Ulama seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamim an Najdi yakni ulama yang
menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadu l a’zham) yang disebut juga dengan
khawarij. Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk
isim fail) artinya yang keluar.
Berikut sembilan ciri-ciri ulama seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamim an Najdi yakni
1. Dalam berdakwah sering memperguna kan ayat-ayat yang diturunkan bagi orang-oran g kafir dan diterapkan kepada kaum muslim
Abdullah bin Umar ra dalam mensifati orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamim an Najdi atau kelompok
khawarij mengatakan :
“Mereka menggunaka n
ayat-ayat yang diturunkan
bagi orang-oran g
kafir lantas mereka terapkan untuk menyerang orang-oran g beriman”.[ Lihat: kitab Sahih Bukhari jilid:4
halaman:19 7]
2. Dalam berdakwah sering menyampaik an kisah kurafat , tahayul dan contoh
kemusyrika n namun mereka
nisbatkan atau terapkan kepada mayoritas kaum muslim (as-sawadu l a’zham)
Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam bersabda bahwa barangsiap a
yang beranggapa n
mayoritas kaum muslim (as-sawadu l
a’zham) telah rusak maka dia sendirilah yang rusak.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ
بْنِ قَعْنَبٍ حَدَّثَنَا
حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و
حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي
صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الرَّجُلُ هَلَكَ
النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُ مْ
Telah menceritak an
kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab; Telah menceritak an kepada kami Hammad bin Salamah dari
Suhail bin Abu Shalih dari Bapaknya dari Abu Hurairah dia berkata;
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda:
Demikian juga diriwayatk an
dari jalur lainnya, Dan telah menceritak an kepada kami Yahya bin Yahya dia
berkata; Aku membaca Hadits Malik dari Suhail bin Abu Shalih dari
Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: Apabila
ada seseorang yang berkata; ‘Celakalah (rusaklah) manusia’, maka sebenarnya ia sendiri yang lebih celaka (rusak) dari
mereka. (HR Muslim 4755)
3. Dalam berdakwah,
mereka menuhankan pendapat
(kaum) mereka sendiri (istibdad bir ro’yi) sehingga merasa (kaum)
mereka pasti masuk surga
Sayyidina Umar ra menasehatk an “Yang paling aku khawatirka n dari kalian adalah bangga terhadap
pendapatny a sendiri.
Ketahuilah orang yang
mengakui sebagai orang cerdas sebenarnya adalah orang yang sangat bodoh. Orang
yang mengatakan bahwa
dirinya pasti masuk surga, dia akan masuk neraka“
4. Ulama seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamim an Najdi adalah ulama yang
berakhlak buruk sebagai tanda atau ciri terputusny a sanad ilmu atau sanad guru kepada
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam selain pendapat atau
pemahaman mereka menyelisih i
guru dan guru dari guru mereka terdahulu.
Asy-Syeikh
as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaik an bahwa “maksud dari pengijazah an sanad itu adalah agar kamu
menghafazh bukan
sekadar untuk meriwayatk an
tetapi juga untuk meneladani
orang yang kamu mengambil sanad daripadany a, dan orang yang kamu ambil sanadnya
itu juga meneladani
orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadany a dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu
meneladani
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam. Dengan demikian,
keterjagaa n
al-Qur’an itu benar-bena r
sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan “
Seorang lelaki bertanya pada Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam “Musllim yang bagaimana yang
paling baik ?”
“Ketika orang lain tidak (terancam) disakiti oleh tangan dan lisannya”
Jawab Rasulullah
Shallallah u alaihi wasallam.
Rasulullah
shallallah u aliahi
wasallam bersabda “Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus
hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya“. (HR. Ahmad)
Sayyidina Umar ra menasehatk an, “Jangan pernah tertipu oleh
teriakan seseorang (dakwah bersuara / bernada keras). Tapi akuilah orang
yang menyampaikan amanah
dan tidak menyakiti orang lain dengan tangan dan lidahnya“
Sayyidina Umar ra juga menasehatk an “Orang yang tidak memiliki tiga
perkara berikut, berarti imannya belum bermanfaat . Tiga perkara tersebut adalah
santun ketika mengingatk an
orang lain; wara yang menjauhkan nya
dari hal-hal yang haram /
terlarang; dan akhlak mulia dalam bermasyark at (bergaul)“ .
Rasulullah
bersabda: “Kesombong an
adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (Shahih, HR. Muslim
no. 91 dari hadits Abdullah bin Mas’ud)
Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam bersabda , “Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya
terdapat sebesar biji sawi dari kesombonga n. kesombonga n adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia” (HR.
Muslim)
Dalam sebuah hadits qudsi , Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda , “Allah
berfirman, Keagungan
adalah sarungKu dan kesombonga n
adalah pakaianKu.
Barangsiap a
merebutnya (dari Aku)
maka Aku menyiksany a”. (HR.
Muslim)
Rasulullah
shallallah u ‘alaihi
wasallam bersabda: “Kemuliaan
adalah sarung-Nya
dan kesombonga n adalah
selendang- Nya.
Barang siapa menentang- Ku,
maka Aku akan mengadzabn ya.”
(HR Muslim)
Para ulama tasawuf atau kaum sufi mengatakan bahwa hijab itu meliputi antara lain
nafsu hijab, dosa hijab, hubbub al-dunya hijab, cara pandang
terhadap fiqh yang terlalu formalisti k juga hijab, terjebakny a orang dalam kenikmatan ladzatul ‘ibadah, sampai karomah
juga bisa menjadi hijab, dll. Salah satu bentuk nafsu hijab terbesar
itu justru kesombonga n,
karena sombong itu, membuat, manusia hanya melihat dirinya. Kita
bisa bayangkan, kalau
keadaan batin itu hanya melihat dirinya sendiri, orang lain tidak
kelihatan, bagaimana
dia bisa menyaksika n Allah
dengan hatinya (ain bashiroh)
5. Ulama seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamim an Najdi adalah ulama yang
menampakka n ke-sholeh- an di hadapan orang banyak dalam
bentuk tanda-tand a atau
bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk seperti
a. Suka mencela dan mengkafirk an kaum muslim
b. Merasa paling benar dalam beribadah.
c. Berburuk sangka kepada kaum muslim
d. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun
lemah lembut kepada kaum Yahudi.
Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam bersabda yang artinya, “Dari kelompok orang ini, akan
muncul nanti orang-oran g
yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati
kerongkong an mereka,
bahkan mereka membunuh orang-oran g
Islam, dan membiarkan
para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang
meluncur dari busurnya“.
(HR Muslim 1762)
Sabda Rasululull ah
yang artinya "mereka membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan para penyembah berhala" maksudnya
mereka memahami Al Qur'an dan Hadits dan berkesimpu lan kaum muslim lainnya telah musyrik
(menyembah selain
Allah) sehingga membunuhny a
namun dengan pemahaman mereka tersebut mereka membiarkan para penyembah berhala yang sudah
jelas kemusyrika nnya.
Penyembah berhala adalah kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai
kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason, iluminati, lucifier yakni kaum yang meneruskan keyakinan pagan (paganisme ) atau penyembah berhala
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang
kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka n apa (kitab) yang ada pada mereka,
sebahagian dari
orang-oran g yang
diberi kitab (Taurat) melemparka n
kitab Allah ke belakang (punggung) nya, seolah-ola h mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). Dan
mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-sy aitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan
mereka mengatakan
bahwa Sulaiman itu mengerjaka n
sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjaka n sihir), hanya syaitan-sy aitan lah yang kafir (mengerjak an sihir).” (QS Al Baqarah [2]:101-10 2)
Dalam syarah Shahih Muslim, Jilid. 17, No.171 diriwayatk an Khalid bin Walīd ra bertanya
kepada Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam tentang orang-oran g
seperti Dzul Khuwaisara h at
Tamimi an Najdi dengan pertanyaan
“Wahai Rasulullah ,
orang ini memiliki semua bekas dari ibadah-iba dah sunnahnya: matanya merah karena banyak
menangis, wajahnya memiliki dua garis di atas pipinya bekas airmata
yang selalu mengalir, kakinya bengkak karena lama berdiri sepanjang
malam (tahajjud) dan
janggut mereka pun lebat”
Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam menjawab : camkan makna ayat ini : qul in’kuntum tuhib’būna llāh fattabi’un ī – Katakanlah : “Jika kamu mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosam u. karena Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”
Khalid bin Walid bertanya, “Bagaimana caranya ya Rasulullah ? ”
Nabi shallallah u
alaihi wasallam menjawab, “Jadilah orang yang ramah seperti aku,
bersikapla h penuh
kasih, cintai orang-oran g
miskin dan papa, bersikapla h
lemah-lemb ut, penuh
perhatian dan cintai saudara-sa udaramu
dan jadilah pelindung bagi mereka.”
Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam menegaskan
bahwa ketaatan yang dilakukan oleh orang-oran g seperti Dzul Khuwaisara h at Tamimi an Najdi tidaklah cukup
jika tidak menimbulka n
ke-sholeh- an seperti
bersikap ramah, penuh kasih, mencintai orang-oran g miskin dan papa, lemah lembut penuh
perhatian dan mencintai saudara muslim dan menjadi pelindung bagi
mereka.
Indikator atau ciri-ciri atau tanda-tand a orang yang mencintai Allah dan dicintai oleh
Allah adalah
a. Bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim
b. Bersikap keras (tegas /
berpendirian )
terhadap orang-oran g kafir
c. Berjihad di jalan Allah, bergembira dalam menjalanka n kewajibanN ya dan menjauhi laranganNy a
d. Tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran g yang beriman, barang siapa di
antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan
mendatangk an suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiN ya, yang bersikap lemah lembut terhadap
orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran g kafir, yang berjihad dijalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan- Nya
kepada siapa yang dikehendak i-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian -Nya),
lagi Maha Mengetahui .” (QS
Al Ma’iadah [5]:54)
6. Ulama seperti Dzul Khuwaishir ah At Tamim An Najdi dipanggil oleh
Rasulullah sebagai
“orang-ora ng muda” yakni
mereka suka berdalil atau berfatwa dengan Al Qur’an dan Hadits namun
salah paham.
Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam bersabda “Akan keluar suatu kaum akhir jaman, orang-oran g muda yang pemahamann ya sering salah paham. Mereka banyak
mengucapka n
perkataan “Khairil Bariyyah” (maksudnya : suka berdalil dengan Al Qur’an dan
Hadits). Iman mereka tidak melampaui tenggoroka n mereka. Mereka keluar dari agama
sebagaiman a meluncurny a anak panah dari busurnya. Kalau
orang-oran g ini
berjumpa denganmu perangilah
mereka (luruskan pemahaman mereka).” (Hadits Sahih riwayat Imam
Bukhari 3342).
“Orang-ora ng
muda” adalah kalimat majaz yang maknanya orang-oran g yang kurang berpengala man atau kurang berkompete nsi dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah.
7. Ulama seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi, mereka
mengingkar i sunnah
Rasulullah suntuk
mengikuti mayoritas kaum muslim (as-sawadu l a’zham)
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam
bersabda
سيكون في أمتي اختلاف وفرقة ، قوم يحسنون القيل ويسيئون الفعل
“Akan ada perselisih an
dan perseterua n pada
umatku, suatu kaum yang memperbagu s ucapan dan memperjele k perbuatan (akhlak yang buruk) “.
يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ
" Mereka mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka
tidak mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran ". (Sunan Abu Daud : 4765)
Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguh nya
Allah tidak menghimpun
ummatku diatas kesesatan.
Dan tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiap a yang menyelewen gkan, maka ia menyelewen g ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168).
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahull ah dalam Fathul Bari XII/ 37 menukil perkataan Imam Thabari
rahimahullah yang menyatakan :
“Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa jama’ah adalah as-sawadul a’zham (mayoritas kaum muslim)“
Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam bersabda “Sesungguh nya
umatku tidak akan bersepakat
pada kesesatan. Oleh
karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisih an maka ikutilah as-sawad al a’zham
(mayoritas kaum
muslim).” (HR.Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i,
Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini
adalah hadits Shohih)
Ibnu Mas’ud radhiallah uanhu
mewasiatka n yang
artinya: ”Al-Jama’a h
adalah sesuatu yang menetapi al-haq walaupun engkau seorang diri”
Maksudnya tetaplah mengikuti Al-Jamaah atau as-sawad al a’zham
(mayoritas kaum
muslim) walaupun tinggal seorang diri di suatu tempat yang terpisah.
Hindarilah firqoh
atau sekte yakni orang-oran g
yang mengikuti pemahaman seorang ulama yang telah keluar (kharaja)
dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham).
Dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatka n kepada orang yang bertanya kepadanya
ketika ‘Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jama’ah, karena
Allah tidak akan mengumpulk an
umat Muhammad shalallahu
‘alaihi wa sallam dalam kesesatan.
Dan dalam hadits dinyatakan
bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia berpecah
belah menjadi kelompok-k elompok
maka janganlah mengikuti salah satu firqah/ sekte. Hindarilah semua firqah/ sekte itu jika kalian mampu untuk
menghindar i terjatuh
ke dalam keburukan” .
8. Ulama seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi, mereka
menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadu l a’zham) salah satunya dikarenaka n salah memahami firman Allah ta’ala
yang artinya “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-oran g yang di muka bumi ini, niscaya
mereka akan menyesatka nmu
dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaa n belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah)” (QS Al An’aam [6]:116)
Yang dimaksud “menuruti kebanyakan orang-oran g yang di muka bumi” adalah menuruti
kaum musyrik. Hal ini dapat kita ketahui dengan memperhati kan ayat-ayat sebelumnya pada surat tersebut.
9. Ulama seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi, mereka
menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadu l a’zham) karena mereka merasa
sebagai yang dimaksud dengan Al Ghuroba atau orang-oran g yang asing sebagaiman a hadits berikut
Telah menceritak an
kepada kami Muhammad bin Abbad dan Ibnu Abu Umar semuanya dari
Marwan al-Fazari, Ibnu
Abbad berkata, telah menceritak an
kepada kami Marwan dari Yazid -yaitu Ibnu Kaisan- dari Abu Hazim
dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasululla h shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: “Islam
muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing,
maka beruntungl ah
orang-oran g yang
terasing.” (HR Muslim 208)
Ghuroba atau "orang-ora ng
yang terasing" dalam hadits tersebut bukanlah mereka yang
mengasingk an diri dari
para ulama yang sholeh atau mereka yang menyempal dari mayoritas
kaum muslim (as-sawadu l
a’zham)
Hal yang dimaksud dengan ghuroba adalah semakin sedikit kaum
muslim yang sholeh diantara mayoritas kaum muslim (as-sawad al
a’zham)
Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam besabda “Orang yang asing, orang-oran g yang berbuat kebajikan ketika
manusia rusak atau orang-oran g
shalih di antara banyaknya orang yang buruk, orang yang menyelisih inya lebih banyak dari yang
mentaatiny a”. (HR. Ahmad)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda “Sesungguh nya Islam itu pada mulanya datang
dengan asing dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya
datang. Maka berbahagia lah
bagi orang-oran g yang
asing”. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah , siapakah orang-oran g yang asing itu ?”. Beliau
bersabda, “Mereka yang memperbaik i
dikala rusaknya manusia”. [HR. Ibnu Majah dan Thabrani]
Pada akhir zaman salah satu tandanya adalah semakin sulit ditemukan
muslim yang sholeh
Dari Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy (isteri Rasulullah Shallallah u ‘Alaihi wa Sallam), beliau
berkata:” (Pada suatu hari) Rasulullah Shallallah u ‘Alaihi wa Sallam masuk ke dalam
rumahnya dengan keadaan cemas sambil bersabda, “La ilaha illallah,
celaka (binasa) bangsa Arab dari kejahatan (malapetak a) yang sudah hampir menimpa mereka.
Pada hari ini telah terbuka bagian dinding Ya’juj dan Ma’juj seperti
ini”, dan Baginda menemukan ujung ibu jari dengan ujung jari yang
sebelahnya (jari
telunjuk) yang dengan itu mengisyara tkan
seperti bulatan. Saya (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya, Ya
Rasulullah ! Apakah
kami akan binasa, sedangkan di kalangan kami masih ada orang-oran g yang shaleh?” Lalu Nabi Shallallah u ‘Alaihi wa Sallam bersabda, Ya, jikalau
kejahatan sudah terlalu banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830