Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

5724. HUKUM BERQURBAN UNTUK GURU DAN NON KERABAT

PERTANYAAN :
Assalamu'alaikum. Para Guru yang dirahmati ALLAH, mohon penjelasan Jika seseorang bernadzar :
1. berqurban untuk gurunya (bukan 'iyal / kerabat) atau
2. nadzar Berqurban untuk kerabat (mitsal Anak) yang sudah tidak wajib dinafkahi.
Apakah yang tidak boleh memakan daging Qurban yang bernadzar atau orang diqurbani, ataukah ada perbedaan dari dua kasus tersebut. Mohon pencerahan Yai Umronuddin, Muh Jayus, Rizalullah, Sae Nopo Sae dan yang lain. Allahummaftah Lanaa Min kulli Abwabil 'Ilmi. [Sabilillah Ardabili Alhumaedi‎].

JAWABAN :

Wa'alaikumussalam. 
1. Ada ulama yang menyatakan tidak sah berkurban untuk orang lain jika tidak berwasiat, tetapi ada ulama yang membolehkan secara mutlak baik berwasiat atau tidak dan jika seseorang mengurbani orang yang telah meninggal dunia atas perintah wasiatnya, maka ia tidak boleh memakan daging hewan yang disembelih juga tidak boleh membagikannya kepada orang kaya.

Ibarot :
المجموع شرح المهذب الجزء الثامن ص 406
(فرع) لو ضحى عن غيره بغير اذنه لم يقع عنه
jika seseorang berkurban atas nama orang lain tanpa seizinnya, maka hal itu tidak terjadi ( tidak sah.).

(وأما) التضحية عن الميت فقد أطلق أبو الحسن العبادي جوازها
akan tetapi adapun Abu Hasan Al-Ubadiy memutlakkan kebolehannya berkurban atas nama orang yang telah meninggal,

لانها ضرب من الصدقة والصدقة تصح عن الميت وتنفعه وتصل إليه بالاجماع
karena sesungguhnya ibadah kurban merupakan bagian dari sedekah, sedangkan sedekah adalah sah atas nama orang yang telah meniggal dan bermanfa’at pada mayit serta (pahalanya) sampai kepadanya berdasar ijma'Ulama’.

وقال صاحب العدة والبغوي لا تصح التضحية عن الميت إلا ان يوصي بها
Namun pemilik kitab “al ‘Uddah” dan Imam al Baghawi menyatakan tidak mengabsahkan berkurban atas nama orang yang telah meninggal kecuali si mayit berwasiat dengan hal itu (berkurban).

وبه قطع الرافعي في المجرد
dan Pendapat ini mendapatkan kepastian hukum dari Imam al Rafi’i di dalam kitab “al Mujarrad”

Selanjutnya dalam kitab yang sama :

: واحتج العبادي وغيره في التضحية عن الميت بحديث على بن أبي طالب رضى الله عنه
Imam al ‘Ubbadi dan yang lain dalam permasalahan kurban tentang mayit berdasarkan pada haditsnya Ali bin Abi Thalib radliyallahu ‘anhu yang menyatakan :

أنه كان (يضحى بكبشين عن النبي صلى الله عليه وسلم وبكبشين عن نفسه
bahwa sesungguhnya Beliau berkurban dengan 2 ekor kambing atas nama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan 2 ekor kambing atas nama dirinya sendiri.

وقال ان رسول الله صلى الله عليه وسلم أمرني أن أضحى عنه أبدا فأنا أضحى عنه أبدا)
Beliau (Ali) juga berkata “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar berkurban atas nama Beliau (Kanjeng Nabi) untuk selama-lamanya, maka aku berkurban atas nama Beliau (Kanjeng Nabi) untuk selama-lamanya”.

رواه أبو داود والترمذي والبيهقي
( diriwayatkan oleh Abu Dawud, al Tirmidzi dan al Baihaqi).

قال البيهقي ان ثبت هذا كان فيه دلالة على صحة التضحية عن الميت
Al-Baihaqi berkata : jika hadist ini telah ditetapkan maka statusnya dalam hadist ini merupakan dalil untuk keabsahannya kurban untuk mayit.


أسنى المطالب في شرح روض الطالب (1/ 545)
فَلَوْ ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ بِإِذْنِهِ كَمَيِّتٍ أَوْصَى بِذَلِكَ
Maka jika seseorang berkurban atas nama orang lain dengan disertai izinnya, sebagaimana orang yang telah meninggal yang telah berwasiat dengan hal itu,

فَلَيْسَ لَهُ، وَلَا لِغَيْرِهِ مِنْ الْأَغْنِيَاءِ الْأَكْلُ مِنْهَا
maka tidak diperbolehkan baginya dan juga bagi selainnya yang berupa dari orang-orang kaya untuk turut serta memakannya.

وَبِهِ صَرَّحَ الْقَفَّالُ فِي الْمَيِّتِ،
Pendapat ini dikemukakan oleh Imam al Qaffal dalam (permasalahan) orang yang telah meninggal.

وَعَلَّلَهُ بِأَنَّ الْأُضْحِيَّةَ وَقَعَتْ عَنْهُ
Beliau beralasan dalam hal ini bahwa sesungguhnya kurban (tersebut) terjadi atas nama mayit,

فَلَا يَحِلُّ الْأَكْل مِنْهَا إلَّا بِإِذْنِه
maka ia (orang yang berkurban atas atas nama mayit tersebut) tidak dihalalkan turut memakannya kecuali mendapat izinnya (mayit yang dikurbani tersebut)

ِ وَقَدْ تَعَذَّرَ فَيَجِبُ التَّصَدُّقُ بِهِ عَنْهُ.
sedangkan ia ada udzur mendapatkan izin tersebut (karena sudah meninggal) maka harus disedekahkan semuanya.


2. Tentang yang nadzar, disebutkan dalam al-Bajuri, jilid 2, halaman 300 :
ألباجورى جز 2 ص : 300
ولا يأكل المضحى شيأ من الأضحية المنذورة
Pihak orang yang berqurban tidak boleh memakan sedikitpun dari qurban yang dinadzarkan.

(قوله ولا يأكل)
Perkataan Mushonif : dan ia tidak boleh memakannya

اى لايجوزله الأكل فان أكل شيأ غرمه
maksudnya : tidak boleh baginya memakannya maka jika ia memakan sedikit saja maka ia harus menggantinya,

(قوله المضحى) وكذا من تلزمه نفقته
adapun perkataan mushonif : pihak orang yang berkurban maksudnya adalah : dan seperti kedudukannya pihak orang yang berkurban adalah orang-orang yang wajib ditanggung nafakahnya.

كفاية الأخيار جز 2 ص : 241
ولا يأكل المضحى شيأ من الأضحية المنذورة ويأكل من المتطوع بها
Dan Pihak yang berqurban tidak boleh memakan sedikitpun dari qurban yang dinadzarkan dan boleh memakannya yang merupakan dari qurban sunnah.”

اعانة الطالبين ج : 2 ص : 333
(ويحرم الاكل الخ ) الى ان قال فيجب عليه التصدق بجميعها حتى قرنها وظلفها اهـ
Dan haram memakannya... seterusnya... sampai pada perkataan : maka wajib atas si kurban nadzar untuk mensedekahkan dengan keseluruhannya hingga tanduknya dan kakinya. Wallohu a'lam. [Kang Rasjid].

LINK ASAL :