oleh Zon Jonggol
Peringatan  Maulid Nabi adalah kebiasaan yang baik
Kaum Nasrani atau siapapun yang memperinga ti hari kelahiran seorang manusia tidaklah berdosa
Kaum Nasrani berdosa karena menjadikan  "Isa putera Maryam" sebagai anak Tuhan
Peringatan  Maulid Nabi adalah termasuk sebuah kebiasaan dan merupakan kebiasaan yang baik
Perkara kebiasaan maupun kebiasaan yang sering dilakukan atau tradisi atau adat istiadat berlaku kaidah ushul fiqih
“wal ashlu fi ‘aadaatina l ibaahati hatta yajii u sooriful ibahah”
yang artinya “dan hukum asal dalam kebiasaan (adat istiadat) adalah boleh saja sampai ada dalil yang memalingka n dari hukum asal atau sampai   ada dalil yang melarang atau mengharamk annya“.
Peringatan   
Maulid Nabi adalah perkara baru (bid’ah) yang tidak terkait  dengan dosa
  yakni perkara baru (bid’ah) yang tidak melanggar satupun  laranganNy a  atau tidak bertentang an dengan Al Qur’an dan As Sunnah
Peringatan  Maulid Nabi dapat kita pergunakan  untuk intropeksi  diri   sejauh mana kita telah meneladani  Rasulullah  shallallah u alaihi   wasallam, bagi kehidupan kita hari ini maupun esok. Begitupula    memperinga ti hari kelahiran diri sendiri dapat kita pergunakan  untuk   intropeksi  diri sejauh mana kita mempersiap kan diri bagi kehidupan di   akhirat kelak adalah bukan perkara dosa atau terlarang.
Allah Azza wa Jalla berfirman,  “Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad  “,  “Perhatika n masa lampaumu untuk hari esokmu” (QS al Hasyr [59] : 18
Kemungkina n terjadi kesalahan adalah cara kita mengisi peringatan    Maulid Nabi atau cara kita mengisi peringatan  hari kelahiran itu   sendiri.
Sedangkan peringatan 
 Maulid Nabi yang umumnya  dilakukan mayoritas kaum  muslim  (as-sawad 
al a’zham)  dan khususnya  kaum muslim di negara kita  sebagaiman a pula yang diselengga rakan oleh  umaro (pemerinta h) mengisi  acara peringatan  Maulid Nabi dengan urutan  pembacaan Al Qur'an,  pembacaan Sholawat dan pengajian atau ta'lim  seputar kehidupan  Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam dan kaitannya  dengan kehidupan  masa kini
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda:
“إِنَّ اللهَ لَا يُجْمِعُ أُمَّةِ عَلَى ضَلَالَةٍ وَيَدُ اللهِ مَعَ الجَمَاعَة ِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ”
“Sesungguh nya Allah tidak menghimpun  ummatku diatas kesesatan.  Dan   tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiap a yang menyelewen gkan, maka ia   menyelewen g ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168).
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahull ah dalam Fathul Bari XII/ 37 menukil  perkataan Imam  Thabari rahimahullah yang menyatakan : “Berkata kaum  (yakni para ulama),  bahwa jama’ah adalah as-sawadul  a’zham (mayoritas   kaum muslim)“
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda “Sesungguh nya umatku   tidak akan bersepakat  pada kesesatan.  Oleh karena itu, apabila kalian   melihat terjadi perselisih an maka ikutilah as-sawad al a’zham (mayoritas 
   kaum muslim).” (HR.Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al   
Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir,
   ini adalah hadits Shohih)
Ibnu Mas’ud radhiallah uanhu  mewasiatka n yang artinya: ”Al-Jama’a h  adalah sesuatu yang menetapi  al-haq walaupun engkau seorang diri”
Maksudnya tetaplah mengikuti Al-Jamaah atau as-sawad al a’zham (mayoritas  kaum muslim)  walaupun tinggal seorang diri di suatu tempat  yang terpisah. Hindarilah   firqoh atau sekte yakni orang-oran g
 yang  mengikuti pemahaman seorang  ulama yang telah keluar (kharaja) 
dari  pemahaman mayoritas kaum muslim  (as-sawad al a’zham).
Dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatka n
 kepada orang  yang bertanya kepadanya ketika ‘Utsman  dibunuh, untuk 
berpegang teguh  pada Jama’ah, karena Allah tidak akan  mengumpulk an umat Muhammad  shalallahu  ‘alaihi wa sallam dalam kesesatan.   Dan dalam hadits  dinyatakan  bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam,  dan manusia  berpecah belah menjadi kelompok-k elompok maka janganlah  mengikuti salah  satu firqah/ sekte. Hindarilah  semua firqah/ sekte itu  jika kalian mampu  untuk menghindar i terjatuh ke dalam keburukan” .
Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahull ah (Guru imam Nawawi): “merupakan 
   Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang   
diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul shallallah u alaihi   wasallam dengan banyak bersedekah , dan kegembiraa n, menjamu para fuqara,   seraya menjadikan  hal itu memuliakan  Rasul shallallah u alaihi wasallam   dan membangkit kan rasa cinta pada beliau shallallah u alaihi wasallam,   dan bersyukur kepada Allah ta’ala dengan kelahiran Nabi shallallah u   alaihi wasallam“.
Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahull ah, dalam  syarahnya maulid ibn  hajar berkata : “ketahuila h salah satu bid’ah  hasanah adalah  pelaksanaa n maulid di bulan kelahiran nabi shallallah u  alaihi wasallam”
Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahull ah,  dengan karangan maulidnya yang  terkenal “al aruus” juga beliau berkata  tentang pembacaan maulid,  “Sesungguh nya membawa keselamata n tahun itu,  dan berita gembira dengan  tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa  yang membacanya  serta  merayakann ya”.
Imam Al Hafidh Al Qasthalani y rahimahull ah dalam kitabnya Al  Mawahibull adunniyyah  juz 1  hal 148 cetakan al maktab al islami berkata:  “Maka Allah akan menurukan  rahmat Nya kepada orang yang menjadikan   hari kelahiran Nabi saw sebagai  hari besar”.
Janganlah karena kebiasaan maulid Nabi telah ditinggalk an oleh orang  Arab yang merupakan pengikut ajaran ulama  Muhammad bin Wahhab  lalu  kita mengharamk an atau melaranga peringatan   Maulid Nabi  karena  mengharamk an (melarang)  sesuatu yang tidak  diharamkan  (dilarang)  oleh  Allah Azza wa Jalla sama dengan menyekutuk an  Allah.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Katakanla h!  Tuhanku hanya  mengharamk an hal-hal yang tidak baik yang timbul  daripadany a dan apa  yang tersembuny i dan dosa dan durhaka yang tidak  benar dan kamu  menyekutuk an Allah dengan sesuatu yang Allah tidak  turunkan keterangan   padanya dan kamu mengatakan  atas (nama) Allah dengan  sesuatu yang kamu  tidak mengetahui .” (QS al-A’raf: 32-33)
Dalam hadits Qudsi , Rasulullah  bersabda: “Aku ciptakan hamba-hamb aKu   ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah syaitan kepada   mereka. Syaitan ini kemudian membelokka n mereka dari agamanya, dan   mengharamk an atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta   mempengaru hi supaya mereka mau menyekutuk an Aku dengan sesuatu yang Aku   tidak turunkan keterangan  padanya.” (Riwayat Muslim)
Allah Azza wa Jalla berfirman,  “Mereka menjadikan  para rahib dan  pendeta mereka  sebagai tuhan-tuha n selain Allah“. (QS at-Taubah [9]:31 )
Ketika Nabi ditanya terkait dengan ayat ini, “apakah mereka menyembah para rahib dan pendeta sehingga dikatakan menjadikan  mereka sebagai   tuhan-tuha n
 selain Allah?” Nabi menjawab, “tidak”, “Mereka tidak   menyembah para 
rahib dan pendeta itu, tetapi jika para rahib dan pendeta   itu 
menghalalk an sesuatu bagi mereka, mereka menganggap nya halal, dan   jika para rahib dan pendeta itu mengharamk an bagi mereka sesuatu,  mereka  mengharamk annya“
Pada riwayat yang lain disebutkan , Rasulullah   bersabda ”mereka (para  rahib dan pendeta) itu telah menetapkan  haram  terhadap sesuatu yang  halal, dan menghalalk an sesuatu yang haram,  kemudian mereka  mengikutin ya. Yang demikian itulah penyembaha nnya kepada  mereka.”  (Riwayat Tarmizi)
Jadi mereka yang melarang yang tidak dilarangNy a, mengharamk an yang  tidak diharamkan Nya atau mewajibkan   yang tidak diwajibkan Nya, telah  bertasyabu h dengan kaum kafir yakni  menjadikan  ulama-ulam a mereka  “sebagai tuhan-tuha n selain Allah“. (QS  at-Taubah [9]:31 )
Pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab atau sekte Wahabi lebih suka mengadakan  “Pekan Memorial Muhammad bin  Abdul Wahhab”  untuk  memperinga ti dan mengenang ulama panutan atau  teladan bagi mereka  sebagaiman a yang dapat kita ketahui dari  http:// kangaswad.w ordpress.c om/2011/ 02/28/ antara-peka n-muhammad -bin-abdul -wahhab-da n-maulid-n abi/
Salah satu alasan perbedaann ya sebagaiman a yang disampaika n ulama   Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahull ah bahwa “Pekan Memorial   Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahull ahu Ta’ala” tidak dianggap   sebagai suatu bentuk taqarrub (mendekatk an diri) kepada Allah Azza Wa   Jalla“.
Dengan kata lain “Pekan Memorial Muhammad bin Abdil Wahhab” adalah perbuatan menjauhkan  diri dari Allah Azza Wa Jalla”
Mereka dengan sengaja melakukan perbuatan menjauhkan  diri dari Allah   Azza Wa Jalla untuk menghindar i bid’ah menurut pemahaman mereka seperti
Ibnu Taimiyyah mengatakan 
 “Setiap bid’ah yang tidak ada kewajiban dan   sunahnya, maka itu adalah
 bid’ah yang jelek, dan itu adalah sesat   menurut kesepakata n kaum muslimin. Barangsiap a yang mengatakan 
 bahwa   pada sebagian bid’ah ada bid’ah hasanah. Maka, jika dalam hal 
itu   terdapat dalil syar’i, maka itu adalah disukai. Adapun apa-apa 
yang   tidak ada sunahnya atau kewajibann ya, maka tidak ada satu pun kaum   muslimin yang mengatakan  itu adalah kebaikan yang dapat mendekatka n diri   kepada Allah Ta’ala. Barangsiap a yang mendekatka n diri kepada Allah   Ta’ala dengan kebaikan yang tidak diperintah kan,
 baik perkara wajib atau   sunah, maka dia sesat dan telah mengikuti 
syetan, dan jalannya adalah   jalan syetan” (Syaikhul Islam Ibnu 
Taimiyah, Majmu’ Fatawa, 1/40.  Mawqi’  Al Islam)
Jadi menurut mereka, bid’ah adalah perbuatan yang mendekatka n diri  (taqarub) kepada Allah Ta’ala dengan kebaikan yang  tidak diperintah kan,  baik perkara wajib atau sunah, maka dia sesat dan  telah mengikuti  syetan, dan jalannya adalah jalan syetan.
Padahal perbuatan yang tidak mendekatka n diri kepada Allah ta’ala adalah   perbuatan mengikuti jalan syetan yakni perbuatan yang memperturu tkan   hawa nafsu sehingga menyalahi laranganNy a atau perbuatan yang   bertentang an dengan Al Qur’an dan Hadits
Firman Allah ta’ala yang artinya
“…Janganla h kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatka n kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26)
“Katakanla h: “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh   tersesatla h aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk   orang-oran g yang mendapat petunjuk” (QS An’Aam [6]:56 )
Sedangkan kebiasaan peringatan  Maulid Nabi adalah termasuk sarana untuk   mendekatka n diri kepada Allah ta'ala  sehingga dapat mencapai muslim   yang bermakrifa t atau muslim yang menyaksika n Allah ta’ala dengan hati   (ain bashiroh) yakni muslim yang selalu meyakini kehadiranN ya, selalu   sadar dan ingat kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan  “Asy-Syahi d  untuk menunjukka n sesuatu yang  hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang  membuatnya  selalu sadar dan ingat,  sehingga seakan-aka n pemilik hati  tersebut senantiasa  melihat dan  menyaksika n-Nya, sekalipun Dia tidak  tampak. Setiap apa yang membuat  ingatannya  menguasai hati seseorang maka  dia adalah seorang syahid  (penyaksi) ”
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah  shallallah u alaihi  wasallam berkata:  “Seutama-u tama iman seseorang,  jika ia telah  mengetahui  (menyaksik an)  bahwa Allah selalu bersamanya , di mana pun ia  berada“
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallm bersabda “Iman paling afdol ialah   apabila kamu mengetahui  bahwa Allah selalu menyertaim u dimanapun kamu   berada“. (HR. Ath Thobari)
حَدَّثَنَا  أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي  شَيْبَةَ حَدَّثَنَا  حَفْصٌ عَنْ  عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ  عَبَّاسٍ قَالَ رَآهُ بِقَلْبِه
Telah menceritak an kepada kami  Abu Bakar bin Abu Syaibah telah  menceritak an
 kepada kami Hafsh dari  Abdul Malik dari ‘Atha’ dari Ibnu  Abbas dia 
berkata, “Beliau telah  melihat dengan mata hatinya.” (HR  Muslim 257)
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya  bernama Zi’lib Al-Yamani,  “Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana  saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana  Anda melihat-Ny a?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah- Nya?” Beliau menjawab: “Saya   telah melihat Tuhan, baru saya sembah”. “Bagaimana  anda melihat-Ny a?”   dia menjawab: “Tidak dilihat dengan mata yang memandang,  tapi dilihat   dengan hati yang penuh Iman.”
Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifa t maka yakinlah bahwa Allah  Azza wa Jalla melihat kita.
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah , apakah ihsan itu? ‘ Beliau  menjawab, ‘Kamu takut (khasyyah)   kepada Allah seakan-aka n kamu  melihat-Ny a (bermakrif at), maka jika kamu  tidak melihat-Ny a  (bermakrif at) maka sesungguhn ya Dia melihatmu. ” (HR  Muslim 11)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguh nya yang  takut kepada Allah  di antara hamba-hamb a-Nya, hanyalah ulama” (QS Al  Faathir [35]:28)
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh),  setiap akan bersikap atau  berbuat sehingga  mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang  dibenciNya  , menghindar i  perbuatan maksiat, menghindar i perbuatan keji  dan mungkar hingga dia  dekat dengan Allah ta’ala karena berakhlaku l  karimah meneladani  manusia  yang paling mulia Sayyidina Muhammad  Rasulullah  shallallah u alaihi  wasallam
Muslim yang dekat dengan Allah ta’ala maka berkumpul dengan Rasulullah   shallallah u alaihi  wasallam, para Nabi, para Shiddiqin dan Syuhada
Firman Allah ta’ala yang artinya,
”…Sekirany a kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya , niscaya   tidak ada seorangpun  dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji dan   mungkar) selama-lam anya, tetapi Allah membersihk an siapa saja yang   dikehendak i…” (QS An-Nuur:21 )
“Sesungguh nya Kami telah  mensucikan  mereka dengan (menganuge rahkan  kepada mereka) akhlak yang  tinggi yaitu selalu mengingatk an (manusia)  kepada negeri akhirat. Dan  sesungguhn ya mereka pada sisi Kami  benar-bena r termasuk orang-oran g  pilihan yang paling baik.” (QS Shaad  [38]:46-47 )
“Sesungguh nya  
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah  ialah orang yang  
paling taqwa di antara kamu” (QS Al Hujuraat [49]:13)
“Tunjukila h kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-oran g yang telah   Engkau beri ni’mat kepada mereka” (QS Al Fatihah [1]:6-7)
“Dan barangsiap a yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya) , mereka itu akan   bersama-sa ma dengan orang-oran g yang dianugerah i ni’mat oleh Allah,   yaitu : Nabi-nabi,  para shiddiiqii n, orang-oran g yang mati syahid, dan   orang-oran g sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-bai knya .” (QS   An Nisaa [4]: 69)
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatka n diri (taqarub) kepada  Allah sehingga meraih maqom disisiNya  dan menjadi kekasih Allah (wali  Allah) adalah shiddiqin,  muslim yang  membenarka n dan menyaksika n Allah  dengan hatinya (ain bashiroh) atau  muslim yang bermakrifa t.  Bermacam-m acam tingkatan shiddiqin sebagaiman a  yang diuraikan dalam  tulisan pada  http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/01/14/ 2011/09/28/ maqom-wali- allah
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda “sesungguh nya ada di   antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan   bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan 
 oleh para Nabi dan Syuhada’   pada hari kiamat karena kedudukan 
(pangkat) mereka di sisi Allah   Subhanahu wa Ta’ala“ Seorang dari 
sahabatnya  berkata, “siapa gerangan   mereka itu wahai Rasulullah ? Semoga kita dapat mencintai mereka“. Nabi   shallallah u
 ‘alaihi wasallam menjawab dengan sabdanya: “Mereka adalah   suatu kaum 
yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan   karena ada 
hubungan kekeluarga an dan bukan karena harta benda,   wajah-waja h mereka memancarka n cahaya dan mereka berdiri di atas   mimbar-mim bar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia   merasakann ya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka   cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah  shallallah u   alaihi wasallam bersabda, “Sesungguh nya diantara hamba-hamb aku
 itu ada   manusia manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan
 pula   syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatka n
 maqam   mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.” Seorang 
laki-laki   bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mu dah-mudaha n kami   menyukainy a“. Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi  karena   Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka   itu saling menyayangi  bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh   wajah mereka itu bercahaya, 
 dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya,   dan mereka itu tidak takut
 seperti yang ditakuti manusia, dan tidak   susah seperti yang 
disusahkan  manusia,” kemudian beliau membaca ayat : ”   Ingatlah, sesungguhn ya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatir an   terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Yunus   [10]:62)
Kaum yang dicintai-N ya
 dan mereka mencintai Allah  adalah kaum muslim  yang bersikap lemah 
lembut terhadap orang yang  mu’min, yang bersikap  keras terhadap 
orang-oran g kafir, yang berjihad  dijalan Allah, dan yang  tidak takut kepada celaan orang yang suka  mencela.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran g  yang beriman, barang  siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka  kelak Allah akan  mendatangk an suatu kaum yang Allah mencintai mereka  dan merekapun  mencintaiN ya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang  yang mu’min,  yang bersikap keras terhadap orang-oran g
 kafir, yang  berjihad dijalan  Allah, dan yang tidak takut kepada 
celaan orang yang  suka mencela.  Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada siapa yang  dikehendak i-Nya,  dan Allah Maha Luas (pemberian -Nya), lagi Maha  Mengetahui .” (QS Al  Ma’iadah [5]:54)
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran g  seperti Dzul Khuwaishir ah dari  Bani Tamim An Najdi. Murtad dikarenaka n  pemahamann ya
 telah keluar  (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum  muslim (as-sawad
 al a’zham) yang  disebut juga dengan khawarij. Khawarij  adalah bentuk 
jamak (plural)  dari kharij (bentuk isim fail) artinya  yang keluar.
Rasulullah   shallallah u alaihi wasallam mengatakan  bahwa orang-oran g  seperti Dzul  Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi yang keras kepada  kaum muslim  bahkan membunuh kaum muslim dan membiarkan  para penyembah  berhala adalah  mereka keluar dari Islam atau murtad
Rasulullah  shallallah u  alaihi wasallam bersabda “Dari kelompok orang  ini, akan muncul nanti  orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an tetapi  tidak sampai melewati  kerongkong an mereka, bahkan mereka membunuh  orang-oran g Islam, dan  membiarkan  para penyembah berhala; mereka keluar  dari Islam seperti  panah yang meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1762)
Yang dimaksud dengan “membiarka n para penyembah berhala” adalah “membiarka n” kaum Yahudi.
Kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason,  iluminati,  lucifier yakni kaum yang   meneruskan  keyakinan pagan (paganisme ) atau penyembah berhala
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka n apa (kitab) yang ada pada   mereka, sebahagian  dari orang-oran g yang diberi kitab (Taurat)   melemparka n kitab Allah ke belakang (punggung) nya, seolah-ola h mereka   tidak mengetahui  (bahwa itu adalah kitab Allah). Dan mereka mengikuti   apa yang dibaca oleh syaitan-sy aitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan   mereka mengatakan  bahwa Sulaiman itu mengerjaka n sihir), padahal   Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjaka n sihir), hanya syaitan-sy aitan   lah yang kafir (mengerjak an sihir).” (QS Al Baqarah [2]:101-10 2)
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda yang artinya “Demi   Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya,  tidaklah mendengar   dari hal aku ini seseorangp un
 dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak   pula Nasrani, kemudian 
tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan   masuklah dia ke dalam 
neraka.”
Kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang dengan kaum Zionis Yahudi , Allah ta’ala menyampaik an
 dalam  firmanNya yang arti “yaitu orang yang  dikutuki dan dimurkai 
Allah, di  antara mereka yang dijadikan kera dan  babi.” (QS al-Ma’idah  [5]:60)
Kaum Nasrani, Allah ta’ala menyampaik an dalam firmanNya yang arti “Dan   janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-oran g yang telah sesat   dahulunya (sebelum kedatangan  Muhammad) dan mereka telah menyesatka n   kebanyakan  (manusia),  dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (QS   al-Ma’idah : [5]:77)
Hadits yang diriwayatk an Sufyan bin Uyainah  dengan sanadnya dari Adi  bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatk an dari Abu  Dzar, dia berkata, “Saya  bertanya kepada Rasulullah  Shallallah u alaihi  wasallam tentang  orang-oran g yang dimurkai“,  beliau bersabda, ‘Kaum  Yahudi.’ Saya  bertanya tentang orang-oran g yang sesat, beliau bersabda,  “Kaum  Nasrani.“
Hamad bin Salamah meriwayatk an dari Adi bin  Hatim, dia berkata, “Saya  bertanya kepada Rasulullah Shallallah u alaihi  wasallam ihwal ‘bukan  jalannya orang-oran g yang dimurkai’.  Beliau  bersabda, “Yaitu kaum  Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya  orang-oran g yang  sesat’. “Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah  orang-oran g yang sesat.’
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam  telah mengabarka n bahwa akan  terus bermuncula n orang-oran g seperti Dzul  Khuwaishir ah dari bani Tamim  An Najdi yakni orang-oran g muda yang suka  berdalil dengan Al Qur’an  dan Hadits namun salah paham.
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda “Akan keluar suatu kaum   akhir jaman, orang-oran g muda yang pemahamann ya sering salah paham.   Mereka banyak mengucapka n perkataan “Khairil Bariyyah” (maksudnya : suka   berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits). Iman mereka tidak melampaui   tenggoroka n mereka. Mereka keluar dari agama sebagaiman a meluncurny a   anak panah dari busurnya. Kalau orang-oran g ini berjumpa denganmu   perangilah  mereka (luruskan pemahaman mereka).” (Hadits Sahih riwayat   Imam Bukhari 3342).
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah
 dari  Bani Tamim An Najdi yakni  mereka yang membaca Al Qur`an dan 
mereka  menyangka bahwa Al Qur`an itu  adalah (hujjah) bagi mereka, 
namun  ternyata Al Qur`an itu adalah  (bencana) atas mereka
Rasulullah   shallallah u ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Dari kelompok  orang ini  (orang-ora ng seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim Al  Najdi), akan  muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an  tetapi tidak  sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka  membunuh orang-oran g  Islam, dan membiarkan  para penyembah berhala;  mereka keluar dari Islam  seperti panah yang meluncur dari busurnya.  Seandainya  aku masih  mendapati mereka, akan kumusnahka n mereka seperti  musnahnya kaum ‘Ad.”  (HR Muslim 1762)
Kalimat yang artinya “mereka yang membaca Al Qur’an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an” adalah kalimat majaz .  “Tidak melewati  kerongkong an” kiasan dari “tidak sampai ke hati”  artinya mereka membaca  Al Qur’an namun tidak menjadikan  mereka  berakhlaku l karimah.
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda “Sesungguh nya aku diutus (Allah) untuk menyempurn akan Akhlak.” (HR Ahmad)
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Barangsia pa yang   bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya , maka dia tidak   bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh“
Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatu llah) melalui ayat-ayat- Nya  qauliyah dan  kauniyah, maka semakin dekat hubungan dengan-Nya .
 Ilmu  harus dikawal  hidayah. Tanpa hidayah, seseorang yang berilmu 
menjadi  sombong dan  semakin jauh dari Allah ta’ala. Sebaliknya  seorang ahli  ilmu (ulama)  yang mendapat hidayah (karunia hikmah) maka hubunganny a  dengan Allah  ta’ala semakin dekat sehingga meraih maqom disisiNya.
Sebagaiman a diperibaha sakan
 oleh orang tua kita dahulu bagaikan padi   semakin berisi semakin 
merunduk, semakin berilmu dan beramal maka   semakin tawadhu, rendah 
hati dan tidak sombong.
Rasulullah   shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan muncul suatu   sekte/ firqoh/ kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana,   bacaan kalian tidak ada apa-apanya  dibandingk an dengan bacaan mereka.   Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka   dibandingk an
 dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka   menyangka 
bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun   ternyata Al 
Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak   sampai 
melewati batas tenggoroka n. Mereka keluar dari Islam  sebagaiman a  anak panah meluncur dari busurnya”.  (HR Muslim 1773)
Kalimat yang artinya “Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggoroka n”  adalah kalimat majaz . “Tidak melewati batas kerongkong an”
  kiasan dari  “tidak sampai ke hati” maknanya sholat mereka tidak 
sampai  ke hati yakni  sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan 
mungkar  sehingga  mereka semakin jauh dari Allah ta’ala
Rasulullah  bersabda,  “Barangsia pa
 yang shalatnya tidak mencegah dari  perbuatan keji dan  mungkar, maka 
ia tidak bertambah dari Allah kecuali  semakin jauh  dariNya” (diriwayat kan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir  nomor 11025,  11/46)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguh nya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS al Ankabut [29]:45).
Merugilah bagi siapa yang sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga termasuk orang-oran g yang gagal beragama atau gagal   mencapai tujuan hidup sebagaiman a yang telah disampaika n pada awal   tulisan di atas
Ciri-ciri lain dari orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi adalah
1. Suka mencela dan mengkafirk an kaum muslim
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka n kaum Nasrani.
Rasulullah  masuk ke kamarku dalam keadaan aku sedang menangis. Beliau   berkata kepadaku: ‘Apa yang membuatmu menangis?’  Aku menjawab: ‘Saya   mengingat perkara Dajjal maka aku pun menangis.’  Rasulullah  Shallallah u
   ‘alaihi wa sallam berkata: ‘Jika dia keluar sedang aku masih berada 
di   antara kalian niscaya aku akan mencukupi kalian. Jika dia keluar  
setelah  aku mati maka ketahuilah  Rabb kalian tidak buta sebelah. Dajjal  keluar  bersama orang-oran g
 Yahudi Ashbahan hingga datang ke Madinah  dan  berhenti di salah satu 
sudut Madinah. Madinah ketika itu memiliki  tujuh  pintu tiap celah ada 
dua malaikat yang berjaga. maka keluarlah   orang-oran g jahat dari Madinah mendatangi  Dajjal.”
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran g seperti Dzul  Khuwaishir ah  dari Bani Tamim an Najdi akan keluar dari Madinah menemui  Dajjal
Oleh karenanya orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an   Najdi yang merupakan korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang   pemahaman)  dari kaum Zionis Yahudi akan selalu membela, bekerjasam a dan   mentaati kaum Zionis Yahudi
Kita harus terus meningkatk an  kewaspadaa n terhadap upaya ghazwul fikri  (perang pemahaman)  yang  dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi sehingga  suatu zaman yang dikabarkan   oleh Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam
Telah menceritak an  kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritak an  kepada kami Ya’qub  bin Abdurrahma n dari Suhail dari ayahnya dari Abu  Hurairah Rasulullah   Shallallah u
 ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat  tidak terjadi hingga kaum  muslimin
 memerangi Yahudi lalu kaum muslimin  membunuh mereka hingga  orang 
Yahudi bersembuny i dibalik batu dan pohon,  batu atau pohon  berkata, ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang  Yahudi dibelakang ku,  kemarilah,  bunuhlah dia, ‘ kecuali pohon gharqad,  ia adalah pohon  Yahudi’.”
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Kaum Nasrani atau siapapun yang memperinga
Kaum Nasrani berdosa karena menjadikan
Peringatan
Perkara kebiasaan maupun kebiasaan yang sering dilakukan atau tradisi atau adat istiadat berlaku kaidah ushul fiqih
“wal ashlu fi ‘aadaatina
yang artinya “dan hukum asal dalam kebiasaan (adat istiadat) adalah boleh saja sampai ada dalil yang memalingka
Peringatan
Peringatan
Allah Azza wa Jalla berfirman,
Kemungkina
Sedangkan peringatan
Rasulullah
“إِنَّ اللهَ لَا يُجْمِعُ أُمَّةِ عَلَى ضَلَالَةٍ وَيَدُ اللهِ مَعَ الجَمَاعَة
“Sesungguh
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahull
Rasulullah
Ibnu Mas’ud radhiallah
Maksudnya tetaplah mengikuti Al-Jamaah atau as-sawad al a’zham (mayoritas
Dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatka
Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahull
Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahull
Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahull
Imam Al Hafidh Al Qasthalani
Janganlah karena kebiasaan maulid Nabi telah ditinggalk
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Katakanla
Dalam hadits Qudsi , Rasulullah
Allah Azza wa Jalla berfirman,
Ketika Nabi ditanya terkait dengan ayat ini, “apakah mereka menyembah para rahib dan pendeta sehingga dikatakan menjadikan
Pada riwayat yang lain disebutkan
Jadi mereka yang melarang yang tidak dilarangNy
Pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab atau sekte Wahabi lebih suka mengadakan
Salah satu alasan perbedaann
Dengan kata lain “Pekan Memorial Muhammad bin Abdil Wahhab” adalah perbuatan menjauhkan
Mereka dengan sengaja melakukan perbuatan menjauhkan
Ibnu Taimiyyah mengatakan
Jadi menurut mereka, bid’ah adalah perbuatan yang mendekatka
Padahal perbuatan yang tidak mendekatka
Firman Allah ta’ala yang artinya
“…Janganla
“Katakanla
Sedangkan kebiasaan peringatan
Imam Qusyairi mengatakan
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah
Rasulullah
حَدَّثَنَا
Telah menceritak
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya
Beliau menjawab, “Bagaimana
“Bagaimana
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-
Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifa
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguh
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh),
Muslim yang dekat dengan Allah ta’ala maka berkumpul dengan Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya,
”…Sekirany
“Sesungguh
“Sesungguh
“Tunjukila
“Dan barangsiap
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatka
Rasulullah
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah
Kaum yang dicintai-N
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran
Rasulullah
Rasulullah
Yang dimaksud dengan “membiarka
Kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason,
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka
Rasulullah
Kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang dengan kaum Zionis Yahudi , Allah ta’ala menyampaik
Kaum Nasrani, Allah ta’ala menyampaik
Hadits yang diriwayatk
Hamad bin Salamah meriwayatk
Rasulullah
Rasulullah
Orang-oran
Rasulullah
Kalimat yang artinya “mereka yang membaca Al Qur’an tetapi tidak sampai melewati kerongkong
Rasulullah
Rasulullah
Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatu
Sebagaiman
Rasulullah
Kalimat yang artinya “Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggoroka
Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguh
Merugilah bagi siapa yang sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga termasuk orang-oran
Ciri-ciri lain dari orang-oran
1. Suka mencela dan mengkafirk
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka
Rasulullah
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran
Oleh karenanya orang-oran
Kita harus terus meningkatk
Telah menceritak
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830