Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

1308. SHOLAT LEBIH BAIK DARI PADA TIDUR

PERTANYAAN :
Assolaatu khoirun minan naum, masak pekerjaan solat lebih baik dari pada tidur ini pengqiyasan yang batil, masak sholat disamakan dengan tidur ? sedangkan makna yang pas ialah bangun untuk akan melakukan sholat itu lebih baik dari pada tidur, lha yang kutanyakan segi penerapan dalam istilah ilmu mantiq atau mungkin balaghoh bagaimana atau apalah aku tidak paham ? mohon jawaban disertai istilah dan kalau bisa ibarat ? [Ubaid Bin Aziz Hasanan].
JAWABAN :
Siapa yang menyamakan sholat dengan tidur? bukankah sudah jelas bahwa akan mengerjakan sholat itu lebih baik daripada tidur diqiyaskan dengan tidur, karena tidurnya orang beriman itu sebagian dari ibadah.
“Shalat Lebih Baik daripada Tidur” itu Artinya bangun untuk menunaikan shalat lebih baik ketimbang istirahat yang diperoleh dengan tidur. As-Syihab al-Qolyuby berkata “(Dalam kaliamat adzan di atas) tidur disejajarkan dengan shalat dalam meraih kebaikan karena dua hal :
1.Terkadang tidur juga dapat bernilai ibadah, seperti tidur yang digunakan sebagai washilah (penolong) untuk menjalani ketaatan (saat terjaga nantinya) atau tidur dengan tujuan agar terhindar dari perbuatan maksiat.
2.Tidur adalah bentuk istirahat didunia sedang shalat adalah bentuk istirahat di akhirat (orang yang menjalani shalat didunia, kelak di akhirat akan tenang dan istirahat) karenanya istirahat di akhirat (shalat) lebih utama ketimbang istirahat di dunia (tidur).
Referensi :
- Hasyiyah Syibro Malisy III/6 :
{ الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ } مَرَّتَيْنِ أَيْ الْيَقِظَةُ لِلصَّلَاةِ خَيْرٌ مِنْ الرَّاحَةِ الَّتِي تَحْصُلُ مِنْ النَّوْمِ لِوُرُودِهِ فِي خَبَرِ أَبِي دَاوُد وَغَيْرِهِ بِإِسْنَادٍ جَيِّدٍ كَمَا فِي الْمَجْمُوعِ ،
- Tuhfah al-Habiib II/199 :
( الصلاة خير من النوم ) أي اليقظة للصلاة خير من راحة النوم ، فاندفع ما يقال لا فائدة في هذا الإخبار . وقال الشهاب القليوبي : وإنما كان النوم مشاركاً للصلاة في أصل الخيرية لأنه قد يكون عبادة كما إذا كان وسيلة إلى تحصيل طاعة أو ترك معصية ، ولأن النوم راحة في الدنيا والصلاة راحة في الآخرة ، فتكون الراحة في الآخرة أفضل
- Hasyiyah al-Bujairomi ala al-Manhaj IV/314 :
( الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ ) أَيْ الْيَقِظَةُ لِلصَّلَاةِ خَيْرٌ مِنْ رَاحَةِ النَّوْمِ ، فَانْدَفَعَ مَا يُقَالُ لَا فَائِدَةَ فِي هَذَا الْإِخْبَارِ .وَقَالَ الشِّهَابُ الْقَلْيُوبِيُّ : وَإِنَّمَا كَانَ النَّوْمُ مُشَارِكًا لِلصَّلَاةِ فِي أَصْلِ الْخَيْرِيَّةِ لِأَنَّهُ قَدْ يَكُونُ عِبَادَةً كَمَا إذَا كَانَ وَسِيلَةً إلَى تَحْصِيلِ طَاعَةٍ أَوْ تَرْكِ مَعْصِيَةٍ ، وَلِأَنَّ النَّوْمَ رَاحَةٌ فِي الدُّنْيَا وَالصَّلَاةَ رَاحَةٌ فِي الْآخِرَةِ ، فَتَكُونُ الرَّاحَةُ فِي الْآخِرَةِ أَفْضَلَ .
- Hasyiyah al-Bujairomi ala al-Khothiib I/172 :
قوله ( الصلاة خير من النوم ) أي اليقظة للصلاة خير من راحة النوم فاندفع ما يقال لا فائدة في هذا الإخبار لأن من المعلوم أن الصلاة خير من النوم
- Hasyiyah al-Jamal ala al-manhaj II/95 :
قوله الصلاة خير من النوم أي اليقظة لها خير من راحة النوم أي لذته وإلا فمن المعلوم أن الصلاة خير من النوم لأنها أفضل عبادات البدن والنوم من المباحات ا ه برماوي
- Hasyiyah al-Qolyuubi I/46 :
قوله : ( الصلاة خير من النوم ) أي اليقظة لها خير من راحته
- Nihaayah az-zain I/96 :
الصلاة خير من النوم مرتين أي اليقظة للصلاة خير من الراحة التي تحصل من النوم
- Nihaayah al-Muhtaaj I/409 :
الصلاة خير من النوم مرتين أي اليقظة للصلاة خير من الراحة التي تحصل من النوم
-  Tuhfah al-Muhtaaj V/85 :
( قَوْلُهُ : وَهُوَ الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ ) أَيْ الْيَقِظَةُ لِلصَّلَاةِ خَيْرٌ مِنْ الرَّاحَةِ الَّتِي تَحْصُلُ مِنْ النَّوْمِ
- Hasyiyah ar-Romly I/127 :
قوله الصلاة خير من النوم أي اليقظة للصلاة خير من الراحة التي تحصل من النوم

Di samping keterangan di atas karena mengandung beberapa alasan lain :
1.Tidur adalah kematian sedang bangun adalah kehidupan
2.Tidur adalah kelalaian dan bangun adalah cahaya terang
3.Meskipun tidur dapat mengembalikan kesegaran tubuh namun bangun berarti menampakkan kerendahan diri, kehinaan, kepatuhan dihadapan sang Pencipta.
الصلاة خير من النوم . وإن الانسان إذا قام من منامه فكأنه صار موجوداً بعد العدم ، وعند ذلك يزول عن الخلائق ظلمة الليل وظلمة النوم والغفلة وظلمة الفجر والحيرة ، ويملأ العالم نوراً والأبدان حياة وعقلاً وقوةً وفهماً . فهذا الوقت أليق الأوقات بأن يشتغل العبد بأداء العبودية وإظهار الخضوع والاستكانة لفاطر السموات والأرض وجاعل الظلمات والنور .
“Sholat lebih utama ketimbang tidur, sesungguh saat seseorang bangun dari tidurnya maka seolah-olah ia wujud kembali setelah ketiadaannya akibat tidur, saati itu hilanglah darinya kegelapan malam, kegelapan tidur, lalai, kegelapan fajar dan kelelapan dalam kebingungannya. Kala ia bangun alam mayapada dipenuhi cahaya, raganya dipenuhi kehidupan, akal jernih, kekuatan dan fikiran segar. Saat yang demikian merupakan waktu yang amat pantas baginya menyibukkan diri dengan ibadah, menampakkan kerendahan diri, menjalani kepatuhan dihadapan Pencipta langit dan bumi, Pencipta kegelapan dan cahaya terang”. [ Tafsiir an-Naysabuury II/83 ].
وكان سيدنا عمر رضي الله عنه يقوم من الليل يصلي ما شاء الله له أنْ يصلي حتى يؤذن للفجر ، فيُوقظ أهله للصلاة فإنْ أبَوْا رَشَّ في وجوههم الماء؛ لأن الصلاة خَيْر من النوم ، فالنوم في مثل هذا الوقت فيه راحة للبدن ، أمّا الصلاة فهي أفضل وأعظم ، ويكفي أنك تكون فيها في حضرة الله تعالى .
“Adalah Sayyidina Umar ra membiasakan diri menghidupi malam dalam waktu yang dikehendaki oleh Allah untuk beliau jalani shalat hingga Muadzdzin mengumandangkan adzan fajar, Maka beliau bangunkan keluarganya untuk shalat, bila mereka enggan beliau perciki wajah mereka dengan air karena shalat lebih utama ketimbang tidur, tidur di saat seperti ini mengembalikan kesegaran tubuh sedang shalat lebih utama darinya dan cukuplah bahwa bagimu kala itu berada dihadapan Allah”. [ Tafsiir as-Sya’rowy I/5808 ].
السابع : أَنَّ الإنسان إذا قام مِنْ نومِه فكأنه كان معدُوماً ، ثم صار موجوداً أو كان مَيْتاً ، ثم صار حياً ، فإذا شاهد العَبْدُ هذا الأمر العظيم ، فلا شكَّ أنَّ هذا الوقت أليقُ الأَوقاتِ ، بأَن يظهر العبدُ الخضوع ، والذلة والمسكنة في هذه العبادة .
“7. Saat seseorang bangun dari tidurnya seolah ia dari yang tadinya tiada menjadi ada atau dari yang tadinya mati menjadi hidup.Karenanya saat seorang hamba meyakini keagungan arti dalam masalah ini (bangun dari tidur malam) tidak diragukan lagi, waktu semacam ini adalah paling layaknya segala waktu untuk menampakkan kerendahan diri, kehinaan, kepatuhan dalam beribadah dihadapan Allah”. [ Al-Lubaab Fii ‘Uluum al-Kitaab IV/229 ]. Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Lukman Syah, Masaji Antoro].
Link Diskusi :
www.fb.com/groups/piss.ktb/371007426255405/