Dalam tulisan sebelumnya pada
http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/12/07/ tragedi-dar ul-hadits/ dapat kita ambil pelajaran dari
tragedi pada Universita s Darul
Hadits Dammaj Yaman pertengkar an
antara dua kelompok manusia yang telah bersyahada t yakni sekte para pengaku pengikut Salafush Sholeh
dengan sekte para pengaku pengikut Imam Sayyidina Ali ra.
Kepala Universita s
Darul Hadits Dammaj, Yaman, Syeikh al-Hajuri Yahya, mengatakan bahwa mereka berjihad terhadap Syiah Rafida al
Houti
Benarkah Syiah yang menyerang Darul Hadits Dammaj adalah Syiah Rafidhoh ?
Dari situs http:// sunniy.word press.com/ 2011/12/02/ inilah-dia- suku-houth i-syiah-za idi-yang-m enyerang-m ahad-darul -hadits-da mmaj/ didapat keterangan bahwa Syiah yang menyerang adalah Syiah Zaidiyah
Ulama Ibnu Taimiyah berpendapa t tentang Imam Zaid (pendiri sekte Syiah Zaidiyah)
bahwa beliau menganut ajaran Ahlu Sunnah, sebagaiman a ucapannya: "Tidak semua keturunan Fatimah itu
diharamkan dari api Neraka,
sebab diantara mereka ada yang baik dan ada pula yang buruk, dan nampaknya
mayoritas yang buruk dari keturunan Fatimah adalah dari kalangan Syi’ah Rafidah.
Adapun Syi’ah Zaidiyah yang diprakarsa i oleh imam Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin
Abi Thalib dan keturunan Fatimah yang baik-baik, mereka ini adalah Ahlu Sunnah dan mereka mengakui
kepemimpin an Abu Bakar dan Umar,
sebab mereka tidak bermasalah
(tidak mengkafirk an) khalifah Abu
Bakar dan Umar".
Senada dengan pandangan ibnu Taimiyah, syekh Mahmud Syukri al-Alusi
juga menegaskan :
"Sesungguh nya imam-imam Ahlu
Bait termasuk imam Zaid hakikatnya
adalah beraqidah Ahlu Sunnah. Sebab mereka mengikut jejak Ahlu Sunnah dan respek
kepada dakwah mereka. Dan para imam Syi’ah pun sejalan dengan Ahlu Sunnah,
bagaimana tidak, imam Abu Hanifah dan imam Malik dan imam lainnya, merekapun
belajar dari para imam mereka"
Dalam hal ini kami tidaklah memihak salah satu sekte manapun namun kita
bisa bayangkan bagaimana pendapat kaum non muslim terhadap
manusia-ma nusia yang telah
bersyahada t.
Andaikan semua itu karena kepentinga n atau kekuasaan, hal itu seharusnya tidak terjadi jika kedua sekte tersebut memahami Al
Qur'an dan As Sunnah dengan baik dan benar.
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam
bersabda, “Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takuti atas kalian, tetapi
aku takut pada kalian dibukakann ya dunia bagi kalian sebagaiman a telah dibuka bagi umat sebelum kalian. Kemudian
kalian berlomba-l omba
sebagaiman a mereka
berlomba-l omba, dan
menghancur kan kalian
sebagaiman a telah
menghancur kan mereka.”
(Muttafaqu n ‘alaihi)
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam
bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhny a adalah kekufuran” . (HR Muslim).
Al-Bukhari
meriwayatk an dalam bab
“Pengutusa n Ali dan Khalid bin
Walid ke Negeri Yaman”: Seorang laki-laki berdiri seraya berkata, “Ya
Rasulullah , takutlah kepada
Allah! (Bertindak lah secara
adil!).” Jawab Nabi Shallallah u
alaihi wasallam: “Celakalah
engkau, bukankah aku orang yang paling berhak dari penduduk bumi ini untuk takut
kepada Allah?!” Mendengar itu Khalid berkata: “Ya Rasulullah , izinkan aku memenggal
lehernya!” Jawab Nabi Muhammad
shallallah u alaihi wasallam:
“Tidak, barangkali ia
mengerjaka n shalat.”
Imam Al-’Asqall ani
dalam kitab Al-Ishabah di bagian
biografi Sarhuq si Munafik, yaitu ketika ia dihadapkan untuk dibunuh, Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam bertanya: “Apakah ia
mengerjaka h shalat?” Jawab
mereka: “Hanya bila dilihat orang.” Sabda Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam: “Sungguh aku dilarang membunuh
orang yang menegakkan shalat!”
"Peperanga n" tidak akan
timbul jika tidak ada penyebabny a,
pastilah semua itu diwali dengan saling menyakiti di antara kedua sekte
tersebut.
Berdasarka n informasi yang
kami peroleh, Yaman Utara, tepatnya propinsi So'dah sejak lama didiami oleh
sekte Syiah kaum Sayyid Al Houti dan kaum Sunni bermazhab Imam Syafi'i yakni
kaum Sayyid Al Ahdal dan kaum-kaum lainnya.
Kaum Sayyid (sadah) Al Hutsi berikut Qobail Syimaliyyi n (Syimal panggilan Qobilah Yaman Utara) memusuhi
Darul Hadits itu dikarenaka n
ulama Muqbil bin Hadi Al Wadi'i rohimahull oh pendatang baru (1978) di So'dah dan menyulut
api permusuhan dengan
menyebarka n
pemahamann ya dan ini
berlangsun g lama, sedangkan
Zaidiyyah tidak terima apa yang disebarkan oleh Salafiyyin karena banyak fatwa-fatw a Salafiyyin takfir, tabdi' pada mereka, namun
bagaimanap un kejadian ini sudah
berlangsun g lama. Pada tragedi
kali ini, kami tidak mengetahui
apa penyebab sebenarnya hingga
terjadi "peperanga n" tersebut.
Namun bagaimanap un
"buah" dari Universita s Darul
Hadits tampaknya adalah menghasilk an muslim yang "keras" , muslim yang tidak dapat
mengelola kebencian terhadap kaum muslim yang tidak sepemahama n dengan mereka. Boleh jadi
disebabkan
indoktrini sasi ulama panutan
mereka seperti ulama Ibnu Taimiyyah bahwa pemahaman yang
disampaika nnya adalah pemahaman
Salafush Sholeh mengakibat kan
mereka merasa bahwa pemahaman mereka yang pasti benar. Padahal apa yang
disampaika n oleh
ulama-ulam a mereka adalah pemahaman
mereka sendiri.
Memang ulama mereka membaca Al Qur’an , Tafsir bil Matsur, Hadits
Shohih, Sunan, Musnad, lalu ulama mereka pun berjtihad dengan pendapat mereka.
Apa yang ulama mereka katakan tentang kitab-kita b tersebut, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu ulama mereka
sendiri. Sumbernya memang Al Quran dan As Sunnah, tapi apa yang
ulama-ulam a mereka sampaikan
semata-mat a lahir dari kepala
mereka sendiri. Setiap upaya pemahaman bisa benar dan bisa pula salah.
Kemungkina n salahnya semakin
besar jika yang melakukan upaya pemahaman (ijtihad) tidak dikenal oleh jumhur
ulama berkompete nsi sebagai Imam
Mujtahid Mutlak.
Kesalahpah aman besar
telah terjadi ketika ulama-ulam a
mereka mengatakan bahwa apa yang
mereka pahami dan sampaikan adalah pemahaman Salafush Sholeh. Jika apa yang
ulama mereka pahami dan sampaikan sesuai dengan pemahaman Salafush Sholeh tentu
tidaklah masalah namun ketika apa yang ulama mereka pahami dan sampaikan tidak
sesuai dengan pemahaman sebenarnya Salafush Sholeh maka pada
hakikatnya ini termasuk fitnah
terhadap para Salafush Sholeh. Fitnah akhir zaman.
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam
memberikan nasehat kepada kaum muslim
bila telah terjadi fitnah antara lain
Diriwayatk an dari Ibnu
Abi al-Shoif dalam kitab Fadhoil al-Yaman, dari Abu Dzar
al-Ghifari , Nabi
shallallah u alaihi wasallam
bersabda, ‘Kalau terjadi fitnah pergilah kamu ke negeri Yaman karena disana
banyak terdapat keberkahan ’
Diriwayatk an oleh Jabir
bin Abdillah al-Anshari , Nabi
shallallah u alaihi wasallam
bersabda, ‘Dua pertiga keberkahan dunia akan tertumpah ke negeri Yaman. Barang
siapa yang akan lari dari fitnah, pergilah ke negeri Yaman,
Sesungguhn ya di sana tempat
beribadah’
Abu Said al-Khudri ra meriwayatk an hadits dari Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, ‘Pergilah kalian ke Yaman jika
terjadi fitnah, karena kaumnya mempunyai sifat kasih sayang dan buminya
mempunyai keberkahan dan
beribadat di dalamnya mendatangk an
pahala yang banyak’
Abu Musa al-Asy’ari
meriwayatk an dari
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam,
‘Allah akan mendatangk an suatu
kaum yang dicintai-N ya dan
mereka mencintai Allah. Bersabda Nabi shallallah u alaihi wasallam : mereka adalah kaummu Ya Abu
Musa, orang-oran g Yaman’.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran g yang beriman, barang siapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangk an suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiN ya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap
orang-oran g kafir, yang berjihad
dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada siapa yang dikehendak i-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian -Nya), lagi Maha
Mengetahui .” (QS Al Ma’iadah
[5]:54)
Dari Jabir, Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam ditanya
mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab, ‘Mereka adalah ahlu Yaman dari
suku Kindah, Sukun dan Tajib’.
Ibnu Jarir meriwayatk an, ketika dibacakan tentang ayat tersebut di
depan Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam,
beliau berkata, ‘Kaummu wahai Abu Musa, orang-oran g Yaman’.
Dalam kitab Fath al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid,
ketika turun ayat 54 surat al-Maidah, Umar berkata, ‘Saya dan kaum saya wahai
Rasulullah ’. Rasul menjawab,
‘Bukan, tetapi ini untuk dia dan kaumnya, yakni Abu Musa
al-Asy’ari’.
Para Habib dan para Sayyid , keturunan cucu Rasulullah , pada saat ini merubah kiblat ilmu ke para ulama
Hadramaut, Yaman
"Kekerasan " dari apa
yang dihasilkan
Universita s Darrul Hadits Dammaj
dapat kita pelajari dari perilaku-p erilaku diantara mereka para pengaku pengikut
pemahaman Salafush Sholeh sebagaiman a yang terlukiska n dalam tulisan pada
Contohnya kami kutipkan dari http:// isnad.net/ ?dl_name=ku mal-kumal- dzul-akmal .pdf
*****awal kutipan*** *
Telah di ketahui bersama apa yang di lontarkan oleh Dzul Akmal (alias :
Marhain) terhadap Syaikh Yahya hafidhohul loh dan beberapa ikhwah lain, terkhusus untuk ana
secara pribadi, berupa lontaran-l ontaran yang keluar dari orang yang sakit jiwanya,
ndongkol hatinya, panas temperatur nya, dan tak terkontrol mulutnya, maka ketika ikhwah banyak yang meminta
ana untuk memberi sedikit komentar akan kelacutann ya, yang pada mulanya ana tidak begitu respon
dengan hal itu –dikarenak an–
sudah mutawatir akan siapa dan ada apa serta bagaimana si Dzul Kumal ini, baik
dari sisi mulut besarnya, otak dan atau akhlaqnya yang tidak terpuji dimata
orang-oran g sholih- akhirnya
dengan sedikit rasa malas anapun tulis risalah ini dengan judul “
KUMAL-KUMA L DZUL AKMAL’’ .
******akhi r
kutipan*** ***
Padahal Ust Dzul Akmal juga ulama yang mengaku-ak u mengikuti pemahaman Salafush Sholeh,
sebagaiman a contohnya
terlukiska n pada http:// sunniy.word press.com/ 2011/09/13/ hadirilah-m ajelis-al- ustadz-dzu l-akmal-di -kota-jamb i-17-18-se ptember-20 11/
Mereka tuliskan 10 keistimewa an Darul Hadits Dammaj, http:// isnad.net/ keistimewaa n-darul-ha dits-damma j
Mereka tuliskan kurikulum yang diajarkan http:// isnad.net/ apa-yang-di ajarkan-di -darul-had its-dammaj
Apakah yang tidak di ajarkan pada Darul Hadits Dammaj ?
Hampir kebanyakan
pondok pesantren modern tidak mengajarka n bagaimana cara (tharikat) memperjala nkan diri kepada Allah ta'ala
Ilmu yang banyak tidak menjamin dekat kepada Allah Azza wa Jalla
sebagaiman a yang telah diuraikan dalam
tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/10/04/ semakin-jau h-darinya/
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiap a yang
bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya , maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan
bertambah jauh“.
Urutannya adalah Ilmu --> Amal ---> Akhlak
Manusia yang dekat Allah hanyalah 4 golongan manusia yakni para Nabi
(yang utama Rasulullah ), para
Shiddiqin, para Syuhada, dan
orang-oran g sholeh atau manusia
yang berakhlaku l karimah.
Tidak sebagaiman a
ilmu-ilmu lainnya yang dipelajari dalam bangku sekolah yang hanya
membutuhka n pemahaman secara
ilmiah menggunaka n akal pikiran
/ rasio / logika, dalam hal ilmu
agama atau memahami Al Qur'an dan As Sunnah sangat dibutuhkan pemahaman secara
hikmah menggunaka n akal qalbu
atau hati. Pemahaman secara hikmah tergantung akan hidayah atau karunia dari Allah Azza wa Jalla.
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya “Allah
menganuger ahkan al hikmah
(pemahaman yang dalam tentang Al
Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendak i-Nya. Dan barangsiap a yang dianugerah i hikmah, ia benar-bena r telah dianugerah i karunia yang banyak. Dan hanya Ulil Albab yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 ).
Mereka yang dikarunia pemahaman secara hikmah dapat
memperguna kan akal qalbu.
Hati tidak pernah berdusta. Firman Allah ta’ala yang artinya, ‘Fu’aad
(hati) tidak pernah mendustai apa-apa yang dilihatnya’ (QS An Najm
[53]:11).
Wabishah bin Ma’bad r.a. berkata: Saya datang kepada
Rasulullah Saw., beliau
bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang
kebaikan?” Saya menjawab,
“Benar.”Be liau bersabda,
“Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang
menenteram kan jiwa dan hati,
sedangkan dosa adalah apa-apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun
orang-oran g memberi fatwa yang
membenarka nmu.” Ini adalah
hadits yang kami riwayatkan dari dua
imam, yaitu Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ad-Darami dengan sanad hasan
Nawas bin Sam’an r.a. meriwayatk an dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Kebaikan
adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang mengusik jiwamu
dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya . “(Diriwaya tkan oleh Imam Muslim).
Mereka yang dapat memperguna kan akal qalbu adalah mereka yang
membersihk an hati
(tazkiyatu n nafs) yang berarti
mengosongk an dari sifat sifat
yang tercela (takhalli) kemudian
mengisinya dengan sifat sifat
yang terpuji (tahalli) yang selanjutny a beroleh kenyataan Tuhan
(tajjalli) atau mencapai muslim
yang berma'rifa t atau melihat Rabb
dengan hatinya.
Manusia terhalang atau
menghijabi dirinya sehingga
tidak dapat melihat Rabb dengan hatinya adalah karena dosa mereka. Setiap dosa
merupakan bintik hitam hati (ketiadaan cahaya), sedangkan setiap kebaikan adalah bintik
cahaya pada hati Ketika bintik hitam memenuhi hati sehingga terhalang
(terhijab) dari melihat Allah. Inilah
yang dinamakan buta mata hati.
Sebagaiman a firman Allah
ta’ala yang artinya,
“Dan barangsiap a yang
buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta
(pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS Al Isra 17 :
72)
“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang
dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhn ya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah
hati yang di dalam dada.” (al Hajj 22 : 46)
Mereka yang telah berma'rifa t, bertemu dan berkomunik asi dengan Allah Azza wa Jalla
dibelakang
tabir/ hijab cahaya dan dipahami
oleh qalbu sehingga dapat memahami cahayaNya/ petunjukNya atau memahami segala firmanNya atau dapat memahami Al
Qur'an dan As Sunnah.
Diriwayatk an dari Abu
Musa al-‘Asy’ar i:
قَامَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخَمْسِ
كَلِمَاتٍ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَنَامُ وَلاَ يَنْبَغِي لَهُ
أَنْ يَنَامَ يَخْفَضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُ هُ. يَرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلَ اللَّيْلِ قَبْلَ
عَمَلِ النَّهَارِ وَعَمَلَ
النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ
اللَّيْلِ حِجَابُهُ النُّوْرُ. (رواه
مسلم)
Berdiri Rasulullah صلى
الله عليه وسلم di depan kami dengan menyampaik an lima kalimat. Beliau berkata:
“Sesungguh nya Allah tidak tidur
dan tidak layak bagi-Nya tidur, menurunkan timbangan dan mengangkat nya, diangkat kepadanya amalan malam sebelum amalan
siang, dan amalan siang Sebelum amalan malam, dan hijab-Nya adalah cahaya. (HR.
Muslim)
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَه ُ اللَّهُ إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ
أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ.
(“Dan tidak mungkin bagi seorang manusia bahwa Allah berkata dengannya
kecuali dengan perantaraa n wahyu
atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan
seizinNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhn ya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana) . (HR.
Bukhari-Mu slim).
Jadi pemahaman secara hikmah diperoleh dengan
memperjala nkan diri hingga sampai
(wushul) kepada Allah Azza wa Jalla.
Pondok Pesantren Traditiona l (Salafiyya h), Kyai mengajarka n ilmu agama langsung kepada santri dengan cara
sorogan (individua l) dan
bandongan (kelompok) , tidak ada
penjenjang an belajar,
pengajaran
berdasarka n
kompetensi santri (sistem
berbasis kompetensi ). Kyai
memiliki otoritas besar dan mutlak ditaati, serta kebanyakan tidak memberikan ijazah sebagai tanda keberhasil an belajar. Bahkan santri "bekerja" atau membantu
Kyai dalam kehidupan sehari-har i
seperti mencangkul sawah,
mengurus kebun, kolam ikan dan lain sebagainya .
Para Kyai pada hakikatnya membantu, membimbing , menghantar kan santri menuju kepada Allah sedangkan semuanya
terpulang pada kemauan dan upaya santri memperjala nkan dirinya kepada Allah Azza wa Jalla. Para
Kyai mempunyai kompetensi untuk
mengetahui
perjalanan ruhani para santrinya.
Rasulullah
mengkiaska nya "aku mendengar derap
sandalmu di dalam surga" (HR Muslim 4497)
Selengkapn ya telah kami
uraikan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/09/29/ derap-sanda lmu/
Kesimpulan kami
sebagian besar pondok pesantren modern memang berhasil mencetak ulama (ahlli
ilmu) namun belum tentu alim ulama atau ulama yang sholeh, ulama yang
berakhlaku l karimah, ulama yang
telah mencapai Ihsan, ulama yang telah berma'rifa t.
Cara / Jalan / Thariqat
untuk mencapai ulama yang Ihsan atau berma'rifat adalah dengan
menjalanka n tasawuf dalam Islam.
Tasawuf hanyalah sebuah istilah. Memang istilah ini ditemukan dalam
keyakinan kaum non muslim dan semua sepakat bahwa tasawuf adalah istilah untuk
cara/ jalan mengenal atau
mendekatka n diri kepada Tuhan.
Tasawuf dalam Islam adalah thariqat (jalan) untuk mencapai muslim yang Ihsan
atau muslim yang berakhlaku l
karimah. Sejak dahulu kala di perguruan tinggi Islam, tasawuf adalah
pendidikan akhlak.
Ahmad Shodiq, MA-Dosen Akhlak & Tasawuf, UIN Syarif
Hidayatull ah Jakarta,
menceritak an kisah sedih
pendidikan akhlak dalam sistem
pendidikan . Ia merupakan dilema,
antara jauhnya standar akhlak menurut kualitas hidup sufi, dengan angkuhnya
sistem pendidikan . Dilema
sistemik ini dipersedih oleh
fakta bahwa para gurupun ternyata jauh dari standar akhlak, dalam sebuah ruang
kelas, dimana para murid hanya mencari coretan nilai, atau sebatas titik
absensi. Selengkapn ya dalam tulisan
pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2010/06/07/ pendidikan- akhlak/
Universita s Darul
Hadits dan kebanyakan pondok
pesantren modern hanya mempelajar i perkara syariat. Padahal para pemimpin ijtihad
kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab yang empat telah
memperinga tkan kita bahwa janganlah
hanya mendalami perkara syariat semata.
Imam Malik ra menyampaik an nasehat (yang artinya) “Dia yang sedang tasawuf
tanpa mempelajar i fikih (perkara
syariat) rusak keimananny a ,
sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalka n Tasawuf rusaklah dia ., hanya dia siapa memadukan
keduanya terjamin benar” .
Imam Syafi’i ra menyampaik an nasehat (yang artinya)
,”Berusaha lah engkau menjadi
seorang yang mempelajar i ilmu
fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah
satunya. Sesungguhn ya demi Allah
saya benar-bena r ingin
memberikan nasehat padamu. Orang
yang hanya mempelajar i ilmu
fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan
kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu
mempelajar i ilmu fiqih, maka bagaimana
bisa dia menjadi baik (ihsan)?”
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi' i,
hal. 47]
Ciri-ciri mereka yang menjalani tasawuf dan berhasil mencapai muslim
yang Ihsan atau muslim berma'rifa t, diistilahk an oleh Imam Syafi'i ra adalah mereka yang
merasakan "kelezatan takwa".
Mereka yang mendapatka n
kenikmatan bertemu dengan
Tuhan, kenikmatan yang
dirasakan oleh muslim kebanyakan di
akhirat kelak.
Diriwayatk an oleh Anas
Ra, Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam
berkata “….kesenan ganku dijadikan
dalam shalat”
Mereka yang dikatakan oleh Rasulullah sebagai "Ash-shalat ul Mi’rajul Mu’minin“, “sholat itu adalah
mi’rajnya orang-oran g
mukmin“. yaitu naiknya jiwa meninggalk an ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju
ke hadirat Allah
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhn ya kalian
apabila sholat maka sesungguhn ya
ia sedang bermunajat (bertemu)
dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana
bermunajat dengan Tuhan”
Allah berfirman yang artinya, “Sesungguh nya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka
yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan
sesungguhn ya mereka akan kembali
kepadaNya” . (QS.
Al-Baqarah 2 : 45).
Sholat adalah saat-saat utama bertemu dengan Allah Azza wa Jalla,
Pada hakikatnya dengan
dzikrullah kita dapat
memperjala nkan diri kita kepada
Allah.
Dalam suatu riwayat. ”Qoola a’liyy bin Abi Thalib: Qultu yaa
Rosuulollo h ayyun
thoriiqoti n aqrobu ilallohi?
Faqoola Rasulluloh i:
dzikrullah i”. artinya; “Ali Bin
Abi Thalib berkata; “aku bertanya kepada Rasullulah , jalan/ metode(Thar iqot) apakah yang bisa mendekatka n diri kepada Allah? “Rasullula h menjawab; “dzikrulah .”
Dzikrullah yang
memperjala nkan diri kita agar
sampai (wushul) kepada Allah Azza wa Jalla atau jalan
(tharikat)
menedekatk an diri kita kepada Allah
Azza wa Jalla
Banyak dzikrullah dapat
dilakukan setiap saat, setiap waktu, setiap detik , setiap detak jantung kita
sebagaiman a Ulil Albab “(yaitu)
orang-oran g yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptaka n ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharala h kami dari siksa neraka”
(QS Ali Imran [3] : 191)
Dengan menjalanka n
tasawuf, mereka mencapai muslim yang ihsan, muslim yang
berma'rifa t, minimal mereka yang
selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau yang terbaik mereka yang
dapat melihat Allah dengan hati maka mereka mencegah dirinya dari melakukan
sesuatu yang dibenciNya ,
menghindar i perbuatan maksiat,
menghindar i perbuatan keji dan
mungkar hingga terbentukl ah
muslim yang berakhlaku l karimah
sesuai dengan tujuan Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam diutus
oleh Allah Azza wa Jalla
Rasulullah
menyampaik an yang maknanya
“Sesungguhn ya aku
diutus (Allah) untuk menyempurn akan
Akhlak.” (HR Ahmad).
Muslim yang berma'rifa t
tidak ada kekhawatir an dan tidak
(pula) mereka bersedih hati menghadapi segala permasalah an hidup karena mereka tahu bahwa apapun
permasalah an hidup yang dialami
pada hakikatnya telah
"disodorka n" oleh Allah Azza wa
Jalla sehingga apapun yang telah disodorkan Nya mereka hadapi dengan sikap dan perbuatan yang
dicintaiNy a pula.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830