Firman Allah ta'ala yang artinya,
"Hai  manusia, sesungguhn ya Kami menciptaka n kamu dari seorang laki-laki dan  seorang perempuan dan menjadikan  kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-su ku  supaya kamu saling kenal-meng enal. Sesungguhn ya orang yang paling mulia  di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara  kamu. Sesungguhn ya Allah Maha Mengetahui  lagi Maha Mengenal".  (QS Al Hujuraat [49]:13)
Kaum  Syiah berkeyakin an bahwa para Sahabat Nabi Muhammad shallallah u alaihi  wasallam selepas wafatnya Nabi Muhammad shallallah u alaihi wasallam  kembali murtad.
Berikut kutipan dari tulisan pada  http:// syiahali.wo rdpress.co m/2012/04/ 28/ pokok-pokok -kesesatan -syiah-bah wa-syiah-m eyakini-ba hwa-para-s ahabat-sep eninggal-n abi-saw-me reka-murta d-kecuali- 3-orang-sa ja-membant ah-httpabu salma-word press-com/
***** awal kutipan *****
Munculnya  penyimpang an, seperti bid’ah dan kemurtadan , di kalangan sebagian  sahabat setelah wafatnya Rasulullah , pertama; dalam perspektif   sumber-sum ber pertama umat Islam, merupakan perkara yang disepakati   secara umum (musallam)  dan tidak diragukan lagi serta tidak terkhusus  pada sumber-sum ber mazhab Syiah saja. Pada sebagian riwayat Ahlusunnah   terdapat penyandara n kemurtadan  terhadap para sahabat Rasulullah   shallallah u 'alaihi wasallam
Nabi shallallah u 'alaihi  wasallam menyatakan  kafir kepada sahabat yang berperang dengan  sesamanya…  Kafir disini bukan keluar dari Islam !!! Seperti  dalam hadis  Imam Bukhari juga dari Ibnu Umar, ia mendengar Nabi shallallah u 'alaihi  wasallam. bersabda: “Janganlah kamu kembali menjadi kafir sepeningga lku nanti, sebagian dari kamu menebas leher sebagian yang lain”.  Hadis yang sama juga diriwayatk an oleh Abu Bakrah, Jarir dan Ibnu Abbas  dari Nabi saw. (Shahih Bukhari,9/ 63-64, Shahih Muslim, 1/58)
Ummul Mukminin Aisyah telah berkata:“Sekalian orang Arab telah murtad setelah wafatnya Rasulullah” (Al-Bidaya h wa al-Nihayah : 6/336; Tarikh Madinah Dimasyq: 30/316)
Ummul  Mukminin Aisyah mengatakan 
 semua orang Islam itu murtad, tentunya dalam  pandangan Syiah yang 
dimaksud dengan murtad bukanlah murtad daripada  keimanan, akan tetapi 
menentang perintah-p erintah yang telah ditetapkan   oleh Rasulullah .
Dari segi tata bahasa Arab, murtad  banyak maknanya tergantung  apa kalimat setelah kata  “murtadad/ yartadid/ murtadin”. Contoh :“MURTADDI NA ‘ALA A’QAABIHIM ”  artinya membelot dari janji mereka
Syi’ah menganggap   mayoritas sahabat pasca wafat Nabi shallallah u 'alaihi wasallam tidak  patuh pada wasiat), karena  mereka telah mengubah atau membatalka n hukum  Allah dan Sunnah Rasulullah  shallallah u 'alaihi wasallam, jadi hanya  sedikit saja atau segelintir  yang selamat di haudh. Kafir dan Murtad  yang dimaksudka n
 syi’ah bukan seperti kafirnya Abu Thalib versi Sunni,  sama sekali 
tidak..  Bukhari dan Muslim telah mencatat di dalam Sahih  Sahih mereka 
mengenai perkara tersebut
***** akhir kutipan *****
Hal yang diperbinca ngkan dalam tulisan kaum syiah di atas adalah hadits-had its seperti berikut
Dari Abu Hurairah bahwasanya  ia menceritak an, bahwa Rasulullah  shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: "Pada  hari kiamat beberapa orang sahabatku mendatangi ku, kemudian mereka  disingkirk an dari telaga, maka aku katakan; ‘ya rabbi, (mereka)  sahabatku!  ‘ Allah menjawab; ‘Kamu tak mempunyai pengetahua n tentang  yang mereka kerjakan sepeningga lmu. Mereka berbalik ke belakang dengan  melakukan murtad, bid’ah dan dosa besar". (HR Bukhari 6097)
Rasulullah  shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: "Ingatlah!  Ada golongan lelaki yang dihalangi dari datang ke telagaku sebagaiman a  dihalaunya  unta-unta sesat’. Aku memanggil mereka, ‘Kemarilah  kamu  semua’. Maka dikatakan,  ‘Sesungguh nya mereka telah menukar ajaranmu  selepas kamu wafat’. Maka aku bersabda: Pergilah jauh-jauh dari sini" (HR Muslim 367)
Hal  yang dimaksud dengan para Sahabat yang dihalau dari telaga haudh  bukanlah para Sahabat secara umum karena Rasulullah  menyatakan  hal itu  di depan para Sahabat dan tentulah para Sahabat akan mengkonfir masikan  atau menyanyaka n apakah benar mereka setelah wafatnya Rasulullah   shallallah u alaihi wasallam , pada umumnya para Sahabat akan kembali  murtad dalam pengertian  menentang perintah-p erintah atau wasiat dari  Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam
Hadits-had its  tersebut disalahgun akan oleh kaum Zionis Yahudi untuk menghasut atau  melancarka n ghazwul fikri (perang pemahaman)   kepada kaum Syiah bahwa  Sayyidina Abu Bakar ra, Sayyidina Umar ra dan Sayyidina Ustman telah  mengkhiana ti Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam, mengkhiana ti  ketetapan di Ghadir Khum
Riwayat dari Sa’ad bin Abi  Waqash, Aku mendengar khutbah Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam  pada hari Jumat. Ia memegang lengan Ali dan berkhutbah  dengan didahului  lafaz pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan memuji-Nya . Kemudin  beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, aku adalah wali bagi kalian semua“. Mereka menjawab, “Benar apa yang engkau katakan wahai Rasulullah  Shallallah u alaihi wasallam“. Kemudian beliau mengangkat  lengan Ali dan bersabda. “Orang ini adalah waliku, dan dialah yang akan meneruskan  perjuangan  agamaku. “Aku  adalah wali bagi orang-oran g yang mengakui/ meyakini Ali sebagai wali,  dan aku juga merupakan orang yang akan memerangi orang yang memerangin ya“
Rasulullah  mengatakan  “Aku adalah wali bagi orang-oran g yang mengakui/ meyakini Ali sebagai wali”  maksudnya hanya muslim yang ahlinya yang dapat mengakui/ meyakini Ali  sebagai wali atau imamnya para Wali Allah. Mereka adalah orang-oran g  yang dapat memahami/ meyakini pula bahwa Rasulullah  adalah imamnya para  Wali Allah.
Dalam hadits qudsi, “Allah berfirman yang artinya: “Para  Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku , tiada yang mengenal mereka dan  mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan  Taufiq  HidayahNya”
Abu Yazid al Busthami mengatakan : "Para wali Allah merupakan pengantin- pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya".
Sahl Ibn ‘Abd Allah at-Tustari  ketika ditanya oleh muridnya tentang bagaimana (cara) mengenal Waliyullah , ia menjawab: “Allah  tidak akan memperkena lkan mereka kecuali kepada orang-oran g
 yang serupa  dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat 
manfaat dari  mereka – untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya.”
As Sarraj at-Tusi mengatakan  : “Jika  ada yang menanyakan  kepadamu perihal siapa sebenarnya  wali itu dan  bagaimana sifat mereka, maka jawablah : Mereka adalah orang yang tahu  tentang Allah dan hukum-huku m Allah, dan mengamalka n apa yang diajakrkan   Allah kepada mereka. Mereka adalah hamba-hamb a Allah yang tulus dan  wali-wali- Nya yang bertakwa".
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda “sesungguhn ya  ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi  dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan  oleh para Nabi dan  Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi  Allah Subhanahu wa Ta'ala"  Seorang dari sahabatnya  berkata, "siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah ? Semoga kita dapat mencintai mereka". Nabi shallallah u 'alaihi wasallam menjawab dengan sabdanya: "Mereka  adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah  bukan karena ada hubungan kekeluarga an dan bukan karena harta benda,  wajah-waja h mereka memancarka n cahaya dan mereka berdiri di atas  mimbar-mim bar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia  merasakann ya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka  cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhn ya  diantara hamba-hamb aku
 itu ada manusia manusia yang bukan termasuk  golongan para Nabi, bukan 
pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah  ‘Azza wa Jalla menempatka n maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan  syuhada.” Seorang laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mu dah-mudaha n kami menyukainy a". Nabi bersabda: “yaitu  Kaum yang saling menyayangi  karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka  tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi  bukan karena  hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya, 
 dan sungguh  tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut 
seperti yang  ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang disusahkan  manusia,” kemudian beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhn ya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatir an terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS Yunus [10]:62 )
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda :
اِنَّ  ِللهِ ضَنَائِنَ مِنْ عِبَادِهِ يُعْذِيْهِ مْ فِى رَحْمَتِهِ   وَيُحْيِيْ هِمْ فِى عَافِيَتِه ِ اِذَا تَوَافَّاه ُمْ تَوَافاَّه ُمْ اِلَى  جَنَّتِهِ اُولَئِكَ الَّذِيْنَ  تَمُرُّ عَلَيْهِمُ  الْفِتَنُ كَقَطْعِ  اللَّيْلِ الْمُظْلِم ِ وَهُوَ مِنْهَا فِى عَافِيَةٍ
Sesungguhn ya  bagi Allah ada orang-oran g yang baik (yang tidak pernah menonjolka n  diri)  di antara para hamba-Nya yang dipelihara  dalam kasih sayang dan  dihidupkan  di dalam afiat.  Apabila mereka diwafatkan , niscaya  dimasukkan 
 kedalam surganya. Mereka terkena fitnah atau ujian, sehingga  mereka 
seperti berjalan di sebagian malam yang gelap, sedang mereka  selamat 
daripadany a. (Hadits riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6).
Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Wahai  Ali, tidakkah kamu rela bahwa kedudukanm u denganku seperti kedudukan  Harun dengan Musa? hanya saja tidak ada Nabi setelahku”.  (HR Muslim 4420)
Rasulullah   shallallah u alaihi wasallam telah menyampaik an
 setelah wafatnya Beliau  maka  pengganti Beliau sebagai Imamnya para 
Wali Allah adalah Sayyidina  Ali ra dan kedudukan dan tugas Imam Wali 
Allah seperti  Nabi , penerus  pemimpin perjuangan  agama, namun kita ketahui,  paham dan yakini bahwa  tiada Nabi setelah Rasulullah .
Imam Sayyidina Ali ra  terkena fitnah dari kaum Yahudi yang pada masa
 kini disebut kaum Zionis  Yahudi, salah satunya adalah Abdullah bin 
Saba (Yahudi dari Yaman).
Imam Syaidina Ali ra bertanya kepada Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam,   “Wahai Rasulullah ! Apakah ciri-ciri mereka?” Baginda shallallah u alaihi wasallam  bersabda: “Mereka menyanjung imu dengan sesuatu yang tidak ada padamu”.
Di riwayatkan  oleh Imam al-Dar Qutni dari  Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karamallah u wajhu, beliau berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam  tentang ciri-ciri mereka, lalu Baginda shallallah u alaihi wasallam bersabda:
ينتحلون حب أهل البيت وليسوا كذلك وعلامة ذلك أنهم يسبون أبا بكر وعمر
“Mereka  seolah-ola h mencintai ahlul bait (keluarga Nabi), padahal mereka tidak  sedemikian  dan tandanya ialah mereka mencaci Abu Bakar dan ‘ Umar”
Telah  terjadi fitnah, perselisih an dan kesalahpah aman umat muslim tentang  pemahaman riwayat yang disampaika n
 Sa’ad bin Abi Waqash ataupun riwayat  yang semakna, mereka memahami  
imamnya para Wali Allah adalah khalifah  dan mengakui riwayat-ri wayat seperti itu merupakan ketetapan Rasulullah   untuk pengangkat an Sayyidina Ali ra sebagai khalifah.
Jadi  apa yang diperselis ihkan umat muslim bahwa Sayyidina Abu Bakar ra  ataupun Sayyidina Umar ra “merebut” kepemimpin an
 atau khalifah dari Imam  Sayyidina Ali ra atau bahkan anggapan keji 
bahwa Sayyidina Abu Bakar ra  ataupun Sayyidina Umar ra menghianat i ketetapan Rasulullah  di Ghadir  Khum adalah merupakan kesalahpah aman karena sesungguhn ya kepemimpin an  pada wilayah yang berbeda.
Hal yang dimaksud para  Sahabat yang dihalau dari telaga haudh 
karena murtad, dosa besar  (membunuh kaum muslim) dan melakukan bid'ah 
atau menukar atau mengubah  ajaran Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam yakni  melarang sesuatu  yang tidak dilarangNy a, mengharamk an sesuatu yang tidak diharamkan Nya,  mewajibkan  sesuatu yang tidak diwajibkan Nya adalah orang-oran g seperti  Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim al Najdi
Telah  bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarka n kepada kami Syu’aib  dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarka n kepadaku Abu Salamah bin  ‘Abdur Rahman bahwa Abu Sa’id Al Khudriy radliallah u ‘anhu berkata;  Ketika kami sedang bersama Rasulullah  shallallah u ‘alaihi wasallam yang  sedang membagi-ba gikan pembagian( harta), datang Dzul Khuwaishir ah,  seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; Wahai Rasulullah ,
  tolong engkau berlaku adil. Maka beliau berkata: Celaka kamu!. Siapa  
yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh  
kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil.
  Kemudian ‘Umar berkata; Wahai Rasulullah , izinkan aku untuk memenggal  batang lehernya!.  Beliau berkata: Biarkanlah  dia. Karena dia nanti akan  memiliki teman-tema n
 yang salah seorang dari kalian memandang remeh  shalatnya dibanding 
shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka.  Mereka membaca Al 
Qur’an namun tidak sampai ke tenggoroka n mereka.  Mereka keluar dari agama seperti melesatnya  anak panah dari target  (hewan buruan). (HR Bukhari 3341)
Orang-oran g seperti  Dzul Khuwaishir ah at Tamimi al Najdi, mereka melakukan dosa besar yakni  membunuh orang-oran g Islam dan membiarkan  para penyembah berhala yakni  kaum Zionis Yahudi
Rasulullah  shallallah u ‘alaihi  wasallam pun bersabda: Dari kelompok orang ini (Dzul Khuwaishir ah at  Tamimi al Najdi), akan muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al  Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka  membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan  para penyembah berhala;  mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya.  Seandainya  aku masih mendapati mereka, akan kumusnahka n mereka seperti  musnahnya kaum ‘Ad. (HR Muslim 1762)
Kaum Zionis Yahudi adalah para penyembah berhala, Wali Syaitan atau pengikut syaitan
Firman Allah ta’ala yang artinya “Dan  setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang  membenarka n apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian  dari  orang-oran g yang diberi kitab (Taurat) melemparka n kitab Allah ke  belakang (punggung) nya, seolah-ola h mereka tidak mengetahui  (bahwa itu  adalah kitab Allah) dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh  syaitan-sy aitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan  bahwa  Sulaiman itu mengerjaka n sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak  mengerjaka n sihir), hanya syaitan-sy aitan lah yang kafir (mengerjak an  sihir).” (QS Al Baqarah [2]: 101-102
Orang-oran g  seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamimi al Najdi yang pemahamann ya
 terhadap  Al Qur’an dan Hadits telah keluar (kharaja) dari pemahaman 
mayoritas  kaum muslim (as-sawad al a’zham) sehingga dinamakan kaum 
khawarij  Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim
 fail)  artinya yang keluar.
Orang-oran g seperti Dzul  Khuwaishir ah at Tamimi al Najdi pulalah yang karena kesalahpah amannya  berani menghardik  Sayyidina Ali bin Abi Thalib telah berhukum dengan  thagut, berhukum dengan selain hukum Allah.
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamimi al Najdi pulalah yang karena kesalahpah amannya sampai membunuh Sayyidina Ali ra
Abdurrahma n  ibn Muljam adalah seorang yang sangat rajin beribadah.  Shalat dan  shaum, baik yang wajib maupun sunnah, melebihi kebiasaan rata-rata orang  di zaman itu. Bacaan Al-Quranny a
 sangat baik. Karena bacaannya yang  baik itu, pada masa Sayyidina Umar 
ibn Khattab ra, ia diutus untuk  mengajar Al-Quran ke Mesir atas 
permintaan  gubernur Mesir, Amr ibn  Al-’Ash. Namun, karena ilmunya yang dangkal (pemahaman nya tidak  melampaui tenggoroka nnya) , sesampai di Mesir ia malah terpangaru h oleh  hasutan (gahzwul fikri) orang-oran g Khawarij yang selalu berbicara  mengatasna makan Islam, tapi sesungguhn ya hawa nafsu yang mereka turuti.  Ia pun terpengaru h. Ia tinggalkan  tugasnya mengajar dan memilih  bergabung dengan orang-oran g Khawarij sampai akhirnya, dialah yang  ditugasi menjadi eksekutor pembunuhan  Imam Sayyidina Ali ra.
Orang-oran g  serupa Dzul Khuwaishir ah
 dari Bani Tamim al Najdi , mereka membaca Al  Qur`an dan mereka 
menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi  mereka, namun 
ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka
Rasulullah   shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: Akan muncul suatu  sekte/ firqoh/ kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana,  bacaan kalian tidak ada apa-apanya  dibandingk an dengan bacaan mereka.  Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka  dibandingk an
 dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka  menyangka 
bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun  ternyata Al 
Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak  sampai 
melewati batas tenggoroka n. Mereka keluar dari Islam sebagaiman a  anak panah meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1773)  
Orang-oran g  serupa Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim al Najdi yakni anak-anak muda  yang belum memahami agama dengan baik, mereka seringkali  mengutip  ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-had its Nabi, tapi itu semua dipergunak an  untuk menyesatka n, atau bahkan untuk mengkafirk an orang-oran g yang  berada di luar kelompok mereka. Padahal kualitas iman mereka sedikitpun   tidak melampaui kerongkong an mereka.
Telah bercerita  kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarka n kepada kami Sufyan  dari Al A'masy dari Khaitsamah  dari Suwaid bin Ghafalah berkata, 'Ali  radliallah u 'anhu berkata; Sungguh, aku terjatuh dari langit lebih aku  sukai dari pada berbohong atas nama beliau shallallah u 'alaihi wasallam  dan jika aku sampaikan kepada kalian tentang urusan antara aku dan  kalian, (ketahuila h) bahwa perang itu tipu daya. Aku mendengar  Rasulullah  shallallah u 'alaihi wasallam yang bersabda: Akan datang di  akhir zaman orang-oran g
 muda dalam pemahaman (lemah pemahaman atau  sering salah pahaman). 
Mereka berbicara dengan ucapan manusia terbaik  (Khairi Qaulil Bariyyah,
 maksudnya suka berdalil dengan Al Qur’an dan  Hadits)) namun mereka 
keluar dari agama bagaikan anak panah melesat  keluar dari target buruan
 yang sudah dikenainya . Iman mereka tidak  sampai ke tenggoroka n mereka. Maka dimana saja kalian menjumpai mereka,  bunuhllah mereka karena pembunuhan  atas mereka adalah pahala di hari  qiyamat bagi siapa yang membunuhny a. (HR Bukhari 3342)  
Rasulullah   shallallah u alaihi wasallam telah menyampaik an bahwa Ahlul Yaman atau  penduduk Yaman cepat menerima kebenaran sedangkan Bani Tamim Al Najdi,  orang-oran g yang seperti Dzul Khuwaishir ah, berwatak keras , mereka  membela diri oleh karena mereka muslim maka mereka merasa berhak atas  penghidupa n yang baik di alam dunia dibandingk an orang kafir sehingga  mereka merasa wajar meraih kehidupan ekonomi yang lebih baik bahkan kaya  raya.
Telah menceritak an kepada kami Abu Nu’aim Telah  menceritak an kepada kami Sufyan dari Abu Shakhrah dari Shafwan bin  Muhriz Al Mazini dari ‘Imran bin Hushain radliallah u ‘anhuma dia  berkata; Sekelompok  orang dari Bani Tamim datang menemui Rasulullah   shallallah u ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: ‘Terimahla h kabar  gembira wahai Bani Tamim.’ Mereka menjawab; ‘Anda telah memberikan  kabar  gembira kepada kami, oleh karena itu berikanlah  sesuatu (harta) kepada  kami.’ Maka muka Rasulullah  shallallah u ‘alaihi wasallam berubah, tidak  lama kemudian serombonga n
 dari penduduk Yaman datang kepada beliau, maka  beliau bersabda: 
Terimalah kabar gembira, karena Bani Tamim tidak mau  menerimany a! Mereka berkata; Ya Rasulallah , kami telah menerimany a. (HR  Bukhari 4017)
Telah bercerita kepada kami ‘Umar bin  Hafsh bin Ghiyats telah 
bercerita kepada kami bapakku telah bercerita  kepada kami Al A’masy 
telah bercerita kepada kami Jami bin Syaddad dari  Shafwan bin Muhriz 
bahwa dia bercerita kepadanya dari ‘Imran bin Hushain  radliallah u ‘anhuma berkata; Aku datang menemui Nabi shallallah u
  ‘alaihi wasallam dan untaku aku ikat di depan pintu. Kemudian datang  
rombongan dari Bani Tamim maka Beliau berkata: Terimalah kabar gembira  
wahai Bani Tamim. Mereka berkata:; Tuan telah memberikan  kabar gembira  kepada kami maka itu berilah kami (sesuatu harta) . Mereka mengatakan nya  dua kali. Kemudian datang orang-oran g
 dari penduduk Yaman menemui  Beliau, lalu Beliau berkata: Terimalah 
kabar gembira, wahai penduduk  Yaman, jika Bani Tamim tidak mau 
menerimany a. Mereka berkata; Kami siap  menerimany a, wahai Rasulullah . (HR Bukhari 2953)
Rasulullah   shallallah u alaihi wasallam telah menasehatk an bahwa jika terjadi  fitnah atau perselisih an karena perbedaan pemahaman atau bagaimana cara  kembali kepada Al Qur'an dan As Sunnah jika terjadi perselisih an maka  ikutilah ahlul Yaman.
Diriwayatk an dari Ibnu Abi  al-Shoif dalam kitab Fadhoil al-Yaman, dari Abu Dzar al-Ghifari , Nabi  shallallah u alaihi wasallam bersabda, ‘Kalau terjadi fitnah pergilah kamu ke negeri Yaman karena disana banyak terdapat keberkahan’
Diriwayatk an oleh Jabir bin Abdillah al-Anshari , Nabi shallallah u alaihi wasallam bersabda, ‘Dua  pertiga keberkahan  dunia akan tertumpah ke negeri Yaman. Barang siapa  yang akan lari dari fitnah, pergilah ke negeri Yaman, Sesungguhn ya di  sana tempat beribadah’
Abu Said al-Khudri ra  meriwayatk an hadits dari Rasulullah  shallallah u
 alaihi wasallam,  ‘Pergilah kalian ke Yaman jika terjadi fitnah, karena
 kaumnya mempunyai  sifat kasih sayang dan buminya mempunyai keberkahan  dan beribadat di  dalamnya mendatangk an pahala yang banyak’
Abu Musa al-Asy’ari  meriwayatk an dari Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam, ‘Allah akan mendatangk an suatu kaum yang dicintai-N ya dan mereka mencintai Allah". Bersabda Nabi shallallah u alaihi wasallam : “mereka adalah kaummu Ya Abu Musa, orang-oran g Yaman“.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai  orang-oran g yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari  agamanya maka kelak Allah akan mendatangk an suatu kaum yang Allah  mencintai mereka dan merekapun mencintaiN ya, yang bersikap lemah lembut  terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran g
  kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
  orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada  siapa yang dikehendak i-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian -Nya), lagi  Maha Mengetahui .” (QS Al Ma’iadah [5]:54)
Dari Jabir, Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam ditanya mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab, ‘Mereka adalah ahlu Yaman dari suku Kindah, Sukun dan Tajib’.
Ibnu  Jarir meriwayatk an, ketika dibacakan tentang ayat tersebut di depan  Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam, beliau berkata, ‘Kaummu wahai Abu Musa, orang-oran g Yaman’.
Dalam kitab Fath al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat 54 surat al-Maidah,  Umar berkata, ‘Saya dan kaum saya wahai Rasulullah’. Rasul menjawab, ‘Bukan, tetapi ini untuk dia dan kaumnya, yakni Abu Musa al-Asy’ari’.
Al-Hafidz  Ibnu Hajar al-Asqalan i telah meriwayatk an suatu hadits dalam kitabnya  berjudul Fath al-Bari, dari Jabir bin Math’am dari Rasulullah   shallallah u alaihi wasallam berkata, ‘Wahai ahlu Yaman kamu mempunyai derajat yang tinggi. Mereka seperti awan dan merekalah sebaik-bai knya manusia di muka bumi’
Dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Suyuthi  meriwayatk an hadits dari Salmah bin Nufail, ‘Sesungguhn ya aku menemukan nafas al-Rahman dari sini’.  Dengan isyarat yang menunjuk ke negeri Yaman. Masih dalam Jami’  al-Kabir, Imam al-Sayuthi  meriwayatk an hadits marfu’ dari Amru ibnu  Usbah , berkata Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam, ‘Sebaik-bai knya lelaki, lelaki ahlu Yaman‘.
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah  shallallah u alaihi wasallam bersabda, ‘Siapa yang mencintai orang-oran g Yaman berarti telah mencintaik u, siapa yang membenci mereka berarti telah membenciku”
Rasulullah   shallallah u alaihi wasallam telah menyampaik an bahwa ahlul Yaman adalah  orang-oran g yang mudah menerima kebenaran,  mudah terbuka mata hatinya  (ain bashiroh) dann banyak dikaruniak an hikmah (pemahaman  yang dalam  terhadap Al Qur'an dan Hadits) sebagaiman a Ulil Albab
حَدَّثَنَا   أَبُو الْيَمَانِ  أَخْبَرَنَ ا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا  أَبُو الزِّنَادِ  عَنْ  الْأَعْرَج ِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ   صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ  أَضْعَفُ قُلُوبًا وَأَرَقُّ أَفْئِدَةً  الْفِقْهُ يَمَانٍ وَالْحِكْم َةُ  يَمَانِيَة ٌ
Telah menceritak an kepada kami Abul Yaman  Telah mengabarka n kepada kami Syu’aib Telah menceritak an kepada kami Abu  Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah radliallah u ‘anhu dari Nabi  shallallah u ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Telah datang penduduk  Yaman, mereka adalah orang-oran g yang berperasaa n dan hatinya paling  lembut, kefaqihan dari Yaman, hikmah ada pada orang Yaman.” (HR Bukhari 4039
و  حَدَّثَنِي  عَمْرٌو النَّاقِدُ  وَحَسَنٌ الْحُلْوَا نِيُّ قَالَا  حَدَّثَنَا  يَعْقُوبُ وَهُوَ ابْنُ إِبْرَاهِي مَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا   أَبِي عَنْ صَالِحٍ عَنْ الْأَعْرَج ِ قَالَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ 
 قَالَ  رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاكُمْ 
أَهْلُ  الْيَمَنِ هُمْ أَضْعَفُ قُلُوبًا وَأَرَقُّ أَفْئِدَةً  الْفِقْهُ يَمَانٍ  وَالْحِكْم َةُ يَمَانِيَة ٌ
Dan telah menceritak an kepada  kami Amru an-Naqid dan Hasan al-Hulwani  keduanya berkata, telah  menceritak an kepada kami Ya’qub -yaitu Ibnu Ibrahim bin Sa’d- telah  menceritak an kepada kami bapakku dari Shalih dari al-A’raj dia berkata,  Abu Hurairah berkata; “Rasululla h shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda:  “Telah
 datang penduduk Yaman, mereka adalah kaum yang paling lembut  hatinya. 
Fiqh ada pada orang Yaman. Hikmah juga ada pada orang Yaman. (HR Muslim 74)
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya
“Allah  menganuger ahkan al hikmah (pemahaman  yang dalam tentang Al Qur’an dan  As Sunnah) kepada siapa yang dikehendak i-Nya. Dan barangsiap a yang  dianugerah i hikmah, ia benar-bena r telah dianugerah i karunia yang  banyak. Dan hanya Ulil Albab yang dapat mengambil pelajaran (dari firman  Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 ).
“Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadan ya) melainkan Ulil Albab” (QS Ali Imron [3]:7 )
Sejak  abad 7 H di Hadramaut (Yaman), dengan keluasan ilmu, akhlak yang  lembut, dan keberanian ,
 Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin  Ali Al Uraidhi bin 
Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali  Zainal Abidin bin 
Sayyidina Husain ra beliau berhasil mengajak para  pengikut Khawarij 
untuk menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus  Sunnah wal jama’ah 
dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari  (bermazhab  Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab  Imam Hanafi) serta  tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulam a tasawuf yang  mutakbaroh  dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di  Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni  Syafi’i, terus berkembang  sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat  kaum sunni yang “ideal” karena kemutawati ran sanad serta kemurnian agama  dan aqidahnya. 
 Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir  menjadi pelopor 
dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan  India, 
kepulauan Melayu dan Indonesia.  Mereka rela berdakwah dengan  memainkan wayang mengenalka n kalimat syahadah , mereka berjuang dan  berdakwah dengan kelembutan  tanpa senjata , tanpa kekerasan, 
 tanpa  pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. 
Juga ada  yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan 
Madagaskar .  Dalam berdakwah,  mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinann ya  yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
Prof.Dr.H.   Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dalam majalah tengah bulanan “Panji  Masyarakat ” No.169/  tahun ke XV11 15 februari 1975 (4 Shafar 1395 H)  halaman 37-38 menjelaskan bahwa pengajaran  agama Islam di negeri kita  diajarkan langsung oleh para ulama keturunan cucu Rasulullah  seperti  Syarif Hidayatull ah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Berikut  kutipan penjelasan  Buya Hamka
***** awal kutipan ****
“Rasulalla h  shallallah u
 alaihi wasallam mempunyai empat anak-anak lelaki yang  semuanya wafat 
waktu kecil dan mempunyai empat anak wanita. Dari empat  anak wanita ini
 hanya satu saja yaitu (Siti) Fathimah yang memberikan   beliau shallallah u alaihi wasallam dua cucu lelaki dari perkawinan nya
  dengan Ali bin Abi Thalib. Dua anak ini bernama Al-Hasan dan Al-Husain
  dan keturunan dari dua anak ini disebut orang Sayyid jamaknya ialah  
Sadat. Sebab Nabi sendiri mengatakan , ‘kedua anakku ini menjadi Sayyid  (Tuan) dari pemuda-pem uda
 di Syurga’. Dan sebagian negeri lainnya  memanggil keturunan Al-Hasan 
dan Al-Husain Syarif yang berarti orang  mulia dan jamaknya adalah 
Asyraf.
Sejak zaman kebesaran  Aceh telah banyak keturunan Al-Hasan dan
 Al-Husain itu datang ketanah  air kita ini. Sejak dari semenanjun g Tanah Melayu, kepulauan Indonesia  dan Pilipina. Harus diakui banyak jasa mereka dalam penyebaran  Islam  diseluruh Nusantara ini. Diantarany a Penyebar Islam dan pembanguna n  kerajaan Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatull ah yang diperanakk an  di Aceh. Syarif kebungsuan 
 tercatat sebagai penyebar Islam ke Mindanao  dan Sulu. Yang pernah jadi
 raja di Aceh adalah bangsa Sayid dari  keluarga Jamalullai l, di Pontianak pernah diperintah  bangsa Sayyid  Al-Qadri. Di Siak oleh keluaga Sayyid bin Syahab, Perlis (Malaysia)   dirajai oleh bangsa Sayyid Jamalullai l.
 Yang dipertuan Agung 111  Malaysia Sayyid Putera adalah Raja Perlis. 
Gubernur Serawak yang ketiga,  Tun Tuanku Haji Bujang dari keluarga 
Alaydrus.
Kedudukan  mereka dinegeri ini yang turun temurun menyebabka n mereka telah menjadi  anak negeri dimana mereka berdiam. Kebanyakan  mereka jadi Ulama. Mereka  datang dari hadramaut dari keturunan Isa Al-Muhajir  dan Fagih  Al-Muqadda m.
 Yang banyak kita kenal dinegeri kita yaitu keluarga Alatas,  Assegaf, 
Alkaff, Bafaqih, Balfaqih, Alaydrus, bin Syekh Abubakar,  Alhabsyi, 
Alhaddad, Al Jufri, Albar, Almusawa, bin Smith, bin Syahab,  bin Yahya 
…..dan seterusnya .
Yang terbanyak dari mereka  adalah keturunan dari Al-Husain 
dari Hadramaut (Yaman selatan), ada  juga yang keturunan Al-Hasan yang 
datang dari Hejaz, keturunan  syarif-sya rif Makkah Abi Numay, tetapi tidak sebanyak dari Hadramaut.   Selain dipanggil Tuan Sayid mereka juga dipanggil Habib. Mereka ini  telah tersebar didunia. Di negeri-neg eri besar seperti Mesir, Baqdad,  Syam dan lain-lain mereka adakan NAQIB, yaitu yang bertugas mencatat dan  mendaftark an keturunan- keturunan
 Sadat tersebut. Disaat sekarang umum-  nya mencapai 36-37-38 silsilah 
sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi  Thalib dan Sayyidati Fathimah 
Az-Zahra ra.
****** akhir kutipan ******
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830