Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna 👉 Download!

1230. HUKUM LELAKI BERMAKMUM KEPADA MUKHONNATS (BENCONG WARIA)

PERTANYAAN :
Assallaamualaikum. Bagaimana hukumnya orang laki-laki ma'mum ama bencong ?. [Mirzamul Haq].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam. KHUNTSA (orang yang memiliki dua alat kelamin) maka jawabannya ada di dokumen nomor 1195, namun kalau yang dimaksud bencong dalam pertanyaan di atas bukan KHUNTSA (orang yang memiliki dua alat kelamin) namun seorang MUKHONNATS (lelaki yang berperangai seperti wanita) maka jawaban berikut ini mungkin yang lebih tepat :
والمخنث بكسر النون وفتحها والكسر أفصح والفتح أشهر وهو لذى خلقه كخلق النساء في حركاته وهيأته وكلامه ونحو ذلك وتارة يكون خلقة له فلا يأثم به وتارة بتصنعه فهو مأئوم مذموم ملعون
MUKHANNATS (waria) ialah orang yang memiliki tingkah seperti tingkah wanita baik dalam gerak-geriknya. Sikapnya, cara bicaranya dan sebagainya.Keberadaannya waria terkadang merupakan asli penciptaan Allah maka ia tidak berdosa karenanya, dan bisa jadi sebab keinginannya sendiri menjalani pola hidup semacam tersebut maka ia berdosa, tercela dan terlaknat karenanya. [ Al-majmuu’ ala Syarh al-Muhadzdzab XII/317 ].
ج - الصلاة خلف المخنث 7 - صرح الزهري بقوله : لا نرى أن يصلى خلف المخنث إلا من ضرورة لا بد منها ، كأن يكون ذا شوكة ، أو من جهته ، فلا تعطل الجماعة بسببه .وقد رواه معمر عن الزهري بغير قيد ، ولفظه : قلت فالمخنث ؟ قال : لا ولا كرامة ، لا يؤتم به .أما المخنث الذي فيه تكسر وتثن وتشبه بالنساء فلا مانع من الصلاة خلفه إذا كان ذلك أصل خلقته (1)
__________
(1) فتح الباري 2 / 188 - ط . دار المعرفة .
SHALAT DI BELAKANG WARIA.
Imam az-Zuhri menjelaskan “Saya tidak meyakini bila shalat dibelakang seorang waria kecuali karena darurat, seperti saat ia memiliki pengaruh atau pada kaum sesamanya maka tidak terhalang jamaah karenanya”Ma’mar meriwayatkan dari az-Zuhri dengan tanpa ketentuan seperti keterangan diatas, redaksinya “Maka kemudian waria ? Ia menjawab “Tidak.., tidak ada kemulyaan dan tidak sempurna”
Sedang waria yang gemulai dan terkungkung keberadaannya maka tidak ada halangan shalat dibelakangnya sebab yang tersebut asli penciptaannya. [ Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah 36/267 ].
إمامة المخنث :3 - المخنث بالخلقة ، وهو من يكون في كلامه لين وفي أعضائه تكسر خلقة ، ولم يشتهر بشيءمن الأفعال الرديئة لا يعتبر فاسقا ، ولا يدخله الذم واللعنة الواردة في الأحاديث ، فتصح إمامته ، لكنه يؤمر بتكلف تركه والإدمان على ذلك بالتدريج ، فإذا لم يقدر على تركه فليس عليه لوم . (1) أما المتخلق بخلق النساء حركة وهيئة ، والذي يتشبه بهن في تليين الكلام وتكسر الأعضاء عمدا ، فإن ذلك عادة قبيحة ومعصية ويعتبر فاعلها آثما وفاسقا . والفاسق تكره إمامته عند الحنفية والشافعية ، وهو رواية عند المالكية . وقال الحنابلة ، والمالكية في رواية أخرى ، ببطلان إمامة الفاسق (2) ، كما هو مبين في مصطلح : ( إمامة ) .ونقل البخاري عن الزهري قوله : لا نرى أن يصلى خلف المخنث إلا من ضرورة لا بد منها (3)
__________
(1) الزيلعي 4 / 221 ، وفتح الباري 10 / 332 ، ونهاية المحتاج 8 / 283 (2) مراقي الفلاح ص 156 ، وجواهر الإكليل 1 / 78 - 82 ، ومغني المحتاج 1 / 242 ، وكشاف القناع 1 / 475 (3) فتح الباري 2 / 190
MENJADIKAN IMAM WARIA.
Waria yang gaya bicaranya lembut, penciptaan tubuhnya gemulai dan tiada tercemar dengan perbuatan-perbuatan rendah yang menjadikannya tergolong fasiq, tidak menjadi bahan gunjingan dan celaan maka sah menjadikan imam dia namun diperintahkan untuk menghindarinya dan diupayakan merubahnya secara perlahan-lahan, bila memang tidak mampu dirubah, maka tidak tercela.
Sedang waria yang hanya gaya hidupnya saja menyerupai gaya wanita dalam lembutnya perkataan dan kelenturan fisiknya secara disengaja maka yang demikian adalah kebiasaan yang jelek, maksiat dan pelakunya dianggap berdosa dan fasiq, sedang orang fasiq menurut Hanafiyyah dan Syafi’iyyah makruh dijadikan imam begitu juga sebuah pendapat dikalangan Malikiyyah.Dalam pendapat lainnya Malikiyyah dan Hanabilah memandang menyatakan batalnya imam seorang fasiq seperti yang dijelaskan dalam ‘Mushtalah’.Imam az-Zuhri menjelaskan “Saya tidak meyakini bila shalat dibelakang seorang waria kecuali karena darurat, seperti saat ia memiliki pengaruh atau pada kaum sesamanya maka tidak terhalang jamaah karenanya”. [Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah 11/63]. Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Masaji Antoro].
Link Diskusi :

www.fb.com/groups/piss.ktb/363694210320060/