Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

6120. BOLEHKAH MENUKIL IBAROT DARI KITAB YANG BELUM PERNAH DIKAJI ?

PERTANYAAN :


Assalaamu'alaikum warahmatulloh. Nanya gan : Bolehkah menukil ibarat / dalil dari kitab yang belum pernah ngaji untuk debat/ diskusi/ bahtsul masail ? Atas jawabannya saya ucapkan banyak terima kasih. Wassalaamu'alaikum. [Mohamad Jihad Orisinil].



JAWABAN :

Wa'alaikumussalam. Bolehkah menuqil ibarat dari kitab yg belum ngaji (pada seorang guru) ? Boleh, dengan syarat orang yang menuqil ibarat punya keahlian atau pengetahuan untuk memahami ibarat kitab yang dinukil, dia sudah menguasai fan ilmu yang dikaji, dan berupa kitab yang mu'tabaroh dalam manhaj Aqidah Ahlussunah waljamaah. Contoh : Orang yang pernah belajar ilmu alat, lalu dengan ilmu alat tersebut dia bisa memahami ibarot kitab Al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab, padahal dia belum pernah ngaji kitab Al-Majmu' pada seorang guru, maka dia boleh menggunakan ibarot tersebut untuk bahtsul masail. Bahkan boleh untuk fatwa jika dia termasuk orang yang punya keahlian untuk berfatwa.

Karena kitab itu banyak sekali, bahkan ada satu ulama yang karyanya sampai 500 kitab, itu baru satu padahal ulama setiap kurun ada banyak. Jadi mengambil ta'bir dari kitab apapun yang penting mu'tabaroh maka boleh, cuma untuk yang mengambil harus pandai sehingga tidak menimbulkan kegaduhan. Terus yang lebih baik adalah yang sudah mengaji / paling tidak sudah punya sanad kitab tersebut. Sehingga boleh bahkan dianjurkan ketika mencari referensi dalam kitab yang kita kaji tidak ada. Makanya, kalau dalam fathul qorib ketika Mudonnif tidak begitu panjang lebar menjelaskan seputar hukum atau menukil keterangan dalam kitab lain, sering mushonnif berkata كما في المطولات seperti penjelasan dalam kitab yang panjang keterangannya, yaitu kitab Al-majmu', bujayromi, tuhfatul muhtaj, nihayatul muhtaj, dll. Asal, kita mengambil dari penjelasan dari ulama yang mu'tabaroh, pendapat shohih, ashoh, mu'tamad. Wallohu a'lam. [Umronuddin, Imam Tontowi, Istiqomah, Suseno, Abi LoveAmi].

Baca juga dokumen 2983 :

Referensi :

الإتقان في علوم القرآن، ص ٣٥٥
فائدة ثانية:
الإجازة من الشيخ غير شرط في جواز التصدي للإقراء والإفادة فمن علم من نفسه الأهلية جاز له ذلك وإن لم يجزه أحد وعلى ذلك السلف الأولون والصدر الصالح وكذلك في كل علم وفي الإقراء والإفتاء خلافا لما يتوهمه الأغبياء من اعتقاد كونها شرطا. وإنما اصطلح الناس على الإجازة لأن أهلية الشخص لا يعلمها غالبا من يريد الأخذ عنه من المبتدئين ونحوهم لقصور مقامهم عن ذلك والبحث عن الأهلية قبل الأخذ شرط فجعلت الإجازة كالشهادة من الشيخ للمجاز بالأهلية.

LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/4080000838689360