Pembahasan tentang Isa 
Al-Masih AS mendapat perhatian luas, karena ia menyangkut dua agama yang besar 
penganutnya di seluruh dunia, yaitu agama Islam dan Kristen. Ada beberapa 
perbedaan pokok pandangan diantara kedua agama ini menyangkut keberadaan Isa 
Al-Masih AS. bagi agama Islam, secara tegas bahwa sumber keyakinan mengenai Nabi 
Isa AS adalah Al-Qur an Al-Karim dan bagi agama Kristen mendasarkan keyakinannya 
atas keterangan dari perjanjian lama dan perjanjian baru.
Bagaimana tentang Isa 
Al-Masih AS itu menurut sumber informasi yang bersumber dari Al-Qur an dan 
diyakini umat Islam, menurut sebagian besar umat Islam di dunia bahwa Nabi Isa 
Al-Masih AS, belum meninggal sampai sekarang, tapi beliau diangkat oleh Allah 
SWT. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur an :
………. 
اِذْ قَالَ اللهُ يَعِيْسى اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَ رَافِعُكَ
Artinya : Perhatikanlah ! 
Allah berfirman ” Wahai Isa, Aku akan mengambil engkau dan mengangkat engkau 
kepadaku dan mengangkat engkau dari kepalsuan orang kafir……. “
Rasulullah SAW bersabda : 
“Bahwa sesungguhnya Nabi Isa AS belum meninggal. Dan beliau akan kembali 
kepadamu sebelum hari kiamat”.
Ini penting kejelasan 
secara tepat, karena masalah ini berkaitan secara langsung dengan penjelasan 
yang ditegaskan dalam al Qur’an serta hadis Nabi SAW. Dan persoalannya selalu 
bersentuhan dengan keyakinan lain yang bersumber bukan dari kitab – kitab dan 
ajaran Islam.
Dalam al-qur an di sebutkan 
: 
اِذْ 
قَالَ اللهُ يَعِيْسى اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَ رَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ 
مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنُ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ 
الَّذِيْنَكَفَرُوْا اِلَى يَوْمِ الْقِيمَةِ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ 
فَاَحْكُمُ بَيْنَكُمْفِيْمَا كُنْتُمْ تَخْتَلِفُوْنَ
Terjemah : (Ingatlah), 
ketika Allah berfirman ; `Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu 
kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari 
orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas 
orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah 
kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu 
berselisih padanya`. (Al-imron ayat 55).
Di dalam ayat ini 
“Mutawaffika 
Wa Rafiuka” 
(mewafatkan 
dan mengangkat), seakan Nabi Isa AS ini 
diwafatkan dulu kemudian diangkat. Oleh karena itu di dalam Tafsir al-Qur’an, 
khususnya di dalam kitab Tafsir ibnu Katsir, di sana ada beberapa pendapat ulama 
mengenai masalah ini, yang penting untuk dicermati.
Pendapat 
& Penafsiran
Argumentasi 
pertama : Dari 
Imam 
Qatadah 
mengatakan bahwa pada ayat 55 dalam surat Ali Imran, kata-kata Mutawaffika, 
Wa Rafiuka, 
karena disitu ada kata Wa 
(dan) itu 
dikatakan dalam bahasa arab Mutlakul 
jam’i, mutlak yang penting sama-sama. Misalnya : Ali dan Amir 
pergi ke pasar. Itu bisa Ali lebih dulu atau Amir lebih dulu, atau bisa 
sama-sama. Dilihat dari struktur fashehat atau bilaghahnya, penggalan kata2 itu 
merupakan struktur yang didahulukan dan dikemudiankan. Asal penggalan itu ialah 
“Innie 
raafiuka Wa Mutawaffika’ (Sesungguhnya 
Aku akan mengangkatmu kepada-Ku, kemudian mewafatkanmu). Maka menurut Imam Qatadah 
pengertiannya ayat di atas itu, karena lebih dulu diangkat, maka baru nanti 
meninggal sebelum hari kiamat.
Argumentasi 
Ke dua : dari 
Ali bin Thalhah, dari Imam Ibnu Abbas, beliau berpendapat bahwa pengertian 
“Mutawaffika” itu memang mati, bimakna 
mumituka, dengan arti mematikanmu. 
Imam Muhammad bin Ishak berpendapat bahwa Nabi Isa meninggal dalam tiga jam 
kemudian di angkat oleh Allah. Orang-orang Nasrani waktu itu menganggap bahwa 
Nabi Isa AS atau yang lebih dikenal dengan Al-Masih 
Ibnu Maryam 
telah meninggal dalam tujuh jam kemudian di hidupkan kembali, makanya dalam 
tradisi Kristen ada yang namanya hari besar Kenaikan Isa Al-Masih. Ada yang 
berpendapat meninggalnya Nabi Isa itu sampai tiga hari.
Pendapat lain mengatakan ; 
“Diwafatkan dari dunia, namun bukan wafat yang berarti mati”. Ada juga yang 
berpendapat ; “Mewafatkannya berarti menaikannya”. Mayoritas Ulama berpendapat 
bahwa kata “Mutawaffika” bukan meninggal seperti 
biasa, karena di dalam al-Qur’an ada kata seperti itu yang artinya tidur. Jadi 
kata-kata “Mati” ada juga pengertiannya bukan mati dalam arti lepas nyawa dari 
jasad untuk selamanya, tapi “tidur” (lepas-sebentar nyawa dari badan). Yaitu : 
tersinyalir dalam ayat yang mengatakan :
وَهُوَ 
الَّذِي يَتَوَفَّاكُم بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِالنَّهَارِ ثُمَّ 
يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ 
ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Terjemah : “Dan Dialah yang 
membuat kamu mati / menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang 
kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari 
untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah 
kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”. 
(QS. 6:60).
Note 
: “Dan Dialah 
yang membuat kamu mati (tidur) malam hari dan mengetahui apa yang kamu kerjakan 
siang hari….. (Al-An’am 60).
Ini bersesuaian dengan 
Firman Alloh dalam Surat Az-zumar 42 :
اللَّهُ 
يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ 
فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ 
أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ 
يَتَفَكَّرُونَ
Terjemah : Alloh memegang 
jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu 
tidurnya. Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan 
Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada 
yang demikian itu terdapat tanda2 kekuasaan Alloh bagi kaum yang berfikir. (Q.S. 
39 : 42).
Sehingga dalam ajaran Islam 
kalau baru bangun dari tidur di sunnahkan untuk berdo’a seperti yang senantiasa 
dicontohkan Rosululoh SAW : 
اَلْحَمْدُ 
لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ 
النُّشُوْرِ
“Segala 
puji bagi Allah, yang membangunkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya 
kami dibangkitkan”. [HR. 
Al-Bukhari].
Kaum Ahmadiyah menganggap 
bahwa Nabi Isa itu mati biasa atau normal.
Untuk menjelaskan labih 
lanjut masalah ini, mari kita lihat cerita tentang kejadian yang menimpa Nabi 
Isa menurut versi al-Qur an. Di sebutkan dalam al-Qur an : 
وَقَوْلِهِمْ 
إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا 
قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ 
اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ ۚ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا 
اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا 
Terjemah : “ ……dan karena 
perkataan mereka : kami telah membunuh Isa Al-Masih putera Maryam. Utusan Allah, 
padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pulah menyalibnya “ 
(An-Nisa-157).
Selanjutnya An-Nisa’ ayat 
158 menentukan : “Tetapi 
(yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha 
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
بَل 
رَّفَعَهُ اللّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللّهُ عَزِيزًاحَكِيمًا
Quran Surat An-Nisa’ ayat 
157 – 158 tersebut membantah keyakinan orang-orang Yahudi pada waktu peristiwa 
penyaliban Yesus tersebut, yang merasa telah berhasil membunuh Nabi Isa Al Masih 
Ibnu Maryam Alaihimassalam.
Dengki 
Orang Yahudi 
Orang-orang yahudi 
menganggap bahwa mereka merasa bisa membunuh Nabi Isa al-Masih. Pada waktu itu 
orang-orang yahudi merasa dengki terhadap Nabi Isa, karena dalam pendangan 
mereka, Nabi Isa tidak lebih layak di angkat menjadi Nabi. Mereka memandang Nabi 
Isa sebagai orang rendah karena waktu itu orang yang dianggap mulia adalah 
orang-orang yang dari kalangan Raja yahudi yang berpusat di Damaskus. Pendek 
kata, mereka hasud dan dengki kepada Nabi Isa. Dengki mereka tak terbendung dan 
akhirnya mereka mempunyai rencana untuk membunuh Nabi Isa.
Mulanya mereka melapor 
kepada Raja di Damaskus, bahwa ada seorang rakyat biasa di Palestina yang 
mengaku sebagai untusan Allah untuk mengajar manusia dengan ajaran yang 
mengesakan Allah dan berbuat kebajikan. Dalam laporannya mereka bahkan 
menyatakan bahwa orang dimaksud memiliki rencana untuk membunuh Raja dan 
merubuhkan kerajaan di Damaskus. Sungguh, ini fitnah yang keji dari mulut 
orang-orang yahudi.
Mendengar laporan ini, Raja 
Damaskus langsung mengirim pasukan untuk menangkap dan membunuh Nabi Isa. 
Pasukan tentara pun mengepung rumah Nabi Isa yang sedang mengajarkan agama Islam 
kepada murid-muridnya, yaitu yang biasa disebut dengan Kaum 
Hawariyin.
Di situ diceritakan ada dua 
belas orang murid Nabi Isa setelah melihat orang yahudi dan orang damaskus akan 
membunuh Nabi Isa. Nabi Isa mengatakan kepada murid-muridnya ; “Hai para 
muridku, siapa diantara kalian yang mau bersama saya masuk surga” kata Nabi Isa, 
kemudian ada seorang murid yang paling muda, namanya Sarjus. Kata Sarjus ; 
“Saya, ya Rasulullah bersedia bersama Anda”. Kalau begitu, kamu duduklah di 
tempt duduk ku, Kata Nabi Isa.
Kebetulan Sarjus mempunyai 
wajahnya mirip dengan Nabi Isa AS. Ketika Sarjus akan duduk di situ, Nabi Isa 
diangkat oleh Allah SWT dan yang duduk itu adalah Sarjus. Begitu orang-orang 
Yahudi dari Damaskus datang menggerebek rumah pengajian Nabi Isa para tentara 
masuk dan melihat orang yang duduk di situ menempati tempat duduk Nabi Isa dan 
mirip wajahnya dengan Nabi Isa, maka di tangkaplah Sarjus, lalu di bunuh dengan 
di salib.
Jadi yang di salib itu 
bukanlah Nabi Isa AS, menurut tafsir ini. Tapi yang wajahnya serupa dengan Nabi 
Isa AS. Dalam al-Qur an di ceritakan bahwa orang-orang yahudi bangga karena 
telah mampu membunuh Nabi Isa AS. Mereka mengatakan dengan penuh kebanggan. Kami 
telah berhasil membunuh Isa.
وَقَوْلِهِمْ 
إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا 
قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمْ
Terjemah : ……kami telah 
membunuh Isa Al-Masih putera Maryam, utusan Allah, padahal mereka tidak 
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya. (An Nisa : 157).
“Rasulullah itu sudah kami 
bunuh, kata orang-orang Yahudi. Maka, orang Yahudi banyak mendapat kutukan dari 
Allah”. Tetapi di katakana dalam al-Qur an :
وَمَا 
قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمْ 
Terjemah : …..padahal 
mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi demikianlah 
ditampakkan kepada mereka (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan 
dengan Isa bagi mereka…… (Surat An-Nisa : 157)
Dan ayat lain juga 
disebutkan bahwa :
وَإِنَّ 
الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ ۚ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ 
إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا 
Terjemah : …. Dan 
sesungguhnya orang orang yang berselisih pendapat (tentang pembunuhan) Isa, 
benar-benar dalam tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan 
tentang siapa yang di bunuh itu kecuali mengikuti perasangkaan belaka, mereka 
tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
Catatan 
kepahaman : 
Bahwa perselisihan akidah Nasrani dengan Islam merupakan perselisihan final. 
Bagi umat Islam, dengan tonggak sejarah ketika Nabi Muhammad medeklarasikan 
Piagam Madinah membentuk Pemerintahan Islam berpusat di Madinah dengan “kontrak 
sosial” untuk hidup bersama saling melindungi antara umat Islam, Nasrani dan 
Yahudi. Jadi, Nabi Muhammad pada abad ke-7 lebih dulu mempraktikkan “kontrak 
sosial”. Oleh karena itu, artikel ini tidak akan diperdebatkan dari sudut 
keimanan, dengan tetap saling menghormati.
Demikian, semoga ada 
manfaat dan menambah khazanah ke ilmuan kita. Amin ; Wallohu a’alam. [ 
Iqbal 
Istiqlal 
].
Referensi 
: Syaikhonie KHR. Ahmad Ma’mun Abdul Mu’in (Allohummaghfirlahu), mantan 
Musytasyar PWNU Jawa-Barat dan Rois Syuriyah PC NU Kota Bandung / Khodim Ponpes 
An-nadjah ; AM. Syahrir Rahman, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Sunan 
Giri Surabaya.
Lihat 
Juga Muhtasar Ibnu Katsier, Jilid 1, hal 520-523, 834-848. ; Tafsier Marrohu 
Labied ‘Ala Tafsier Munir, Jilid 1, hal 100-101, 183-184.
 
