Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

6170. SAH KAH BERQURBAN DENGAN SAPI YANG TERPOTONG EKORNYA

PERTANYAAN :


Assalamualaikum. Para mujawib, asatidz yang saya hormati. Apakah sah berqurban dengan sapi yang terpotong ujung ekornya. Saya sangat harapkan jawabannya berhubung saya sudah muter-muter cari hewan qurban yang sempurna belum ketemu. Matursuwun poro mujawib yang Budiman, sebenarnya ini pertanyaan titipan masyarakat di daerah kami. Banyak sekali pendapat ulama yang tidak membolehkan, namun saya cari siapa tahu ada yang membolehkan, karena saya hawatir ini akan memberatkan / mempersulit orang yang akan berkurban. Karena di masa wabah Penyakit Mulut dan Kuku ini, di daerah kami sulit mencari hewan kurban yang benar-benar sempurna dan sesuai kriteria, sebab banyak sapi yang sakit & mati. Terimakasih kasih. [Joko Santoso Abil].

JAWABAN :

Wa'alaikumussalam. Tidak sah hukumnya berkurban dengan hewan kurban yang terpotong sebagian buntutnya ataupun sebagian dari dua kupingnya, (walaupun cuma 1 kuping yang sebagiannya terpotong), ataupun aliahnya ( ujung pangkal pantat), kecuali itu masalah cacat sejak lahir, contohnya lahir tanpa susu, bokong atau ekor maka jika demikian boleh dibuat kurban. Disebutkan dalam Fiqh ala madzahib arba'ah : Adapun hewan kurban yang memang sedari penciptaannya tidak mempunyai dzanab/ ekor maka tidak masalah & boleh untuk kurban, sebagaimana hewan yang dari awal penciptaannya tidak memiliki dhor'i / kantong susu yang ada putingnya.

Dalam Al-Mughni dijelaskan : "Adhbu" yaitu hulangnya sebagian kuping atau lebih, atau tanduk, yang demikian tidak boleh untuk kurban. pendapat tersebut pula dikatakan oleh Annakha'i, Abu Yusuf, Muhammad. Berkata Abu Hanifah dan Assyafii rahimahumulloh : Dibolehkan bagi yang pecah tanduknya. Yang semisal dengan itu telah di riwayatkan dari Ali, Umar, 'Amr, Ibnu Musayyabb dan Hasan radlialloh anhum.
Imam malik berkata  : " Jika tanduknya berdarah maka tidak boleh, jika tidak berdarah maka boleh.
'Atho dan malik berkata : Jika hilang kuping keselurahannya maka tidak boleh, dan jika hilangnya hanya sedikit saja maka boleh. Mereka berhujah dengan Sabda Nabi shollalloh alaihi wasalam :
(اربع لا يجوز في الاضاحى)
Hadis ini menunjukkan bahwa selain 4 larangan tersebut berarti : boleh.
Juga karena hadis Bara' dari Ghubaid bin Fairuz, ia berkata : "aku berkata kepada bara', Aku membenci kekurangan dari tanduk dan kekurangan dari Buntut",
Bara' berkata ;" Bencilah untuk dirimu sendiri sesuka mu, jangan mempersulit orang-orang untuk berkurban".
Argumennya juga adalah dikarenakan maksudnya ( yang dibutuhkan) adalah daging, dan tidaklah berpengaruh dengan hilangnya sebagian ekor dan tanduk tersebut.
Bagi kami (mushonif & ashab) apa yang diriwayatkan dari Ali radlialloh anh yang berkata : Rasululloh shollalloh alaihi wasalam melarang mengkurbankan hewan yang hilang tanduk dan hilang kupingnya"
Qotadah berkata : maka saya betanya kepada Sa'id bin Musayyab, dia berkata : "Ya, hilangnya adalah setengah atau lebih dari itu" [Riwayat Assyafii, Ibnu Majah], dan dari Ali radlialloh 'anh berkata : "Rosululloh shollalloh alaihi wasalam menyuruh kami untuk memperhatikan mata dan telinga " [Riwayat abu dawud dan nasa'i], qoul Inilah yang dikedepankan.
Wallohu a'lam. [Kaligung, Umronuddin, Subhana Ahmada].

Ibarot :

اعانة ج٢ ص٣٧٧ 
(قوله: ومقطوعة بعض ذنب أو أذن) أي ولا يجزئ مقطوعة بعض ذنب أو أذن، أي أو ألية أو ضرع،

المغني/٩ /٤٤١ 
وَأَمَّا الْعَضَبُ: فَهُوَ ذَهَابُ أَكْثَرَ مِنْ نِصْفِ الْأُذُنِ أَوْ الْقَرْنِ، وَذَلِكَ يَمْنَعُ الْإِجْزَاءَ أَيْضًا. وَبِهِ قَالَ النَّخَعِيُّ وَأَبُو يُوسُفَ وَمُحَمَّدٌ، وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ وَالشَّافِعِيُّ: تُجْزِئُ مَكْسُورَةُ الْقَرْنِ. وَرُوِيَ نَحْوُ ذَلِكَ عَنْ عَلِيٍّ وَعُمَرَ وَعَمَّارٍ وَابْنِ الْمُسَيِّبِ وَالْحَسَنِ. وَقَالَ مَالِكٌ: إنْ كَانَ قَرْنُهَا يَدْمَى، لَمْ يَجُزْ، وَإِلَّا جَازَ.
وَقَالَ عَطَاءٌ وَمَالِكٌ: إذَا ذَهَبَتْ الْأُذُنُ كُلُّهَا، لَمْ يَجُزْ، وَإِنْ ذَهَبَ يَسِيرٌ، جَازَ. وَاحْتَجُّوا بِأَنَّ قَوْلَ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «أَرْبَعٌ لَا تَجُوزُ فِي الْأَضَاحِيِّ» . يَدُلُّ عَلَى أَنَّ غَيْرَهُ يُجْزِئُ؛ وَلِأَنَّ فِي حَدِيثِ الْبَرَاءِ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ فَيْرُوزَ، قَالَ: قُلْت لِلْبَرَاءِ فَإِنِّي أَكْرَهُ النَّقْصَ مِنْ الْقَرْنِ وَمِنْ الذَّنَبِ. فَقَالَ: اكْرَهْ لِنَفْسِك مَا شِئْت، وَإِيَّاكَ أَنْ تُضَيِّقَ عَلَى النَّاسِ.
وَلِأَنَّ الْمَقْصُودَ اللَّحْمُ، وَلَا يُؤَثِّرُ ذَهَابُ ذَلِكَ فِيهِ. وَلَنَا مَا رُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ «نَهَى رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنْ يُضَحَّى بِأَعْضَبِ الْقَرْنِ وَالْأُذُنِ.» قَالَ قَتَادَةُ: فَسَأَلْت سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيِّبِ، فَقَالَ: نَعَمْ، الْعَضَبُ النِّصْفُ فَأَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ. رَوَاهُ الشَّافِعِيُّ، وَابْنُ مَاجَهْ وَعَنْ عَلِيٍّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: «أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنْ نَسْتَشْرِفَ الْعَيْنَ وَالْأُذُنَ» . رَوَاهُ أَبُو دَاوُد، وَالنَّسَائِيُّ. وَهَذَا مَنْطُوقٌ يُقَدَّمُ عَلَى الْمَفْهُومِ.

- Fiqh ala madzahib arba'ah, Aljaziry 1/374 cet faidl ilmi :
اما المخلوقة بلا ذنب، فانها تجزىء، كالمخلوقة بلا ضرع ولا اليةبخلاف المخلوق بلا اذن، فانها لا تصح به،

[ إعانة الطالبين ]
(قوله: ومقطوعة بعض ذنب أو أذن) أي ولا يجزئ مقطوعة بعض ذنب أو أذن، أي أو ألية أو ضرع، لذهاب جزء مأكول.
وقال أبو حنيفة: إن كان المقطوع من الأذن دون الثلث أجزأ، ولا تجزئ أيضا المخلوقة بلا أذن، بخلاف المخلوقة بلا ذنب، أو بلا ضرع، أو ألية، فإنها تجزئ.
والفرق بين هذه الثلاثة، وبين الأذن أن الأذن عضو لازم لكل حيوان، بخلاف هذه الثلاثة، ولذلك أجزأ ذكر المعز، مع أنه لا ضرع ولا ألية له.

[البجيرمي، حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب، ٣٣٦/٤]
(وَلَا يُجْزِئُ مَقْطُوعُ) بَعْضِ (الْأُذُنِ) وَإِنْ كَانَ يَسِيرًا لِذَهَابِ جُزْءٍ مَأْكُولٍ. وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ: إنْ كَانَ الْمَقْطُوعُ دُونَ الثُّلُثِ أَجْزَأَ، وَأَفْهَمَ كَلَامُ الْمُصَنِّفِ مَنْعَ كُلِّ الْأُذُنِ بِطَرِيقِ الْأَوْلَى وَمَنْعَ الْمَخْلُوقَةِ بِلَا أُذُنٍ وَهُوَ مَا اقْتَصَرَ عَلَيْهِ الرَّافِعِيُّ بِخِلَافِ فَاقِدَةِ الضَّرْعِ أَوْ الْأَلْيَةِ أَوْ الذَّنَبِ خِلْقَةً فَإِنَّهُ لَا يَضُرُّ. وَالْفَرْقُ: أَنَّ الْأُذُنَ عُضْوٌ لَازِمٌ غَالِبًا بِخِلَافِ مَا ذُكِرَ فِي الْأَوَّلَيْنِ وَكَمَا يُجْزِئُ ذَكَرُ الْمَعْزِ.
وَأَمَّا فِي الثَّالِثِ فَقِيَاسًا عَلَى ذَلِكَ أَمَّا إذَا فُقِدَ ذَلِكَ بِقَطْعٍ وَلَوْ لِبَعْضٍ مِنْهُ كَمَا يُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِهِ: (وَلَا مَقْطُوعُ) بَعْضِ (الذَّنَبِ) وَإِنْ قَلَّ أَوْ بِقَطْعِ بَعْضِ لِسَانٍ فَإِنَّهُ يَضُرُّ لِحُدُوثِ مَا يُؤَثِّرُ فِي نَقْصِ اللَّحْمِ ،

LINK ASAL :