Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

0612. BAGAIMANA MENCIPTAKAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WAROHMAH ?

PERTANYAAN :
Assalamu'alaikum para kyai, gus, ustad, neng dan semuanya.. Saya mau nanya, bagaimana cara untuk menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah ? Mohon bimbingannya, buat bekal nanti.. Terimakasih. [Athiyyah Ilahiyyah].
JAWABAN :
Wa`alaikum salam. Kesalahpahaman, ketidaksesuaian, pertentangan dan pergesekan lain sering terjadi pada keluarga muda. Wajar, karena masing-masing berlatar belakang berbeda. Bagaimana menyelesaikannya ?
Kenali keluarga
Itulah sebabnya jauh sebelum seorang pemuda berniat mengawini muslimah, Rasulullah berpesan untuk mempelajari bentuk asal usul calon pasangan hidup. Mengenal pribadi-pribadi dalam keluarga si calon, mengenal cara hidup, prinsip hidup, dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah mentradisi dalam keluarga itu. Bisa jadi, pengenalan terhadap keluarga ini jauh lebih penting daripada kenal terhadap calon pasangan itu sendiri! Tidak percaya?
Ibnu Majah dan Ad-Dhailami meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
"Pilihlah untuk air mani kamu sekalian, karena sesungguhnya keturunan itu kuat pengaruhnya."
Begitu juga Ibnu Adi dan Ibnu Syakir telah meriwayatkan dari Aisyah secara marfu' tentang hadits Rasulullah :
"Pilihlah untuk air mani kamu sekalian. Karena sesungguhnya wanita-wanita itu melahirkan orang-orang yang menyerupai saudara laki-laki dan perempuan mereka".
Keluarga, bagi setiap orang adalah lingkungan khusus yang punya ciri khas tersendiri. Ini menyebabkan para anggota keluarga mempunyai kesatuan emosional yang kuat dan jadilah keluarga sebagai sebuah kelompok yang menyenangkan. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di dalamnya bisa tetap berakar hingga akhir hayat.
Betapa kuat pengaruh lingkungan keluarga, pernah diselidiki oleh para ahli terhadap sebuah keluarga yang punya kebiasaan berbuat jahat, mulai berjudi, mencuri dan merampok. Ternyata sampai tujuh generasi berikutnya, sebagaian besar anggota keluarga mewarisi kebiasaan buruk tersebut. Rata-rata mereka menjadi pejudi,ada yang meneruskan profesi sebagai pencuri dan rampok.
Seorang yang berasal dari keluarga cukup, tentunya terbiasa hidup serba bersih. Ibarat tak ada sehelai rambut pun yang belum tersapu setiap hari di rumahnya. Tak sesudut ruangan pun yang ditata tanpa cita rasa seni. Orang yang seperti ini bisa muntah karena bau kamar mandi yang kehabisan kapur barus, atau ia segera menjadi tak kerasan bila keadaan rumah berantakan.
Sebaliknya, orang yang dibesarkan dalam rumah kecil dengan kehidupn sederhana, sudah terbiasa dengan tali jemuran malang melintang di dalam rumah dengan bau baju yang pengap karena hari hujan. Pakaian pun ditumpuk sekedarnya, karena tak memiliki lemari yang cukup untuk menyimpan pakaian sembilan orang anggota keluarga. Orang dengan kebiasaan hidup seperti ini seringkali tak lagi bisa menghargai keindahan. Bagi mereka, rumah yang bersih dan menawarkan keindahan adalah mubazir. Yang penting rumah bisa berlindung, tempat makan, tidur, itu sudah cukup. Kedua golongan ini akan mempunyai banyak masalah jika bertemu dan menjadi pasangan hidup. Masalah-masalah sepele, tapi karena telah terjadi hampir setiap hari, bisa menjadi besar.
Bekas yang hilang
Selain kebiasaan umum yang berlaku dalam sebuah keluarga, ada juga hal-hal khusus yang dialami seseorang di masa kecil yang turut menentukan perkembangan wataknya. Satu misal tentang kedudukannya dalam anggota keluarga. Seorang anak perempuan di antara enam bersaudara kandung laki-laki mungkin akan tumbuh gadis tomboy yang kasar. Si anak sulung tumbuh menjadi orang yang terbiasa kerja keras, misalnya, sementara si bungsu bisa jadi terbiasa dilayani.
Ada juga peristiwa-peristiwa khusus yang menimbulkan pengaruh besar atau bahkan trauma, sehingga membekaskan satu sifat khas, ada istri yang sulit untuk bisa mempercayai suaminya. Segala tindakan suami ditanggapi penuh kecurigaan dan prasangka buruk. Ternyata istri ini mempunyai pengalaman buruk terhadap ayahnya di masa kecil. Sebelum kedua orang tuanya bercerai, selama bertahun-tahun ia menyaksikan bagaimana ayahnya sering marah-marah, menampar, memukul ibu di depan matanya, hanya karena persoalan-persoalan kecil.
Seorang anak yang menderita sakit parah hingga bertahun-tahun di masa kecil, menjadi terbiasa dilindungi dan dilayani oleh kakak-kakak dan orang tuanya. Ketika dewasa ia tetap meminta hampir setiap orang untuk melayani dan menyenangkan dirinya. Ia tumbuh menjadi orang yang tak mau tahu perasaaan orang lain.
Saling pengertian
Setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ini adalah prinsip utama dalam hidup bersuami istri. Saling memahami kekurangan masing-masing, saling tenggang rasa dan penuh pengertian, tidak membesar-besarkan kekurangan pasangan hidupnya. Sebaliknya, berusaha memahami dan menutup mata terhadap kekurangan teman hidup itu, sambil terus mencari-cari kelebihannya, memperhatikan dan memikirkan segi-segi baiknya.
Janganlah terlalu menuntut suami atau istri untuk mau mengubah sifat dan kebiasaan hidupnya. Apalagi jika sifat dan kebiasaan itu bentukan dari keluarga semenjak masa kecil. Dapat diibaratkan dengan sebuah revolusi besar dan butuh proses amat panjang.
Kunci penting lainnya dalam masalah ini adalah keterbukaan antara suami dan istri. Suami harus tahu sifat-sifat mana saja darinya yang tak disukai istri. Begitu juga sebaiknya, jangan sampai ada ketidaksenangan yang mengganjal di hati. Selanjutnya, saling memahami dan mau mengerti kekurangan masing-masing. Lebih baik lagi jika ada keinginan untuk mau sedikit menyesuaikan diri.
Mengharap memperoleh pasangan yang sempurna tidaklah mungkin ada. Mencari yang sesuai sifat dan kebiasaan pun teramat sulit. Jauh lebih penting mencari pasangan yang seide, seaqidah, karena di sanalah pokok dari segala permasalahan. Jika pokoknya sudah sama, persoalan-persoalan selanjutnya bisalah diatasi. Tapi jika pokoknya saja sudah bertentangan, ikatan kebahagiaan mudah sekali goyah.

Nasihat terakhir bagi segenap insan yang telah menikah, kesiapan anda untuk berkerluarga sama artinya dengan kesiapan untuk berkorban, lebih mementingkan kepentingan keluarga baru daripada kepentingan pribadi. Bersiaplah untuk mengubah diri, sifat, dan kebiasaan lama, untuk disesuaikan dengan kebutuhan keluarga baru anda. Kemudian bersama istri dan anak-anak, menentukan sebuah langkah baru, sifat, dan kebiasaan kekeluargaan yang islami. SEMOGA MEMBANTU. [Mujaawib : Mbah Jenggot].