PERTANYAAN
:
Assalamu'alaikum,
sebelumnya maaf cuma mau tanya, minjamin uang halal ke teman dan pas mau
disaurin sama teman, dilunasi uang haram, dan aku tau itu duit haram, kalau
tidak diambil uang aku hilang, bagaimana solusi yang pas ? Thanks. [Fa Toni
Kamal].
JAWABAN
:
Wa'alaikumussalam. Jika
membeli makanan di dalam tanggungan dan membayarnya dengan uang haram. Jika
penjual menyerahkan makanan tersebut sebelum dibayar, maka makanan tersebut
halal. Demikian juga jika makanan itu diserahkan oleh penjual setelah dibayar
dan si penjual tahu bahwa uang tersebut adalah uang haram, maka status makan
tersebut juga halal.
Namun jika makanan itu
diserahkan setelah pembeli membayarnya dengan uang haram dan si penjual tidak
tahu bahwa uang tersebut adalah uang haram maka status makanan tersebut adalah
haram sampai dia membayarnya dengan uang halal atau si penjual membebaskannya
dari tanggungan ( Lihat Fathul mu’in).
Imam Ghozali menjelaskan
masalah ini. Beliau berkata : Dan ma’shiyat yang sangat dibenci dalam masalah
tersebut adalah: Seseorang membeli makanan yang menjadi tanggungan, kemudian dia
membayarnya dengan uang ghasab / curian atau uang haram. Dalam kasus ini
dilihat; Jika penjual menyerahkan makanan tersebut sebelum dibayar (dengan
kerelaan hati) dan orang itu memakannya sebelum membayarnya, maka makanan
tersebut hukumnya halal. Jika kemudian setelah makan dia membayarnya dengan
menggunakan uang haram, maka hal sama dengan belum membayar (jadi masih punya
hutang). Jika dia membayar dengan uang haram dan sipenjual membebaskannya dan
dia tahu bahwa uang tersebut adalah uang haram, maka si pembeli bebas dari
tanggungan. Namun jika sipenjual membebaskannya dan dengan sangkaan bahwa uang
tersebut adalah uang halal, maka pembebasan tersebut tidak ada gunanya (si
pembeli masih punya tanggungan membayar). [ Lihat I’anatut Tholibin juz 3 hal 9
]. Wallohu a'lam. [Nur
Hasyim S. Anam].
- I'anatut Tholibin 3/9
:
بيّن
هذه المسألة الغزالي فقال: وأما المعصية التي تشتد الكراهة فيها: أن يشتري شيئاً في
الذمة ويقضي ثمنه من غصب أو مال حرام، فينظر، فإن سلم إليه البائع الطعام قبل قبض
الثمن بطيب قلبه، وأكله قبل قضاء الثمن، فهو حلال. فإِن قضى الثمن بعد الأكل من
الحرام فكأنه لم يقبض، فإِن قضى الثمن من الحرام وأبرأه البائع مع العلم بأنه حرام
فقد برئت ذمته، فإِن أبرأه على ظن أنه حلال فلا تحصل به البراءة. اهــــ
- I'anatut Tholibin 2 /214
:
(فـائدة)
قال فـي الـمـجموع: يكره الأخذ مـمن بـيده حلال وحرام. كالسلطان الـجائر وتـختلف
الكراهة بقلة الشبهة وكثرتها، ولا يحرم إلا أن تـيقن أن هذا من الـحرام. وقول
الغزالـي : يحرم الأخذ مـمن أكثر ماله حرام، وكذا معاملته شاذّ. اهــــ
- Fathul mu’in :
ولو
اشترى طَعامَا في الذِّمة وقضى من حرامٍ، فإِن أَقْبضَهُ لهُ البائِع برضاه قبل
توفية الثمن حُلَّ له أكْله، أو بَعْدَها مع عِلمهِ أنَّه حَرامٌ حلّ أيضاً، وإلا
حَرُمَ إِلى أن يُبِرْئَه أو يوفيه من حلٍ. قاله شيئخنا
- I’anatut Tholibin juz 3
hal 9 :
بيّن
هذه المسألة الغزالي فقال: وأما المعصية التي تشتد الكراهة فيها: أن يشتري شيئاً في
الذمة ويقضي ثمنه من غصب أو مال حرام، فينظر، فإن سلم إليه البائع الطعام قبل قبض
الثمن بطيب قلبه، وأكله قبل قضاء الثمن، فهو حلال. فإِن قضى الثمن بعد الأكل من
الحرام فكأنه لم يقبض، فإِن قضى الثمن من الحرام وأبرأه البائع مع العلم بأنه حرام
فقد برئت ذمته، فإِن أبرأه على ظن أنه حلال فلا تحصل به البراءة. اهــــ