Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

1153. TAUBAT : APAKAH PELACUR YANG BERTAUBAT AKAN TETAP DISIKSA ?

PERTANYAAN :
Assalamu Alaikum. Ustadz apakah wanita malam, maaf (pelacur) yang bertobat tidak dapat siksa kubur Ustadz !! terimaksih penjelasannya Ya ustadz. [Risky Imam].
JAWABAN :
Waalaikumsalam wr wb. At Taibu minadh dzanbi kaman laa dhanba lahu.. Orang yang bertobat dari dosa, seperti tidak punya dosa. Maka pelacur tersebut jika taubat nashuha maka untuk dosa berzinanya sudah hilang sama-sekali. Mengenai siksa kubur, mungkin dia disiksa karena dari dosanya yang lain. SIKSA itu hak preogratif Allah, namun bila seseorang telah insyaf dan benar-benar bertaubat, maka imannya kembali ia kenakan dan dalam hukum syara' diperlakukan hak-haknya seperti muslim lainnya....

وروي عن أبي هريرة ر...ضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( إذا زنى الرجل خرج منه الإيمان فكان عليه كالظلة فإذا أقلع رجع إليه الإيمان ) رواه أبو داود واللفظ له
Diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra. Dia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda “Bila seorang lelaki berzina perbuatannya laksana penutup (iman) baginya namun bila dia telah menjauhkan diri dari zina (bertaubat), imannya kembali padanya” (HR Abu Daud).
وفي رواية للبيهقي قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( إن الإيمان سربال يسربله الله من يشاء فإذا زنى العبد نزع منه سربال الإيمان فإن تاب رد عليه )
Dalam sebuah riwayat Imam Baehaqi dikatakan : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallama bersabda “Iman itu laksana gamis/baju yang Allah kenakan pada hambaNya yang dikehendaki, bila seorang berzina lepaslah pakaian tersebut bila dia bertaubat dikembalikan lagi pakaiannya” (HR. Baehaqi)
ولا يجوز التزوج بالزانية التي اشتهرت بذلك ولا يجوز التزوج من الزاني الذي يتظاهر بالفاحشة واشتهر بها إلا إذا ظهرت التوبة الصادقة عليه

“Tidak boleh menikahi wanita pezina yang sudah dikenal umum perbuatannya, tidak boleh juga menikahi lelaki pezina yang tampak kejelekan dan dikenal umum perbuatannya kecuali bila telah nampak adanya taubat yang benar darinya”. [ AlFiqh ‘Alaa Madzaahib al-Arba’ah V/60 ]. Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Muhajir Madad Salim, Masaji Antoro].