. Wallohu A'lam. (Fakhrur Rozy, Ghufron Bkl, Muhammad Harsandi Kudung Kantil).

- Al-Umm, juz. 1 halaman. 18 – Maktabah Syameela :

ولا ينجس عرق جنب ولا حائض من تحت منكب ولا مأبض ولا موضع متغير من الجسد ولا غير متغير فإن قال قائل وكيف لا ينجس عرق الجنب والحائض قيل بأمر ( ( ( أمر ) ) ) النبي صلى الله عليه وسلم الحائض بغسل دم الحيض من ثوبها ولم يأمرها بغسل الثوب كله والثوب الذي فيه دم الحيض الإزار ولا شك في كثرة العرق فيه وقد روى عن بن عباس وبن عمر أنهما كانا يعرقان في الثياب وهما جنبان ثم يصليان فيها ولا يغسلانها

- Al-Hawi Fi Fiqh Asy-Syafii, juz. 15 halaman. 147 – Maktabah Syameela :

فصل : روى مجاهد عن ابن عمر أن النبي - صلى الله عليه وسلم - نهى عن أكل الجلالة وألبانها وروى نافع عن ابن عمر أن النبي - صلى الله عليه وسلم - نهى عن الجلالة والمجثمة وعن المصبورة . فأما الجلالة فهي التي ترعى الجلة ، وهي البعر والعذرة ، فحمل بعض أصحاب الحديث النهي على التحريم ، وبه قال سفيان الثوري ، وأحمد بن حنبل . وعندي أنه محمول على الكراهة دون التحريم ، لأن النهي عنها وارد ، لأجل ما تأكله من الأنجاس ، وهي تغتذيه في كرشها ، والعلف الطاهر ينجس في الكرش ، فساوى في حصوله منه حال النجس ، ولأن لحوم ما ترعى الأنجاس نتن ، وأكل اللحم إذا نتن يحرم ، وإذا كان هكذا فكلما كان أكثر غذائه رعي الأنجاس كان أكل لحمه وشرب لبنه مكروها .

- Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, juz. 2 halaman 559 :

559واعلم انه لا فرق في العرق واللعاب والمخاط والدمع بين الجنب والحائض والطاهر والمسلم والكافر والبغل والحمار والفرس والفار وجميع السباع والحشرات بل هي طاهرة من جميعها ومن كل حيوان طاهر وهو ما سوى الكلب والخنزير وفرع أحدهما ولا كراهة في شئ من ذلك عندنا وكذا لا كراهة في سؤر شئ منها وهو بقية ما شربت منه والله أعلم

LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/907177782638364/

www.fb.com/notes/928847937138015