oleh Zon Jonggol
Telah sempurna agama Islam maka telah sempurna atau tuntas segala
laranganNya, apa yang telah
diharamkanNya dan apa yang telah
diwajibkanNya,
selebihnya adalah perkara yang
didiamkanNya atau
dibolehkanNya.
Firman Allah ta’ala yang artinya “dan tidaklah Tuhanmu lupa” (QS Maryam [19]:64)
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu ni’mat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu ” (QS
Al-Maaidah: [5] : 3)
Ibnu Katsir ketika mentafsirkan (QS. al-Maidah [5]:3) berkata, “Tidak ada
sesuatu yang halal melainkan yang Allah halalkan, tidak ada sesuatu yang haram
melainkan yang Allah haramkan dan tidak ada agama kecuali perkara yang di
syariatkan-Nya. ”
Rasulullah
Shallallau ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Apa-apa yang Allah halalkan dalam kitabNya adalah halal, dan apa-apa
yang diharamkan dalam kitabNya
adalah haram, dan apa-apa yang didiamkanNya adalah dibolehkan. Maka, terimalah kebolehan dari Allah, karena
sesungguhnya Allah tidak lupa terhadap
segala sesuatu. ” Kemudian beliau membaca (Maryam: 64): “Dan tidak
sekali-kali Rabbmu itu
lupa .” (HR. Al Hakim dari Abu Darda’, beliau
menshahihkannya. Juga
diriwayatkan oleh Al Bazzar)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
“Orang muslim yang paling besar dosanya (kejahatannya) terhadap kaum muslimin lainnya adalah orang
yang bertanya tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan (dilarang) bagi kaum muslimin, tetapi akhirnya sesuatu
tersebut diharamkan
(dilarang) bagi mereka karena
pertanyaannya. ” (HR Bukhari 6745,
HR Muslim 4349, 4350)
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda
“Barang siapa yang membuat perkara baru dalam urusan agama yang tidak
ada sumbernya (tidak turunkan keterangan padanya) maka tertolak. ” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Telah menceritakan
kepada kami Ya’qub telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’ad dari bapaknya
dari Al Qasim bin Muhammad dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang
membuat perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak ada
perintahnya (tidak turunkan
keterangan padanya) maka perkara itu
tertolak. ” (HR Bukhari 2499)
Kedua hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah
menegaskan bahwa kita tidak
boleh membuat perkara baru (bid'ah) atau mengada-ada dalam urusan agama atau
mengada-ada dalam urusan kami
yakni mengada-ada dalam perkara
syariat, mengada-ada dalam
urusan yang merupakan hak Allah Azza wa Jalla menetapkannya atau mensyariatkannya.
Agama bukanlah berasal dari akal pikiran manusia namun bersumber hanya dari Allah Azza wa Jalla
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama
itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan,
perintah-Nya dan
larangan-Nya. ” (Hadits
riwayat Ath-Thabarani)
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam
diutus oleh Allah Azza wa Jalla membawa agama atau perkara yang
disyariatkanNya yakni apa yang
telah diwajibkanNya (jika
ditinggalkan berdosa), apa yang
telah dilarangNya dan apa yang
telah diharamkanNya (jika dilanggar
berdosa). Allah ta’ala tidak lupa.
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah
telah mewajibkan beberapa
kewajiban , maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa larangan, maka jangan kamu langgar dia;
dan Allah telah mengharamkan
sesuatu, maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah
mendiamkan beberapa hal sebagai
tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu
perbincangkan dia. ”
(Riwayat Daraquthni,
dihasankan oleh an-Nawawi dan
tercantum dalam hadits Arba’in yang ketiga puluh)
Kesimpulannya bid’ah
dalam “urusan agama” (urusan kami) adalah bid’ah dalam urusan yang merupakan hak
Allah Azza wa Jalla menetapkannya atau mensyariatkannya atau bid’ah dalam perkara syariat yakni
mengada-ada larangan yang tidak
dilarangNya atau
mengharamkan sesuatu yang tidak
diharamkanNya atau
mewajibkan sesuatu yang tidak
diwajibkanNya
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Katakanlah! Tuhanku
hanya mengharamkan hal-hal yang
tidak baik yang timbul daripadanya dan apa yang tersembunyi dan dosa dan durhaka yang tidak benar dan kamu
menyekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah tidak turunkan keterangan padanya dan kamu mengatakan atas (nama) Allah dengan sesuatu yang kamu tidak
mengetahui. ” (QS al-A’raf [7] :
33)
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya Rabbku
memerintahkanku untuk
mengajarkan yang tidak kalian
ketahui yang Ia ajarkan padaku pada hari ini: ‘Semua yang telah Aku berikan pada
hamba itu halal, Aku ciptakan hamba-hambaKu ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian
datanglah syaitan kepada mereka. Syaitan ini kemudian
membelokkan mereka dari
agamanya, dan mengharamkan atas
mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta
mempengaruhi supaya mereka mau
menyekutukan Aku dengan sesuatu
yang Aku tidak turunkan keterangan
padanya ”. (HR Muslim 5109)
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Mereka menjadikan para rahib dan pendeta mereka sebagai
tuhan-tuhan selain Allah “. (QS
at-Taubah [9]:31 )
Ketika Nabi ditanya terkait dengan ayat ini, “apakah mereka menyembah para rahib dan pendeta sehingga dikatakan menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah?” Nabi menjawab, “tidak”, “Mereka
tidak menyembah para rahib dan pendeta itu, tetapi jika para rahib dan pendeta
itu menghalalkan sesuatu bagi
mereka, mereka menganggapnya
halal, dan jika para rahib dan pendeta itu mengharamkan bagi mereka sesuatu, mereka
mengharamkannya“
Pada riwayat yang lain disebutkan, Rasulullah bersabda ”mereka (para rahib dan pendeta) itu
telah menetapkan haram terhadap
sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka
mengikutinya. Yang demikian
itulah penyembahannya kepada
mereka. ” (Riwayat Tarmizi)
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam
telah mencontohkan tidak membuat
sesuatu larangan yang tidak dilarang oleh Allah Azza wa Jalla dengan tidak
melarang para Sahabat berpuasa sunnah setiap bulan hijriah melebihi apa yang
telah beliau contohkan hanya 3 hari karena Allah Azza wa Jalla memang tidak
melarangnya
Telah menceritakan
kepada kami Ishaq bin Syahin Al Washithiy telah menceritakan kepada kami Khalid bin ‘Abdullah dari Khalid Al
Hadzdza’ dari Abu Qalabah berkata, telah mengabarkan kepada saya Abu Al Malih berkata; Aku dan
bapakku datang menemui ‘Abdullah bin ‘Amru lalu dia menceritakan kepada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikabarkan tentang shaumku lalu Beliau
menemuiku. Maka aku berikan
kepada Beliau bantal terbuat dari kulit yang disamak yang isinya dari
rerumputan, lalu Beliau duduk
diatas tanah sehingga bantal tersebut berada di tengah antara aku dan Beliau,
lalu Beliau berkata: Bukankah cukup bagimu bila kamu berpuasa selama tiga hari
dalam setiap bulannya? ‘Abdullah bin ‘Amru berkata; Aku katakan: Wahai
Rasulullah?
(bermaksud minta tambahan) .
Beliau berkata: Silahkan kau lakukan Lima hari. Aku katakan lagi: Wahai
Rasulullah? Beliau berkata:
Silahkan kau lakukan Tujuh hari. Aku katakan lagi: Wahai
Rasulullah? Beliau berkata:
Silahkan kau lakukan Sembilan hari. Aku katakan lagi: Wahai
Rasulullah? Beliau berkata:
Silahkan kau lakukan Sebelas hari. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: Tidak ada shaum
melebihi shaumnya Nabi Daud Aalaihissalam yang merupakan separuh shaum dahar, dia berpuasa
sehari dan berbuka sehari. (HR Bukhari 1844).
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam
mencontohkan
menghindari
mewajibkan sesuatu yang tidak
diwajibkan oleh Allah Azza wa
Jalla dengan mencontohkan
meninggalkan sholat tarawih
berjama’ah dalam beberapa malam
agar kita tidak berkeyakinan
bahwa sholawat tarawih berjama’ah sepanjang bulan Ramadhan adalah kewajiban yang
jika ditinggalkan berdosa.
Rasulullah bersabda
“Sesungguhnya aku tahu
apa yang kalian lakukan semalam. Tiada sesuatu pun yang
menghalangiku untuk keluar dan
shalat bersama kalian, hanya saja aku khawatir (shalat tarawih itu) akan
diwajibkan atas kalian. ” ( HR
Muslim 1270 )
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam
mencontohkan tidak
mengharamkan sesuatu yang tidak
diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla
seperti memakan daging biawak
Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif Al Anshari bahwa Abdullah bin Abbas pernah mengabarkan kepadanya
bahwa Khalid bin Walid yang di juluki dengan pedang Allah telah
mengabarkan
kepadanya; bahwa dia bersama
dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah menemui Maimunah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam -dia adalah bibinya Khalid dan
juga bibinya Ibnu Abbas- lantas dia mendapati daging biawak yang telah di bakar,
kiriman dari saudara perempuanya
yaitu Hufaidah binti Al Harits dari Najd, lantas daging Biawak tersebut
disuguhkan kepada
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sangat jarang beliau disuguhi makanan hingga beliau diberitahu nama makanan yang disuguhkan, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hendak mengambil daging biawak
tersebut, seorang wanita dari beberapa wanita yang ikut hadir berkata,
Beritahukanlah kepada
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
mengenai daging yang kalian suguhkan! Kami lalu mengatakan, Itu adalah daging biawak, wahai
Rasulullah! Seketika itu juga
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
mengangkat
tangannya, Khalid bin Walid pun
berkata, Wahai Rasulullah,
apakah daging biawak itu haram? Beliau menjawab: Tidak, namun di negeri kaumku
tidak pernah aku jumpai daging tersebut, maka aku enggan
(memakannya). Khalid berkata,
Lantas aku mendekatkan daging
tersebut dan memakannya,
sementara Rasulullah melihatku
dan tidak melarangnya. (HR Muslim
3603)
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam
telah menyampaikan bahwa kaum
muslim yang melarang yang tidak dilarangNya atau mengharamkan yang tidak diharamkanNya atau mewajibkan yang tidak diwajibkanNya maka kelak akan dihalau dari
telaganya.
Dari Abu Hurairah bahwasanya ia menceritakan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat
beberapa orang sahabatku mendatangiku, kemudian mereka disingkirkan dari telaga, maka aku katakan; ‘ya rabbi,
(mereka) sahabatku! ‘ Allah
menjawab; ‘Kamu tak mempunyai pengetahuan tentang yang mereka kerjakan
sepeninggalmu. Mereka berbalik ke
belakang dengan melakukan murtad, bid’ah dan dosa besar“. (HR Bukhari 6097)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: Ingatlah! Ada golongan lelaki yang dihalangi dari datang ke telagaku
sebagaimana
dihalaunya unta-unta sesat’. Aku
memanggil mereka, ‘Kemarilah
kamu semua’. Maka dikatakan,
‘Sesungguhnya mereka telah menukar
ajaranmu selepas kamu wafat’. Maka aku bersabda: Pergilah jauh-jauh dari sini.
(HR Muslim 367)
Siapakah orang-orang yang
kelak dihalau dari telaga ?
Mereka adalah orang-orang seperti seperti Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim An Najdi yakni
orang-orang yang
pemahamannya telah keluar (kharaja)
dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) yang disebut juga
dengan khawarij. Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim
fail) artinya yang keluar.
Orang-orang seperti
Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim An
Najdi , mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah
(hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas
mereka
Firman Allah ta’ala yang artinya “dan tidaklah Tuhanmu lupa” (QS Maryam [19]:64)
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Pada hari ini telah Kusempurna
Ibnu Katsir ketika mentafsirk
Rasulullah
Rasulullah
Rasulullah
Telah menceritak
Kedua hadits di atas, Rasulullah
Agama bukanlah berasal dari akal pikiran manusia namun bersumber hanya dari Allah Azza wa Jalla
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah
Rasulullah
Rasulullah
Kesimpulan
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Katakanlah
Rasulullah
Allah Azza wa Jalla berfirman,
Ketika Nabi ditanya terkait dengan ayat ini, “apakah mereka menyembah para rahib dan pendeta sehingga dikatakan menjadikan
Pada riwayat yang lain disebutkan
Rasulullah
Telah menceritak
Rasulullah
Rasulullah
Rasulullah
Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif Al Anshari bahwa Abdullah bin Abbas pernah mengabarka
Rasulullah
Dari Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah
Siapakah orang-oran
Mereka adalah orang-oran
Orang-oran
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Akan muncul suatu sekte/firqoh/kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an.
Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat
kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an
dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun
ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai
melewati batas tenggorokan.
Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari
busurnya”. (HR Muslim 1773)
“Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan” artinya sholat mereka tidak sampai ke hati yakni
sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga mereka semakin
jauh dari Allah ta’ala
Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang shalatnya
tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak bertambah dari
Allah kecuali semakin jauh dariNya ” (diriwayatkan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir nomor 11025,
11/46)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar ”
(QS al Ankabut [29]:45).
Orang-orang seperti
Dzul Khuwaisarah at Tamimi an
Najdi atau khawarij karena pemahaman mereka telah keluar (kharaja) dari
pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) sehingga berani
menghardik Sayyidina Ali bin Abi
Thalib telah berhukum dengan thagut, berhukum dengan selain hukum Allah.
Semboyan kaum khawarij pada waktu itu adalah “La hukma illah lillah”, tidak ada hukum melainkan hanya dari Allah. Sayyidina Ali ra menanggapi semboyan tersebut
berkata , “kalimatu haqin urida bihil batil” (perkataan yang benar dengan tujuan yang salah).
Kaum khawarij salah memahami firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan barangsiapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang-orang yang
kafir ”. (QS: Al-Maa’idah: 44). Kesalahpahaman kaum khawarij sehingga
berkeyakinan bahwa Imam Sayyidina Ali
ra telah kafir dan berakibat mereka membunuh Sayyidina Ali ra
Abdurrahman ibn Muljam
adalah seorang yang sangat rajin beribadah. Shalat dan shaum, baik yang wajib maupun sunnah,
melebihi kebiasaan rata-rata orang di zaman itu. Bacaan
Al-Qurannya sangat baik. Karena
bacaannya yang baik itu, pada masa Sayyidina Umar ibn Khattab ra, ia diutus
untuk mengajar Al-Quran ke Mesir atas permintaan gubernur Mesir, Amr ibn Al-’Ash. Namun, karena
ilmunya yang dangkal (pemahamannya tidak melampaui tenggorokannya) , sesampai di Mesir ia malah
terpangaruh oleh hasutan
(gahzwul fikri) orang-orang
Khawarij yang selalu berbicara mengatasnamakan Islam, tapi sesungguhnya hawa nafsu yang mereka turuti. Ia pun
terpengaruh. Ia
tinggalkan tugasnya mengajar dan
memilih bergabung dengan orang-orang Khawarij sampai akhirnya, dialah yang ditugasi
menjadi eksekutor pembunuhan Imam
Sayyidina Ali ra.
Orang-orang seperti
Dzul Khuwaishirah dari Bani
Tamim an Najdi atau khawarij suka mempergunakan ayat-ayat yang diturunkan bagi orang-orang kafir lantas mereka terapkan untuk menyerang kaum
muslim
Abdullah bin Umar ra dalam mensifati kelompok khawarij mengatakan: “Mereka
menggunakan ayat-ayat yang
diturunkan bagi
orang-orang kafir lantas mereka
terapkan untuk menyerang orang-orang
beriman ”.[Lihat: kitab Sohih Bukhari jilid:4
halaman:197]
Dalam riwayat yang termuat pada Syarah Shahih Muslim, Jilid. 17, No.171 ketika menjelaskan tentang
orang-orang seperti Dzul
Khuwaisarah at Tamimi an Najdi atau
khawarij
****** awal kutipan ******
“Dengan sedikit keraguan, Khalid bin Walīd bertanya kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam,
“Wahai Rasulullah,
orang ini memiliki semua bekas dari ibadah-ibadah sunnahnya: matanya merah karena banyak menangis, wajahnya
memiliki dua garis di atas pipinya bekas airmata yang selalu mengalir, kakinya
bengkak karena lama berdiri sepanjang malam (tahajjud) dan janggut mereka pun lebat”
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam
menjawab : camkan makna ayat ini : qul in’kuntum tuhib’būnallāh fattabi’unī – Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. karena Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”
Khalid bin Walid bertanya, “Bagaimana caranya ya Rasulullah ? ”
Nabi shallallahu alaihi
wasallam menjawab, “Jadilah orang yang ramah seperti aku,
bersikaplah penuh kasih, cintai
orang-orang miskin dan papa,
bersikaplah
lemah-lembut, penuh perhatian
dan cintai saudara-saudaramu dan
jadilah pelindung bagi mereka.”
***** akhir kutipan *****
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam
dalam riwayat di atas menegaskan
bahwa ibadah kepada Allah ta’ala yang dilaksanakan oleh orang-orang seperti Dzul Khuwaisarah at Tamimi an Najdi atau khawarij tidaklah cukup
jika tidak menimbulkan
ke-sholeh-an seperti bersikap
ramah, penuh kasih, mencintai orang-orang miskin dan papa, lemah lembut penuh perhatian dan
mencintai saudara muslim dan menjadi pelindung bagi mereka.
Oleh karenanya cintailah kaum muslim sebagaimana yang telah diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/10/06/cintailah-kaum-muslim/
Diriwayatkan hadits
dari Abu Hurairah, Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum
sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai.” (HR Muslim)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling
mengasihi,
mencintai, dan
menyayangi bagaikan satu tubuh.
Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut
terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya). ” (HR Bukhari 5552) (HR Muslim
4685)
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran ”. (HR Muslim).
Cintailah kaum muslim karena orang-orang yang tidak mencintai kaum muslim atau orang yang
mempunyai rasa permusuhan dengan kaum
muslim adalah kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang kaum Zionis Yahudi dan kaum
musyrik.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah
orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik ” (QS Al
Maaidah [5]: 82)
Jadi kalau ada seorang muslim membenci muslim lainnya atau bahkan membunuhnya maka
kemungkinan besar dia adalah
korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi.
Kaum yang dicintai-Nya
dan mereka mencintai Allah adalah kaum muslim yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad
dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad
dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui. ” (QS Al Ma’iadah
[5]:54)
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-orang seperti Dzul
Khuwaishirah dari Bani Tamim An
Najdi yang karena kesalahpahamannya atau pemahamannya telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas
kaum muslim (as-sawad al a’zham) sehingga suka bersikap keras kepada kaum
muslim bahkan dapat membunuh kaum muslim dan membiarkan penyembah berhala. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menetapkan mereka telah keluar dari Islam seperti panah yang
meluncur dari busurnya
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda
yang artinya, “Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti
orang-orang yang pandai membaca
Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka, bahkan mereka membunuh
orang-orang Islam, dan
membiarkan para penyembah berhala;
mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya ". (HR
Muslim 1762)
Yang dimaksud dengan “membiarkan para penyembah berhala ” adalah
“membiarkan” kaum Yahudi
Kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason,
iluminati, lucifier yakni kaum
yang meneruskan keyakinan pagan
(paganisme) atau penyembah berhala
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka,
sebahagian dari
orang-orang yang diberi kitab
(Taurat) melemparkan kitab Allah
ke belakang (punggung)nya,
seolah-olah mereka tidak
mengetahui (bahwa itu adalah
kitab Allah). Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh
syaitan-syaitan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya
syaitan-syaitan lah yang kafir
(mengerjakan sihir). ” (QS
Al Baqarah [2]:101-102)
Orang-orang seperti
Dzul Khuwaishirah dari Bani
Tamim an Najdi, mereka yang membaca Al Qur’an namun tidak melampaui
tenggorokan, artinya tidak
sampai ke hati atau tidak menjadikan
mereka berakhlak baik, ciri-ciri lainnya adalah
1. Suka mencela dan mengkafirkan kaum muslim
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatkan kaum Nasrani.
Rasulullah masuk ke
kamarku dalam keadaan aku sedang menangis. Beliau berkata kepadaku: ‘Apa yang
membuatmu menangis?’ Aku
menjawab: ‘Saya mengingat perkara Dajjal maka aku pun
menangis.’
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata: ‘Jika dia keluar sedang aku masih berada di antara kalian niscaya aku
akan mencukupi kalian. Jika dia keluar setelah aku mati maka
ketahuilah Rabb kalian tidak
buta sebelah. Dajjal keluar bersama orang-orang Yahudi Ashbahan hingga datang ke Madinah dan
berhenti di salah satu sudut Madinah. Madinah ketika itu memiliki tujuh pintu
tiap celah ada dua malaikat yang berjaga. maka keluarlah
orang-orang jahat dari Madinah
mendatangi Dajjal.”
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim an Najdi akan keluar dari Madinah
menemui Dajjal
Oleh karenanya orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim an Najdi yang merupakan korban
hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi akan selalu membela,
bekerjasama dan mentaati kaum Zionis
Yahudi
Allah Azza wa Jalla telah berfirman yang artinya,
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman?
Orang-orang itu bukan dari
golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk
menguatkan
kebohongan, sedang mereka
mengetahui “. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. Telah nyata
kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.
Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminya ” , (QS Ali Imran,
118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka
berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah
bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena
kemarahanmu itu”.
Sesungguhnya Allah
mengetahui segala isi hati “. (QS
Ali Imran, 119)
Kita harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya ghazwul fikri (perang
pemahaman) yang
dilancarkan oleh kaum Zionis
Yahudi sehingga suatu zaman yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Telah menceritakan
kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin
Abdurrahman dari Suhail dari
ayahnya dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi
hingga kaum muslimin memerangi Yahudi lalu kaum muslimin membunuh mereka hingga
orang Yahudi bersembunyi dibalik
batu dan pohon, batu atau pohon berkata, ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang
Yahudi dibelakangku,
kemarilah, bunuhlah dia, ‘ kecuali
pohon gharqad, ia adalah pohon Yahudi’.”
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
“Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggoroka
Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhn
Orang-oran
Semboyan kaum khawarij pada waktu itu adalah “La hukma illah lillah”, tidak ada hukum melainkan hanya dari Allah. Sayyidina Ali ra menanggapi
Kaum khawarij salah memahami firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan barangsiap
Abdurrahma
Orang-oran
Abdullah bin Umar ra dalam mensifati kelompok khawarij mengatakan
Dalam riwayat yang termuat pada Syarah Shahih Muslim, Jilid. 17, No.171 ketika menjelaska
****** awal kutipan ******
“Dengan sedikit keraguan, Khalid bin Walīd bertanya kepada Rasulullah
Rasulullah
Khalid bin Walid bertanya, “Bagaimana caranya ya Rasulullah ? ”
Nabi shallallah
***** akhir kutipan *****
Rasulullah
Oleh karenanya cintailah kaum muslim sebagaiman
Diriwayatk
Rasulullah
Rasulullah
Cintailah kaum muslim karena orang-oran
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-orang
Jadi kalau ada seorang muslim membenci muslim lainnya atau bahkan membunuhny
Kaum yang dicintai-N
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran
Rasulullah
Yang dimaksud dengan “membiarkan
Kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason,
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka
Orang-oran
1. Suka mencela dan mengkafirk
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka
Rasulullah
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran
Oleh karenanya orang-oran
Allah Azza wa Jalla telah berfirman yang artinya,
“Tidakkah kamu perhatikan
“Hai orang-oran
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kita
Kita harus terus meningkatk
Telah menceritak
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830