Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna ๐Ÿ‘‰ Download!

1924. HUKUM SERTA TATACARA SHALAT ANISIL QOBRI DAN SHALAT REBO WEKASAN

PERTANYAAN :
Assalamu'alaikum wr wb. Tanya & minta penjelasan : Apakah sholat "Anisil qubri" itu? Adakah tuntunanya dan bagaimana pelaksanaanya? Terima kasih sebelumnya. [Em Muhson].
Pertanyaan titipan : assalamu alaikum...mba tlg dong postingin sholat liunsil qobri apa tujuanya dan apakah ada tuntunanya..bila ada bacaan2 khususnya apa saja..? Makasih sebelum dan sesudahnya..wassalamu alaikum. [Ayda Az-zahra].
Assalammu'alaikum poro sesepuh piss-ktb ingkang kulo tresnani. Kulo badhe tanglet, babagan sholat Unsyil Qobri? Caranipun, waktu, lan keutamaanipun. Nyuwun penjelasanipun. Suwun. [Andri Atma].
Assalamualaikum.mau tanya tentang ibarotnya sholat sunat unsi.atw solat hadiah yang di peruntukan bagi orang yang baru meninggal dunia. [Raihan Abdulhakim].
Mau nanya nih apa yang dimaksud dengan sholat anisul qobri dan apa hukumnya. Trims. [Nurisy Ag].
Ini saya dapatkan di Majalah AULA Majalah bulanan Nahdhatul Ulama PWNU Jawa Timur. pada rubrik Bahtsul Masa'il tentang REBO WEKASAN. Dalam hadts riwayat Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada penularan, tidak boleh meramal dengan burung (tathayyur), tidak boleh (mempercayai sial-sial) burung Haamah dan tidak boleh percaya sialnya bulan Shafar (laa Shafaro)". Imam Abu Daud mengomentari hadits di atas dengan ungkapan, "Aku mendengar bahwa orang jahiliyah dahulu memandang sial terhadap bulan Shafar. Maka Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidak boleh percaya sialnya bulan Shafar," (Sunan Abu Daud. Jilid 4, hal. 18). Bagaimana menurut Anda ? [Ibnu Toha].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam. Di antara shalat sunah yang tidak dikerjakan secara berjamaah adalah shalat dua rakaat untuk memberikan penghiburan bagi mayit dalam kubur, diriwayatkan dari Nabi shallallaahu alaihi wasallam beliau bersabda : “Tidak ada yang lebih berat bagi orang yang meninggal selain malam pertamanya, maka belasilah dengan memberi shadaqah atas yang telah meninggal, barangsiapa tidak menemukan (harta) maka shalatlah dua rakaat yang disetiap rakaatnya membaca surat al-Fatihah sekali, ayat kursi sekali, surat at-takaatsur sekali dan surat al-Ikhlaash 10 kali, dan ucapkanlah seusai salam :
Ya Allah, sesungguhnya aku shalat dengan shalat ini dan Engkau mengetahui akan apa yang aku inginkan. Ta Allah, berikan pahalanya pada kuburan fulan anaknya fulan (disebut nama orang yang meninggal disertai nama ayahnya), maka seketika itu juga, Allah mengirimkan 1000 malaikat dengan setiap satu malaikat membawa cahaya dan hadiah yang dapat menghiburnya hingga datangnya hari ditiupkannya sangkakala”
Dalam sebuah hadits : “Bahwa yang mengerjakan shalat tersebut dianugerahi pahala besar diantaranya dia tidak akan keluar dari dunia ini (mati) hingga terlebih dahulu melihat tempatnya disurga”. Berkata sebagian Ulama “Berbahagialah bagi hamba yang merutinkan shalat ini setiap malam dan menghadiahkan pahalanya untuk setiap orang meninggalnya kaum muslimin”. Lihat  Nihaayah az-Zain I/107 :
ูˆู…ู†ู‡ ุตู„ุงุฉ ุฑูƒุนุชูŠู† ู„ู„ุฃู†ุณ ููŠ ุงู„ู‚ุจุฑ ุฑูˆูŠ ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„ ู„ุง ูŠุฃุชูŠ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ูŠุช ุฃุดุฏ ู…ู† ุงู„ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ูุงุฑุญู…ูˆุง ุจุงู„ุตุฏู‚ุฉ ู…ู† ูŠู…ูˆุช ูู…ู† ู„ู… ูŠุฌุฏ ูู„ูŠุตู„ ุฑูƒุนุชูŠู† ูŠู‚ุฑุฃ ููŠู‡ู…ุง ุฃูŠ ููŠ ูƒู„ ุฑูƒุนุฉ ู…ู†ู‡ู…ุง ูุงุชุญุฉ ุงู„ูƒุชุงุจ ู…ุฑุฉ ูˆุขูŠุฉ ุงู„ูƒุฑุณูŠ ู…ุฑุฉ ูˆ { ุฃู„ู‡ุงูƒู… ุงู„ุชูƒุงุซุฑ } 102 ุงู„ุชูƒุงุซุฑ ุงู„ุขูŠุฉ 1 ู…ุฑุฉ ูˆ { ู‚ู„ ู‡ูˆ ุงู„ู„ู‡ ุฃุญุฏ } 112 ุงู„ุฅุฎู„ุงุต ุงู„ุขูŠุฉ 1 ุนุดุฑ ู…ุฑุงุช ูˆูŠู‚ูˆู„ ุจุนุฏ ุงู„ุณู„ุงู… ุงู„ู„ู‡ู… ุฅู†ูŠ ุตู„ูŠุช ู‡ุฐู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุชุนู„ู… ู…ุง ุฃุฑูŠุฏ ุงู„ู„ู‡ู… ุงุจุนุซ ุซูˆุงุจู‡ุง ุฅู„ู‰ ู‚ุจุฑ ูู„ุงู† ุงุจู† ูู„ุงู† ููŠุจุนุซ ุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุณุงุนุชู‡ ุฅู„ู‰ ู‚ุจุฑู‡ ุฃู„ู ู…ู„ูƒ ู…ุน ูƒู„ ู…ู„ูƒ ู†ูˆุฑ ูˆู‡ุฏูŠุฉ ูŠุคู†ุณูˆู†ู‡ ุฅู„ู‰ ูŠูˆู… ูŠู†ูุฎ ููŠ ุงู„ุตูˆุฑ ุงู‡
ูˆููŠ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุฃู† ูุงุนู„ ุฐู„ูƒ ู„ู‡ ุซูˆุงุจ ุฌุณูŠู…  ู…ู†ู‡ ุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠุฎุฑุฌ ู…ู† ุงู„ุฏู†ูŠุง ุญุชู‰ ูŠุฑู‰ ู…ูƒุงู†ู‡ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ู‚ุงู„ ุจุนุถู‡ู… ูุทูˆุจู‰ ู„ุนุจุฏ ูˆุงุธุจ ุนู„ู‰ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูƒู„ ู„ูŠู„ุฉ ูˆุฃู‡ุฏู‰ ุซูˆุงุจู‡ุง ู„ูƒู„ ู…ูŠุช ู…ู† ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุจุงู„ู„ู‡ ุงู„ุชูˆููŠู‚
Kematian bagi makhluk hidup adalah suatu kemestian. Meskipun berbeda cara dan penyebabnya sakit, tua, kecelakaan, dan seterusnya. Jasadnya pun, bisa dimana saja, atau musnah sama sekali tanpa bekas. Kematian lambat atau cepat adalah mutlak bagi makhluk termasuk manusia.
Manusia adalah makhluk yang terbebani tanggung jawab dalam hayatnya, terutama terhitung sejak baligh. Perbuatan manusia akan dibalas menurut baik dan buruknya. Pertanggungjawaban mereka akan dihisab kelak di hari Kiamat. Allah sebagai hakim yang adil, takkan keliru dalam menghitung dan mengadili amal setiap orang.Namun, sebelum pembalasan hari Kiamat, nikmat dan siksa kubur benar adanya. Manusia yang telah terpisah jiwa dari raganya, akan didatangi malaikat untuk pertanyaan tentang Tuhan, rasul, pedoman hidup dan seterusnya. Malaikat ini akan bersikap sesuai perintah, menyiksa dan memberikan nikmat bagi mayit.
Manusia kecuali para rasul, dalam hidupnya tak lepas dari dosa. Dosa inilah yang lalu mesti ditebus dengan siksa kubur oleh yang bersangkutan. Jerit pedih mereka yang sudah mati memang tak didengar oleh manusia yang hidup. Dalam keterangan Rasulullah, hanya hewan hidup lah yang mendengar jeritan mayit yang tersiksa. Mayit pun harus menanggung kelakuan buruknya di dunia. Mereka hanya bisa menerima siksa tanpa bisa melakukan sesuatu apapun.
Mengingat itu, kita yang masih hidup mesti mengambil satu langkah agar dapat meringankan siksa kubur mayit. Lebih istimewa lagi, kita lakukan terhadap orang yang kita kenal, cintai atau yang sangat berjasa dalam kehidupan kita, orang tua, guru, atau kiai.
Di antaranya dengan memberikan hadiah kepada mayyit. Hadiah itu bisa berupa shalat dua rakaat atau berupa sedekah yang pahalanya ditujukan kepada mayyit. Seperti yang diterangkan Rasulullah SAW dalam sabdanya;
ุฑูˆูŠ ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„ ู„ุง ูŠุฃุชู‰ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ูŠุช ุฃุดุฏ ู…ู† ุงู„ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰, ูุงุฑุญู…ูˆุง ุจุงู„ุตุฏู‚ุฉ ู…ู† ูŠู…ูˆุช. ูู…ู† ู„ู… ูŠุฌุฏ ูู„ูŠุตู„ ุฑูƒุนุชูŠู† ูŠู‚ุฑุฃ ููŠู‡ู…ุง: ุฃูŠ ููŠ ูƒู„ ุฑูƒุนุฉ ู…ู†ู‡ู…ุง ูุงุชุญุฉ ุงู„ูƒุชุงุจ ู…ุฑุฉ, ูˆุขูŠุฉ ุงู„ูƒุฑุณู‰ ู…ุฑุฉ, ูˆุฃู„ู‡ุงูƒู… ุงู„ุชูƒุงุซุฑ ู…ุฑุฉ, ูˆู‚ู„ ู‡ูˆ ุงู„ู„ู‡ ุฃุญุฏ ุนุดุฑ ู…ุฑุงุช, ูˆูŠู‚ูˆู„ ุจุนุฏ ุงู„ุณู„ุงู…: ุงู„ู„ู‡ู… ุฅู†ูŠ ุตู„ูŠุช ู‡ุฐู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุชุนู„ู… ู…ุง ุฃุฑูŠุฏ, ุงู„ู„ู‡ู… ุงุจุนุซ ุซูˆุงุจู‡ุง ุฅู„ู‰ ู‚ุจุฑ ูู„ุงู† ุจู† ูู„ุงู† ููŠุจุนุซ ุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุณุงุนุชู‡ ุฅู„ู‰ ู‚ุจุฑู‡ ุฃู„ู ู…ู„ูƒ ู…ุน ูƒู„ ู…ู„ูƒ ู†ูˆุฑ ูˆู‡ุฏูŠุฉ ูŠุคู†ุณูˆู†ู‡ ุฅู„ู‰ ูŠูˆู… ูŠู†ูุฎ ูู‰ ุงู„ุตูˆุฑ.
Diriwayatkan dari Rasulullah, Ia bersabda, “Tiada beban siksa yang lebih keras dari malam pertama kematiannya. Karenanya, kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa yang tidak mampu bersedekah, maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Di setiap raka‘at, ia membaca surat Alfatihah 1 kali, Ayat Kursi 1 kali, surat Attaktsur 1 kali, dan surat Al-ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa, ‘Allahumma inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahummab ‘ats tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita maksud),’ Tuhanku, aku telah lakukan sembahyang ini. Kau pun mengerti maksudku. Tuhanku, sampaikanlah pahala sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang dimaksud), niscaya Allah sejak saat itu mengirim 1000 malaikat. Tiap malaikat membawakan cahaya dan hadiah yang kan menghibur mayit sampai hari Kiamat tiba.” [Syekh Nawawi Albantani, Nihayatuz Zain, (Bandung, Almaarif) Hal. 107].
Hadiah semacam ini dalam tradisi Islam Nusantara dikenal dengan berbagai sebutan sesuai kaedah lokal masing-masing. Ada yang menyebutnya ‘tahlilan’, ada yang menyebutnya arwahan, ada yang menyebut samadiahan dan lain sebagainya. Semua itu merupakan perilaku terpuji yang telah me-tradisi dalam wacana Islam Nusantara. Begitu pula dengan shalat hadiah dua rakaat untuk mayit, yang kesunnahannya dilakukan saat malam pertama mayit meninggal. Walaupun taka apa pula jika dilakukan setelah jauh-jauh hari sepeninggal si mayit.
Pahala dari berbagai hadiah itu juga mengalir bagi kita yang masih hidup dan melakukannya, seperti yang diterangkan dalam sebuah hadits
ุฃู† ูุงุนู„ ุฐู„ูƒ ู„ู‡ ุซูˆุงุจ ุฌุณูŠู…, ู…ู†ู‡ ุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠุฎุฑุฌ ู…ู† ุงู„ุฏู†ูŠุง ุญุชู‰ ูŠุฑู‰ ู…ูƒุงู†ู‡ ูู‰ ุงู„ุฌู†ุฉ.
“Siapa saja yang melakukan sedekah atau sembahyang itu, akan mendapat pahala yang besar. Di antaranya, ia takkan meninggalkan dunia sampai melihat tempatnya di surga kelak.”
Sejumlah ulama menganjurkan akan baiknya sembahyang 2 raka‘at ini. Ringan dan mudah dilakukan, “Beruntunglah orang yang melakukan sembahyang ini setiap malam dan menghadiahkan pahalanya untuk mayit kaum muslimin.”
Sebagai umat Islam, kita dipanggil untuk peduli dan menanam bibit kasih sayang terhadap alam, hewan dan manusia baik hidup maupun sudah meninggal. Hanya saja, bentuk kasih yang dipersembahkan mesti disesuaikan bagi penerimanya. Untuk saudara kita yang sudah meninggal, kita bisa melakukan sedekah dan sembahyang 2 raka‘at di atas.
Inilah yang dicontohkan Rasulullah SAW. para ulama dan kiai mengawetkan ajaran luhur Rasulullah dengan menuliskan, mengajarkan, menyontohkannya kepada masyarakat luas. Dengan demikian, ajaran Nabi Muhammad SAW. akan lestari hingga hari akhir kelak. [ Redaktur: Ulil A. Hadrawiy, Penulis: Alhafiz Kurniawan ].
Namun berdasarkan hasil MUKTAMAR NASIONAL ke-25 di Surabaya pada Tanggal 20-25 Desember 1971 M, shalat hadiah ini termasuk yang dilarang, Tidak sah dan haram hukumnya :
ูˆَู„َุง ุชَุตِุญُّ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุตَّู„َูˆَุงุชُ ุจِุชِู„ْูƒَ ุงู„ู†ِّูŠَّุงุชِ ุงู„َّุชِูŠ ุงุณْุชَุญْุณَู†َู‡َุง ุงู„ุตُّูˆูِูŠَّุฉُ ู…ِู†ْ ุบَูŠْุฑِ ุฃَู†ْ ูŠَุฑِุฏَ ู„َู‡َุง ุฃَุตْู„ٌ ูِูŠ ุงู„ุณُّู†َّุฉِ ู†َุนَู…ْ ุฅู†ْ ู†َูˆَู‰ ู…ُุทْู„َู‚َ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุซُู…َّ ุฏَุนَุง ุจَุนْุฏَู‡َุง ุจِู…َุง ูŠَุชَุถَู…َّู†ُ ู†َุญْูˆَ ุงุณْุชِุนَุงุฐَุฉٍ ุฃَูˆْ ุงุณْุชِุฎَุงุฑَุฉٍ ู…ُุทْู„َู‚َุฉٍ ู„َู…ْ ูŠَูƒُู†ْ ุจِุฐَู„ِูƒَ ุจَุฃْุณٌ
Tidak sah shalat dengan niat seperti yang dianggap baik kalangan sufi tanpa dasar hadits sama sekali. Namun jika melakukan shalat muthlak dan berdoa sesudahnya dengan sesuatu yang mengandung semisal doa isti’adzah (mohon perlindungan) atau istikharah (meminta petunjuk Allah untuk di pilihkan yang terbaik) maka shalat tersebut sah-sah saja. (Tuhfah al-Muhtaj Juz VII, Hal 317).
Dan berikut paparan ALMUKARRAM KH. HASYIM ASY'ARI MENGENAI SHALAT-SHALAT SEMACAM DI ATAS MISAL SHALAT REBO WEKASAN di Hasil Keputusan Bahtsul Masail PWNU Jatim 1980 di PP. Asembagus Situbondo :
Pertanyaan : Shalat rebo wekasan dan rangkainnya, bagaimana hukumnya menurut fuqoha dan menurut ulama sufi?
Jawab : Menurut fatwa Roisul Akbar Almarhum Asyaikh Hasim Asy’ari tidak boleh. Shalat rebo wekasan karena tidak masyru’ah dalam syara’ dan tidak ada dalil syar’i. Adapun fatwa tersebut sabagaimana dokumen asli yang ada pada cabang NU Sidoarjo sebagai berikut:
Mas’alah :
a. Kados pundi hukumipun ngelampahi shalat rebo wulan shofar, kasebat wonten ing kitab mujarobat lan ingkang kasebat wonten ing akhir bab 18 ?
ูَุงุฆِุฏَุฉٌ ุงُุฎْุฑَู‰: ุฐَูƒَุฑَ ุจَุนْุถُ ุงู„ْุนَุงุฑِูِูŠْู†َ ู…ِู†ْ ุงَู‡ْู„ِ ุงู„ْูƒَุดْูِ ูˆَุงู„ุชَّู…ْูƒِูŠْู†ِ ุฃَู†َّู‡ُ ูŠَู†ْุฒِู„ُ ูƒُู„َّ ุณَู†َุฉٍ ุซَู„ุงَุซَู…ِุงุฆَุฉٍ ูˆَุนِุดْุฑُูˆْู†َ ุฃَู„ْูًุง ู…ِู†َ ุงู„ْุจَู„ِูŠَّุงุชِ ูˆَูƒُู„ُّ ุฐَู„ِูƒَ ูِู‰ ูŠَูˆْู…ِ ุงْู„ุฃَุฑْุจِุนَุงุกِ ุงْู„ุขุฎِูŠْุฑِ ู…ِู†ْ ุดَู‡ْุฑِ ุตَูَุฑَ ูَูŠَูƒُูˆْู†ُ ูِู‰ ุฐَู„ِูƒَ ุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ุฃَุตْุนَุจُ ุงَูŠَّุงู…ِ ุงู„ุณَّู†َุฉِ ูƒُู„ِّู‡َุง ูَู…َู†ْ ุตَู„َّู‰ ูِู‰ ุฐَู„ِูƒَ ุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ุงَุฑْุจَุนَ ุฑَูƒَุนَุงุชٍ ..... ุงู„ุฎ.    ููˆู†ุงูุง ุณุงู‡ู‰ ููˆู†ุงูุง ุฃูˆูˆู†؟ ูŠุนู†ู‰ ุณู†ุฉ ููˆู†ุงูุง ุญุฑุงู…؟ ุฃูุชูˆู†ุง ุงุซุงุจูƒู… ุงู„ู„ู‡؟
Sebagian orang yang ma’rifat dari ahli al-kasyafi dan tamkin menyebutkan: setiap tahun, turun 320.000 cobaan. Semuannya itu pada hari rabu akhir bulan shafar. Maka pada hari itu menjadi sulit-sulitnya hari di tahun tersebut. Barangsiapa shalat di hari itu 4 rokaat dst.
b. Kados pundi hukumipun ngelampai shalat hadiyah ingkang kasebat wonten ing kitab :

ุญุงุดูŠุฉ ุงู„ู…ู‡ู‰ ุนู„ู‰ ุงู„ุณุชูŠู† ู…ุณุฆู„ุฉ ูˆูˆู†ุชู† ุขุฎุฑูŠููˆู† ุจุงุจ ูŠู„ุงู…ุชู‰ ู…ูŠุช ูˆَู†َุตُّู‡ُ: ูَุงุฆِุฏَุฉٌ: ุฐَูƒَุฑَ ูู‰ِ ู†ُุฒْู‡َุฉِ ุงู„ْู…َุฌุงَู„ِุณِ ุนَู†ْ ูƒِุชَุงุจِ ุงู„ْู…ُุฎْุชุงَุฑِ ู„ุง ูŠَุฃْุชِู‰ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู…َูŠَّุชِูˆَู…َุทَุงู„ِุนِ ุงู„ุงَู†ْูˆุงَุฑِ ุนَู†ْ ุงู„ู†َّุจِู‰ ุฃَุดَุฏُّ ู…ِู†َ ุงู„ู„َّูŠْู„َุฉِ ุงู„ุฃُูˆْู„َู‰ ูَุงุฑْุญَู…ُูˆุงْ ู…َูˆْุชَุงูƒُู…ْ ุจِุงู„ุตَّุฏَู‚َุฉِ ูَู…َู†ْ ู„َู…ْ ูŠَุฌِุฏْ ูَู„ْูŠُุตَู„ِّ ุฑَูƒْุนَุชَูŠْู†ِ ูŠَู‚ْุฑَุฃُ ูِู‰ ูƒُู„ِّ ุฑَูƒْุนَุฉٍ ูِูŠْู‡ِู…َุง ูَุงุชِุญَุฉِ ุงู„ْูƒِุชَุงุจِ ูˆَุขูŠَุฉِ ุงู„ْูƒُุฑْุณِูŠِّ ูˆَุฅِู„َู‡ُูƒُู…ْ ... ูˆَู‚ُู„ْ ู‡ُูˆَุงู„ู„ู‡ُ ุฃَุญَุฏْ ุงِุญْุฏَู‰ ุนَุดْุฑَุฉَ ู…َุฑَّุฉً ูˆَูŠَู‚ُูˆู„ُ: ุงู„ّู„ู‡ُู…َّ ุฅِู†ِّู‰ ุตَู„َّูŠْุชُ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุตَّู„ุงุฉَ ูˆَุชَุนْู„َู…ُ ู…َุงุงُุฑِูŠْุฏُ. ุงู„ู„ู‡ู… ุงุจْุนَุซْ ุซَูˆุงَุจَู‡ุง ุงِู„َู‰ ู‚َุจْุฑِ ูُู„ุงู† ูَูŠَุจْุนَุซُ ุงู„ู„ู‡ ู…ِู†ْ ุณَุงุนَุชِู‡ِ ุงَู„َู‰ ู‚َุจْุฑِู‡ِ ุงَู„ْูَ ู…َู„ِูƒِ ู…َุนَ ูƒُู„ِّ ู…َู„ِูƒِ ู†ُูˆْุฑٌ ู‡َุฏِูŠَّุฉً ูŠُุคَู†ِّุณُูˆْู†َุฉُ ูِู‰ ู‚َุจْุฑِู‡ِ ุงِู„َู‰ ุงَู†ْ ูŠُู†ْูَุฎَ ูِู‰ ุงู„ุตُّูˆْุฑِ ูˆَูŠُุนْุทِู‰ْ ุงู„ู„ู‡ُ ุงู„ู…ُุตَู„َّู‰ ุจِุนَุฏุฏِ ู…َุงุทَู„َุนَุชْ ุนَู„َูŠู‡ِ ุงู„ุดَّู…ْุณُ ุฃَู„ْูَ ุดَู‡ِูŠْุฏٍ ูˆَูŠُูƒْุณِู‰ ุฃَู„ْูَ ุญُู„َّุฉٍ. ุงِู†ْุชَู‡َู‰ ูˆَู‚َุฏْ ุฐَูƒَุฑَู†َุง ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ْูَุงุฆِุฏَุฉُ ู„ِุนُุธْู…ِ ู†َูْุนِู‡َุง ูˆَุฎَูˆْูุงً ู…َู†ْ ุถِูŠَุงุนِู‡ุงَ، ูَูŠَู†ْุจَุบِู‰ ู„ِูƒُู„ِّ ู…ُุณْู„ِู…ٍ ุงَู†ْ ูŠُุตَู„ِّูŠْู‡َุง ูƒُู„ِّ ู„َูŠْู„َุฉٍ ู„ุฃَู…ْูˆุงَุชِ ุงู„ْู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ.
ุฌูˆุงุจ:
ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู…ِ ูˆَุจِู‡ِ ู†َุณْุชَุนِูŠْู†ُ ุนَู„َู‰ ุงُู…ُูˆْุฑِ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูˆَุงู„ุฏِّูŠْู†ِ ูˆَุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„َู‰ ุงَู„ِู‡ِ ูˆَุตَุญْุจِู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ.
ุฃูˆุฑุง ูˆู†ุงุน ููŠุชูˆุงู‡، ุงุฌุงุก-ุงุฌุงุก ู„ู† ุนู„ุงูƒูˆู†ู‰ ุตู„ุงุฉ ุฑุจูˆ ูˆูƒุงุณุงู† ู„ู† ุตู„ุงุฉ ู‡ุฏูŠุฉ ูƒุงุน ูƒุงุณุจูˆุช ุงุน ุณูˆุฃู„، ูƒุฑู†ุง ุตู„ุงุฉ ู„ูˆุฑูˆ ุงูŠูƒูˆ ู…ุงู‡ูˆ ุฏูˆุฏูˆ ุตู„ุงุฉ ู…ุดุฑูˆุนุฉ ูู‰ ุงู„ุดุฑุน ู„ู† ุงูˆุฑ ุงู†ุง ุงุตู„ู‰ ูู‰ ุงู„ุดุฑุน. ูˆَุงู„ุฏَّู„ِูŠْู„ُ ุนَู„َู‰ ุฐَู„ِูƒَ ุฎُู„ُูˆُّ ุงู„ْูƒُุชُุจِ ุงู„ْู…ُุนْุชَู…َุฏَุฉِ ุนَู†ْ ุฐِูƒْุฑِู‡َุง ูƒูŠุง ูƒุชุงุจ ุชู‚ุฑูŠุจ، ุงู„ู…ู†ู‡ุงุฌ ุงู„ู‚ูˆูŠู…، ูุชุญ ุงู„ู…ุนูŠู†، ุงู„ุชุญุฑูŠุฑ ู„ู† ุณุฃูู†ุฏูˆูƒูˆุฑ. ูƒูŠุง ูƒุชุงุจ ุงู„ู†ู‡ุงูŠุฉ، ุงู„ู…ู‡ุฐุจ ู„ู† ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†، ูƒุงุจูŠู‡ ู…ุงู‡ูˆ ุงูˆุฑุง ุงู†ุง ูƒุน ู†ูˆุชูˆุฑ ุตู„ุงุฉ ูƒุน ูƒุงุณุจูˆุช.
ูˆَู…ِู†َ ุงู„ْู…َุนْู„ُูˆْู…ِ ุงَู†َّู‡ُ ู„َูˆْูƒَุงู†َ ู„َู‡َุง ุฃَุตْู„ٌ ู„َุจَุงุฏَุฑُูˆْุง ุฅِู„َู‰ ุฐِูƒْุฑِู‡َุง ูˆَุฐِูƒْุฑِ ูَุถْู„ِู‡َุง، ูˆَุงู„ْุนَุงุฏَุฉُ ุชُุญِูŠْู„ُ ุงَู†ْ ูŠَูƒُูˆْู†َ ู…ِุซْู„ُ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุณُّู†َّุฉِ، ูˆَุชَุบِูŠْุจُ ุนَู†ْ ู‡َุคُู„ุงَุกِ ูˆَู‡ُู…ْ ุฃَุนْู„َู…ُ ุงู„ุฏِّูŠْู†ِ ูˆَู‚ُุฏْูˆَุฉُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠْู†ِ. ู„ู† ุงูˆุฑุง ูˆู†ุงุน ุงูˆูŠู‡ ู‚ูŠุชูˆุงู‡ ุฃุชูˆุง ุนุงููŠูƒ ุญูƒูˆู… ุณุงูƒุง ูƒุชุงุจ ู…ุฌุฑุจุงุช ู„ู† ูƒุชุงุจ ู†ุฒู‡ุฉ ุงู„ู…ุฌุงู„ุณ. ูƒุชุฑุงุนุงู† ุณูƒุน ุญูˆุงุดู‰ ุงู„ุฃุดุจุงู‡ ูˆุงู„ู†ุธุงุฆุฑ ู„ู„ุฅู…ุงู… ุงู„ุญู…ุฏู‰ ู‚ุงู„: ูˆَู„ุงَ ูŠَุฌُูˆْุฒُ ุงْู„ุฅِูْุชَุงุกُ ู…ِู†َ ุงู„ْูƒُุชُุจِ ุงْู„ุบَูŠْุฑِ ุงู„ْู…ُุนْุชَุจَุฑَุฉِ، ู„ู† ูƒุชุฑุงุนุงู† ุณูƒุน ูƒุชุงุจ ุชุฐูƒุฑุฉ ุงู„ู…ูˆุถูˆุนุงุช ู„ู„ู…ู„ุง ุนู„ู‰ ุงู„ู‚ุงุฑู‰: ู„ุงَ ูŠَุฌُูˆْุฒُ ู†َู‚ْู„ُ ุงู„ْุฃَุญَุงุฏِูŠْุซِ ุงู„ู†َّุจَูˆِูŠَّุฉِ ูˆَุงู„ْู…َุณَุงุฆِู„ِ ุงู„ْูِู‚ْู‡ِูŠَّุฉِ ูˆَุงู„ุชَّูَุงุณِูŠْุฑِ ุงู„ْู‚ُุฑْุงَู†ِูŠَّุฉِ ุฅِู„َّุง ู…ِู†َ ุงู„ْูƒُุชُุจِ ุงู„ْู…ُุฏَุงูˆَู„َุฉِ (ุงู„ْู…َุดْู‡ُูˆْุฑَุฉِ) ู„ِุนَุฏَู…ِ ุงْู„ุฅِุนْุชِู…َุงุฏِ ุนَู„َู‰ ุบَูŠْุฑِู‡َุง ู…ِู†ْ ูˆَุฏَุนِ ุงู„ุฒَّู†َุงุฏِู‚َุฉِ ูˆَุฅِู„ْุญَุงุฏِ ุงู„ْู…ُู„ุงَุญَุฏَุฉِ ุจِุฎِู„ุงَูِ ุงู„ْูƒُุชُุจِ ุงู„ْู…َุญْูُูˆْุธَุฉِ. ุงู†ุชู‡ู‰ ู„ู† ูƒุชุฑุงุนุงู† ุณูƒุน ูƒุชุงุจ ุชู†ู‚ูŠุญ ุงู„ูุชูˆู‰ ุงู„ุญู…ูŠุฏูŠุฉ: ูˆَู„ุงَ ูŠَุญِู„ُّ ุงู„ْุฅِูْุชَุงุกُ ู…ِู†َ ุงู„ْูƒُุชُุจِ ุงู„ْุบَุฑِูŠْุจَุฉِ. ูˆَู‚َุฏْ ุนَุฑَูْุชَ ุงَู†َّ ู†َู‚ْู„َ ุงู„ْู…ُุฌَุฑَّุจَุงุชِ ุงู„ุฏَّูŠْุฑَุจِูŠَّุฉِ ูˆَุญَุงุดِูŠَุฉِ ุงู„ุณِّุชِّูŠْู†َ ู„ِุงุณْุชِุญْุจَุงุจِ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุงู„ْู…َุฐْูƒُูˆْุฑَุฉِ ูŠُุฎَุงู„ِูُ ูƒُุชُุจَ ุงู„ْูُุฑُูˆْุนَ ุงْู„ูِู‚ْู‡ِูŠَّุฉِ ูَู„َุง ูŠَุตِุญُّ ูˆَู„َุง ูŠَุฌُูˆْุฒُ ุงู„ْุฅِูْุชَุงุกُ ุจِู‡َุง. ู„ู† ู…ุงู„ูŠู‡ ุญุฏูŠุซ ูƒุน ูƒุงุณุจุงุช ูˆูˆู†ุชู† ูƒุชุงุจ ุญุงุดูŠุฉ ุงู„ุณุชูŠู† ููˆู†ูŠูƒุง ุญุฏูŠุซ ู…ูˆุถูˆุน. ูƒุชุฑุงุนุงู† ุณูƒุน ูƒุชุงุจ ุงู„ู‚ุณุทู„ุงู†ู‰ ุนู„ู‰ ุงู„ุจุฎุงุฑู‰: ูˆَูŠُุณَู…َّู‰ ุงู„ْู…ُุฎْุชَู„َูُ ุงู„ْู…َูˆْุถُูˆْุนَ ูˆَูŠَุญْุฑُู…ُ ุฑِูˆَุงูŠَุชُู‡ُ ู…َุนَ ุงู„ْุนِู„ْู…ِ ุจِู‡ِ ู…ُุจَูŠِّู†ًุง ูˆَุงْู„ุนَู…َู„ُ ุจِู‡ِ ู…ُุทْู„َู‚ًุง. ุงู†ุชู‡ู‰
ู‚َุงู„َ ูِู‰ ู†َูŠْู„ِ ุงْู„ุฃَู…َุงู†ِู‰: ูˆَูŠَุญْุฑُู…ُ ุฑِูˆَุงูŠَุชُู‡ُ ุฃَู‰ْ ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ุนَู„ِู…َ ุงَูˆْ ุธَู†َّ ุงَู†َّู‡ُ ู…َูˆْุถُูˆْุนٌ ุณَูˆَุงุกٌ ูƒَุงู†َ ูِู‰ ุงْู„ุฃَุญْูƒَุงู…ِ ุฃَูˆْ ูِู‰ ุบَูŠْุฑِู‡َุง ูƒَุงู„ْู…َูˆَุงุนِุธِ ูˆَุงู„ْู‚َุตَุตِ ูˆَุงู„ุชَّุฑْุบِูŠْุจِ ุฅِู„ุงَّ ู…َุนَ : ู…َู†ْ ุฑَูˆَู‰ ุนَู†ِّูŠ ุญَุฏِูŠุซًุง ูˆَู‡ُูˆَ ูŠَุฑَู‰ุจَูŠَุงู†ِ ูˆَุถْุนِู‡ِ ู„ِู‚َูˆْู„ِู‡ِ ุฃَู†َّู‡ُ ูƒَุฐِุจٌ، ูَู‡ُูˆَ ุฃَุญَุฏُ ุงู„ْูƒَุฐَّุงุจِูŠู† ูˆَู‡ُูˆَ ู…ِู†َ ุงู„ْูƒَุจَุงุฆِุฑِ ุญَุชَّู‰ ู‚َุงู„َ ุงู„ْุฌُูˆَูŠْู†ِู‰ ุนَู†ْ ุฃَุฆِู…َّุฉِ ุฃَุตْุญَุงุจِู†َุง ุจِูƒُูْุฑِ ู…ُุนْุชَู…ِุฏِู‡ِ ูˆَูŠُุฑَุงู‚ُ ุฏَู…ُู‡ُ. ูˆَุงู„ْุฌُู…ْู‡ُูˆْุฑُ ุงَู†َّู‡ُ ู„ุงَ ูŠَูƒْูُุฑُ ุฅِู„ุงَّ ุฅِู†ِ ุงุณْุชَุญَู„َّู‡ُ ูˆَุงِู†َّู…َุง ูŠُุถَุนَّูُ ูˆَุชُุฑَุฏُّ ุฑِูˆَุงูŠَุชُู‡ُ ุฃَุจَุฏًุง، ุจَู„ْ ูŠُุฎْุชَู…ُ ..... ุงِู†ْุชَู‡َู‰. ูˆَู„َูŠْุณَ ِู„ุฃَุญَุฏٍ ุฃَู†ْ ุงَู†َّู‡ُ ู‚َุงู„َ: ุงู„ุตَّู„ุงَุฉُูŠَุณْุชَุจْุฏِู„َ ุจِู…َุง ุตَุญَّ ุนَู†ْ ุฑَุณُูˆْู„ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุฎَูŠْุฑٌ ู…َูˆْุถُูˆْุนٌ ูَู…َู†ْ ุดَุงุกَ ูَู„ْูŠَุณْุชَูƒْุซِุฑْ ูˆَู…َู†ْ ุดَุงุกَ ูَู„ْูŠَุณْุชَู‚ْู„ِู„ْ، ูَุงِู†َّ ุฐَู„ِูƒَ ู…ُุฎْุชَุตٌّ ุจِุตَู„ุงَุฉٍ ู…َุดْุฑُูˆْุนِูŠَّุฉٍ ุณูƒูŠุฑุง ุงูˆุฑุง ุจูŠุตุง ุชุชู ูƒุณู†ุชุงู†ู‰ ุตู„ุงุฉ ู‡ุฏูŠุฉ ูƒู„ูˆุงู† ุฏู„ูŠู„ ุญุฏูŠุซ ู…ูˆุถูˆุน، ู…ูˆุนูƒุง ุงูˆุฑุง ุจูŠุตุง ุชุชู ูƒุณู†ุชุงู†ู‰ ุตู„ุงุฉ ุฑุจูˆ ูˆูƒุงุณุงู† ูƒู„ูˆุงู† ุฏู„ูŠู„ ุฏุงูˆูˆู‡ู‰ ุณุชุนุงู‡ู‰ ุนู„ู…ุงุก ุงู„ุนุงุฑููŠู†، ู…ุงู„ุงู‡ ุจูŠุตุง ุญุฑุงู…، ุณุจุงุจ ุงูŠูƒู‰ ุจูŠุตุง ุชู„ุจุณ ุจุนุจุงุฏุฉ ูุงุณุฏุฉ. ูˆุงู„ู„ู‡ ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ ุฃุนู„ู….
(ู‡ุฐุง ุฌูˆุงุจ ุงู„ูู‚ูŠุฑ ุงู„ูŠู‡ ุชุนุงู„ู‰ ู…ุญู…ุฏ ู‡ุงุดู… ุฃุดุนุงุฑู‰ ุฌูˆู…ุจุงุน)
Syeikh Zainuddin murid dari Syeikh Ibnu Hajar Al Maliki dalam kitab Irsyadul Ibad yang mengatakan bahwa hal itu juga termasuk Bid’ah madzmumah ( tercela ). Maka bagi orang yang ingin melaksanakan sholat tersebut sesuai dengan tuntunan syeikh Al-Kamil Farid Ad-Din dalam kitab Jawahir Al-Khomis hendaknya berniat melaksanakan sholat sunnah mutlak dimana sholat mutlak adalah sholat yang tidak dibatasi oleh waktu, sebab dan bilangannya.
Ulama nusantara yang jelas-jelas tidak memperbolehkannya di antaranya adalah KH. Hasyim Asy'ary. Sedangkan ulama-ulama yang berhaluan sufi cenderung melaksanakannya, solusi yang digunakan untuk mendamaikan dua kutub yang bertentangan ini menurut KH. Bisyri Mustofa adalah niat solatnya adalah niat solat muthlaq, hal ini juga berlaku dalam sholat-sholat lain yang tidak ada dalil hadits dan qur'an seperti sholat anisul qobri (sebagian orang menyebutnya sholat rahmat yaitu sholat yang dilakukan dengan tujuan untuk meminta ampunan kepada orang yang telah meninggal). Lihat Nuzhatul majaliz bab sholat anisul qobri.
Wallohu a'lam. [Masaji Antoro, Muhammad Ulul Azmi, Begawan Sinting AlasRoban].
Link Asal :

http://goo.gl/55CrL