Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

5958. Pengertian Dan Batasan Bakhil

PERTANYAAN :


Asalamu alaikum warohmatullah wabarokatuh. Mohon pencerahan nya tentang batasan orang yang disebut bakhil alias pelit, mohon sertakan referensinya, terimakasih. [Goja Yagju].

JAWBAN :

Wa alaikumus salaam warohmatullohi wabarokaatuh. Firman Allah dalam surat al isra' ayat 29 :

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ

"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu".

Tafsir ayat tersebut dijelaskan dalam kitab tafsir at thobari (17/434) :

وهذا مثل ضربه الله تبارك وتعالى للممتنع من الإنفاق في الحقوق التي أوجبها في أموال ذوي الأموال ، فجعله كالمشدودة يده إلى عنقه ، الذي لا يقدر على الأخذ بها والإعطاء .

Ayat ini adalah permisalan yang Allah tabaroka wata'ala buat bagi orang yang mencegah infak dalam hal hak-hak yang Allah wajibkan dalam hartanya orang-orang yang berharta, maka Allah jadikan seperti orang yang membelengunak tangannya pada leher, yang tidak bisa mengambil harta juga tidak bisa memberi.
Sedang dalam kitab tafsir al qurtubi (3/236)dijelaskan :

هذا مجاز عبر به عن البخيل الذي لا يقدر من قلبه على إخراج شيء من ماله ; فضرب له مثل الغل الذي يمنع من التصرف باليد

Ayat ini adalah majaz yang menggambarkan orang bakhil, yaitu orang yang tidak mampu dari hatinya mengeluarkan sesuatu dari hartanya, dibuatkan permisalan baginya belenggu yang mencegah penggunaan tangannya.

Dalam kitab tafsir al kabir juga dijelaskan :

: لا تمسك عن الإنفاق بحيث تضيق على نفسك وأهلك في وجوه صلة الرحم وسبيل الخيرات

Maksudnya ayat adalah : janganlah menahan infak yang bisa menjadikan sempit bagi dirimu dan keluargamu , dalam hal silatur rahmi dan jalan kebaikan.

Telah diketahui dari dali-dalil syar'i bahwa yang namanya bakhil termasuk hal yang merusak, akan tetapi apa batasan dari bakhil ? bagaimana seseorang bisa di katakan sebagai bakhil? karena setiap orang melihat dirinya sendiri sebagai orang yang dermawan tetapi orang lain melihatnya sebagai orang bakhil. Setiap orang menyukai harta, oleh karenanya ia menyimpan dan menahan hartanya, jika dengan menahan hartanya seseorang disebut sebagai bakhil, maka tdk ada seorangpun kecuali dia bakhil. Jika menahan harta secara mutlak tidak menjadikan ia bakhil, maka tidak ada makna bakhil kecuali menahan harta, maka bakhil manakah yang termasuk merusak ?
Kami jawab :
Sebagian orang berkata bahwa batasan bakhil adalah adalah yang wajib, maka setiap orang yang menunaikan apa yang diwajibkan kepadanya maka dia tidak disebut sebagai bakhil. Menurut kami, ini tidaklah cukup, misal ada orang yang memberikan daging kepada tukang jagal, atau roti kepada pembuat roti dengan kurang satu biji atau setengah biji, maka secara sepakat ini disebut sebagai bakhil.
Begitu juga dengan orang yang menyerahkan kepada keluarganya seukuran yang diwajibkan oleh qodli, kemudian dikurangi satu suapan atau kurang satu kurma yang mereka makan dari hartanya, maka ini juga termasuk bakhil. Dan orang yang mempunyai satu roti, lalu datang seseorang yang dikira akan makan bersamanya, lalu roti itu disembunyikan, maka orang ini juga termasuk bakhil.
Orang lainnya berkata : orang bakhil adalah orang yang merasa sulit dalam memberi. Pendapat ini juga masih kurang, karena jika maksudnya adalah meras sulit dalam setiap pemberian, maka banyak sekali orang bakhil yang tidak merasa sulit memberikan sesuatu yang sangat sedikit, misalnya satu biji atau yang mendekatinya, dan merasa sulit memberikan lebih dari ini ?
Jika yang dimaksud adalah sulit dalam memberikan sebagian pemberian, maka banyak sekali orang-orang yang murah hati akan tetapi dia juga merasa sulit dalam sebagian pemberian, misalnya memberikan semua hartanya, atau memberikan sebagian besar hartanya, jadi pengertian ini juga tidak menetapkan arti bakhil.
Waqila, orang yang memberikan setengah dan menyimpan setengah maka dia disebut orang yg dermawan, orang yg memberikan lebih banyak dan menyimpan yang lebihh sedikit maka dia disebut orang yang murah hati, orang yang menahan rasa sakit dan mengalah kepada orang lain dengan hartanya yang pas-pasan maka dia disebut orang yang utama, dan orang yang tidak memberikan sesuatupun maka dia disebut orang yang bakhil.
Semua pengertian itu tidak meliputi hakekat murah hati dan bakhil, menurut kami, Harta diciptakan untuk suatu hikmah dan maksud tertentu yaitu kebaikannya untuk kebutuhannya makhluk. Jadi, mungkin saja ia ditahan dari penggunaannya yang seharusnya, mungkin saja ia digunakan pada hal yang tidak baik menggunakan di situ dan mungkin saja ia digunakan secara adil, yaitu menyimpannya ketika wajib di simpan dan menyalurkannya ketika wajib disalurkan.
Menyimpan ketika wajib menyalurkan maka disebut bakhil dan menyalurkan ketika wajib menyimpan maka disebut boros, yang di tengah 2 inilah yang terpuji.
Kalau begitu, pengertian bakhil terhenti pada pengetahuan hal yaang wajib, maka hal apa yang wajib penyalurannya ?
Jawab : hal yang wajib ada dua, wajib secara syar'i dan wajib secara muru'ah dan adat.
Orang yang dermawan tidak menahan yang wajib syar'i dan wajib muru'ah, jika menahan salah satunya maka disebut bakhil. Akan tetapi yang menahan wajib syar'i lebih bakhil, misalnya orang yang tidak mau mengeluarkan zakat dan menahan nafkah keluarganya atau memberikan nafkah akan tetapi merasa berat, ini disebut bakhil secara watak, dia dermawan secara terpaksa. Atau orang yang sengaja memberikan yang paling buruk dari hartanya dan hatinya merasa tidak senang jika memberikan harta yang terbaik atau yang sedang-sedang saja, maka ini semua adalah bakhil. Wallohu a'lam. [Nur Hamzah].

Referensi :

- kitab ihya' ulumuddin :

قد عرف بشواهد الشرع أن البخل من المهلكات، ولكن ما حد البخل وبماذا يصير الإنسان بخيلاً? وما من إنسان وهو يرى نفسه سخياً وربما يراه غيره بخيلاً، وقد يصدر فعل من إنسان فيختلف فيه الناس فيقول قوم: هذا بخل ويقول آخرون ليس هذا من البخل. وما من إنسان إلا ويجد من نفسه حباً للمال ولأجله يحفظ المال ويمسكه، فإن كان يصير بإمساك المال بخيلاً فإذا لا ينفك أحد عن البخل. وإذا كان الإمساك مطلقاً لا يوجب البخل، ولا معنى للبخل إلا الإمساك فما البخل الذي يوجب الهلاك? وما حد السخاء الذي يستحق به البعد صفة السخاوة وثوابها?
فنقول: قد قال قائلون حد البخل منه الواجب، فكل من أدى مايجب عليه فليس ببخيل، وهذا غير كاف؛ فإن من يرد اللحم مثلاً إلى القصاب والخبز للخباز بنقصان حبة أو نصف حبة فإنه يعد بخيلاً بالاتفاق. وكذلك من يسلم إلى عياله القدر الذي يفرضه القاضي ثم يضايقهم في لقمة ازدادوها عليه أو تمرة أكلوها من ماله يعد بخيلاً. ومن كان بين يديه رغيف فحضر من يظن أنه يأكل معه فأخفاه عنه عد بخيلاً.
وقال قائلون البخيل هو الذي يستصعب العطية، وهو أيضاً قاصر، فإنه إن أريد به أنه يستصعب كل عطية فكم من بخيل لا يستصعب العطية القليلة كالحبة وما يقرب منها، ويستصعب ما فوق ذلك? وإن أريد به أن يستصعب بعض العطايا فما من جواد إلا وقد يستصعب بعض العطايا? وهو ما يستغرق جميع ماله أو المال العظيم. فهذا لا يوجب الحكم بالبخل.
الي ان قال
وقيل: من أعطى البعض وأبقى البعض فهو صاحب سخاء، ومن بذل الأكثر وأبقى لنفسه شيئاً فهو صاحب جود، ومن قاسى الضر وآثر غيره بالبلغة فهو صاحب إيثار، ومن لم يبذل شيئاً فهو صاحب بخل.
وجملة هذه الكلمات غير محيطة بحقيقة الجود والبخل، بل نقول: المال خلق لحكمة ومقصود وهو صلاحه لحاجات الخلق، ويمكن إمساكه عن الصرف إلى ما خلق للصرف إليه، ويمكن بذله بالصرف إلى ما لا يحسن الصرف إليه، ويمكن التصرف فيه بالعدل، وهو أن يحفظ حيث يجب الحفظ، ويبذل حيث يجب البذل. فالإمساك حيث يجب البذل بخل، والبذل حيث يجب الإمساك تبذير. وبينهما وسط وهو المحمود
الي ان قال
فإن قلت: فقد صار هذا موقوفاً على معرفة الواجب فما الذي يجب بذله? فأقول: إن الواجب قسمان: واجب بالشرع، وواجب بالمروءة والعادة. والسخي هو الذي لا يمنع واجب الشرع ولا واجب المروءة، فإن منع واحداً منهما فهو بخيل، ولكن الذي يمنع واجب الشرع أبخل كالذي يمنع أداء الزكاة ويمنع عياله وأهله النفقة، أو يؤديها ولكنه يشق عليه، فإنه بخيل بالطبع، وإنما يتسخى بالتكلف، أو الذي يتيمم الخبيث من ماله ولا يطيب قلبه أن يعطي من أطيب ماله، أو من وسطه، فهذا كله بخل.

LINK ASAL :
web.fb.com/groups/piss.ktb/3393597777329673/